plagiat: yang meniru dan ditiru

    Aku suka menulis cerpen dan puisi. Alm. kakekku  pernah memberikan aku majalah Horison edisi Festival Puisi Internasional 2002. Di majalah itu aku mengenal beberapa penyair mancanegara dan karya-karyanya. Aku mengidolakan Martin Jankowsky, penyair kebangsaan Jerman. Aku menyukai karyanya am Fluss yang kemudian diterjemahkan menjadi Di Tepian Sungai. Saking sukanya, aku sampai membuat puisi yang berjudul Satu Malam untuk Cinta dan ada kata-kata yang mirip dengan kata-kata Martin. Apakah saya ini plagiator? Aku tidak merasa seperti itu, karena temanya berbeda dan aku hanya terinspirasi dari diksi Martin.

    Lalu, akhir Juli 2008 ini aku mengikuti lomba cerpen yang diadakan oleh LPA Jawa Timur dengan tema: perlindungan anak. Aku megirimkan karyaku melalui email. Ada beberapa teman sekelasku yang juga mengikuti lomba itu, tapi aku pribadi tidak pernah melihat karya mereka. Begitu pula sebaliknya. Tetapi, kemarin (8 Agustus 2008), aku tidak sengaja melihat karya salah seorang temanku. sebut saja namanya N. Aku nelihat draft  di bindernya. Dilihat dari temanya, sepertinya itu adalah cerpen yang diikutkan dalam lomba itu. Yang membuat aku terkejut, ada kata-kata yang mirip dengan kata-kata dalam cerpenku. Yaitu semarak semburat jingga.... Aku sangat terkejut, karena itu adalah diksiku dan tentu tidak banyak orang yang dapat memikirkan diksi yang mirip. Aku heran, apakah ini sebuah kebetulan atau..... Aku tidak ingin menuduh N meniru karyaku, karena mungkin ini adalah karma buatku karena aku pernah mencontoh diksi Martin ^^'

Karma memang selalu mengejar orang yang pernah membuat kesalahan.

    Aku tidak ingin menuduh siapa2 tanpa bukti. Oleh karena itu, aku hanya diam dan berharap panitia tidak menganggap kami saling meniru ^^'

   Entschuldigung, Herr Martin....

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates