Wakaranai????

     Perempuan sulit dimengerti karena ia sendiri tidak mengerti apa keinginannya. Benarkah?? Aku tidak punya cukup waktu dan cukup intelegensia untuk membuktikan teori feminisme tersebut, tapi yang pasti: aku tahu apa yang aku mau dan aku punya intelegensia yang cukup untuk menyadari bahwa pacarku berubah zukoshi zutsu alias little by little. terlalu sulit untuk dijabarkan, maka aku mencoba untuk menjelaskan hal-hal yang dapat dicerna otak simpanse (sekalipun).

    Dia mulai acuh walaupun tidak eksplisit. Ketika aku membicarakan sesuatu yang aku sukai, atau sesuatu yang aku inginkan, dia seperti mengalihkan pembicaraan dan seolah-olah tidak melihat kalimatku itu. Pujaan hatiku yang mancung, matamu itu minus berapa sih???? Aku kasih contoh yang up to date ya...

   Rabu, 13 Agustus 2008, pas pelajaran bahasa Jepang aku disuruh Novi-sensei untuk memfotokopi beberapa lembar materi pelajaran. Setelah menaruhnya di tempat fotokopi, aku dan Wayan melihat-lihat boneka yang dijual di atas pick-up, persis di depan tempat fotokopi. Wayan sepertinya kenal baik dengan abang penjual, jadi dia santai saja ngobrol dengan si abang. Sementara aku melihat-lihat boneka yang dijual. Ada boneka beruang putih memakai mantel bulu (?) dengan capuchin-nya yang cute.. Ada juga boneka kucing yang lucu-lucu. Aku hampir menjerit histeris ketika Wayan memperlihatkan boneka kucing yang sangat besar, sepanjang guling kira-kira. Bulunya (maaf, anak IPA, saya salah. yang benar kan rambut ya???) halus, belang tiga, pipinya chubby. Kyaaaaaaaaaaa!!!!! Tapi hatiku langsung mengkeret begitu tahu harganya. 95 ribu rupiah! Bah!

   Aku mengirim sms pada pacarku. Biasalah, semacam basa basi busuk seperti: sayang, lagi ngapain? udah makan belum? Sebuah batu peletak pertama untuk membangun jemabatan penghubung komunikasi agar aku bisa menceritakan boneka kucing lucu itu. Tetapi Dewi Fortuna terkekeh-kekeh sinis memamerkan giginya (yang ternyata kuning-kuning dan gingsul) ketika sang Pujaan Hati Berhidung Mancung-ku tidak membalas. Kucoba meneleponnya, tetapi opertaor yang menjawab. Indikasi: hp di-nonaktifkan. 90% kecewa dengan kombinasi 10% kesal mencekokkan pil pahit ke dalam mulutku. Namun pada akhirnya pahit itu mengalah karena aku membutuhkan otakku untuk mengerjakan rumus-rumus tenses. Aku baru selesai jam setengah 3 sore, "penghuni sekolah sore" mulai keliahatan. Dan aku harus menunggu hingga hampir jam 3 baru dijemput! Perutku keroncongan berdendang lagu kelaparan. Malangnya....

   Malamnya, setelah di-misscall dan sms berulang kali, barulah dia membalas. Tapi topiknya melenceng dari yang tadi siang. Aku memberanikan diri menceritakan boneka lucu itu. Tapi dia tampaknya tidak terlalu memperdulikan. Kali ini kombinasi kesal meningkat menjadi 30%. Menyebalkan....

  Aku tidak bisa tidur. Aku ingin menangis tapi tidak bisa. Ingin marah, tapi tak ada alasannya.

   Setidaknya aku sempat membuktikan teori feminisme itu. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku.

1 komentar:

Shella Regnard mengatakan...

kenapa si dia jadi gitu ya??

gue gak bisa kasih saran niiih...

gue kan gak pernah pacaran.
terakhir SD kelas 4.
apa saat itu bisa disebut pacaran?

ah...
gue ingin tahu rasanya....
gue gak ngerti rasanya....

gue gak laku siiih...
takut sama gue...
takut dibikin jayus

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates