Ramadhan is Coming...

Bulan Ramadhan telah tiba. Kita diwajibkan untuk senang menyambutnya. Aku pun seharusnya merasa senang, karena di bulan yang indah ini limpahan rahmat-Nya begitu banyak. dan semua umat muslim tentu berlomba-lomba untuk mendapatkannya, bukan? Alangkah indah jika setiap orang bersaing dengan sehat. Benar-benar sebuah kompetisi yang indah.

Sewaktu aku masih kecil, aku sangat menantikan Ramadhan. Aku rindu pada saat-saat seperti itu. Aku semangat jika pergi ke masjid untuk sholat tarawih bersama teman-teman sebayaku. Saat ceramah tarawih, kami dengan bandelnya turun dari lanatai dua masjid dan membeli jajanan di luar masjid. Sungguh kenangan yang tak bisa kulupakan. Kenangan yang menyesakkan. Mengapa? Karena aku takkan pernah kembali ke masa itu.

Sejak aku pindah ke Mojokerto ini, Ramadhan seolah kehilangan kecantikkannya. Enam tahun aku di tempat ini, enam kali Ramadhan yang kujumpai tak bisa seindah yang dulu. Aku trauma. Sungguh dilematis. Aku sebagai umat muslim seharusnya menyambut Ramadhan dengan penuh suka cita. Tetapi di sisi lain, aku takut... Takut akan Ramadhan.

Satu tahun yang lalu, ibuku pergi dari rumah. Bentrok dengan ayahku. Memang dari aku kecil, ayah ibuku tak pernah akur. Keharmonisan adalah langka dalam kehidupan kami. Aku benar-benar kesepian. Aku dekat dengan ibuku, dan ketika harus kehilangan, aku mersa hampa. Jatuh. Terempas. Karena ibuku tidak ada, ayahkulah yang memasak. Ayahku tidak terlalu pandai memasak, tapi aku menghargai masakan beliau. Aku tak bisa bersantai seperti dulu, karena harus bangun lebih dulu dari biasanya dan membantu ayahku memasak.

Ibuku acap menemuiku di sekolah, bersama lelaki asing. Tentu tanpa sepengetahuan ayahku. Kalau ayahku tahu, aku akan dimarahi. Ayahku sudah mengharamkan ibuku ikut campur dalam urusan sekolah dan tidak ingin aku bertemu ibuku dengan cara yang seperti itu. Aku bingung. Dilema. Aku menyayangi ibuku. tapi aku pun menghormati ayahku. Maka kuputuskan untuk diam. Jika ibuku menemuiku, aku merasa was-was. takut ayahku marah. Aku sering ketakutan, karena aku pengecut. Tapi tak pernah merasakan aku merasakan ketakutan seperti saat itu.

Aku tak punya siapa-siapa untuk berbagi. Waktu itu aku belum punya pacar. Aku pun merasa tak bisa bercerita pada teman-temanku, ya.. karena memang itulah sifatku. Selain itu, temanku pasti akan menganggap ayahku jahat. Padahal tidak seperti itu. Ayahku baik, menyayangi kedua anaknya. Setiap orang tua pasti memiliki cara sendiri untuk mengungkapkan kasih sayang kepada anak-anaknya. Dan ayahku adalah orang yang tegas. Tak banyak orang mengerti. Dengan cara yang keras itulah ayahku berusaha melindungi aku dan adikku. Beliau tak ingin kami terjerumus dlam hal yang dialami ibuku... Kata ayahku, ibuku adalah...... Ah, sudahlah.. aku tak sanggup mengutarakan kata-kata kasar yang kerap diucapkan ayahku pada ibuku itu... Aku tak sanggup. Sampai sekarang aku masih belum percaya bahwa ibuku adalah... adalah wanita yang disebutkan ayahku itu. Ibuku tak terlihat seperti itu. Pun seandainya benar, aku akan memaafkannya. Mungkin itu adalah satu dari sekian banyak dosa seorang manusia seperti ibuku....

Lebaran tiba, ayah-ibuku bersatu nlagi. Berjanji akan memulai lemabaran hidup baru. Aku terharu. Adikku juga demikian padahal dia yang biasanya terliaht cuek dan tegar. Aku menganggap lebaran tahun itu adalah hari kemenangan untuk kami....

Tapi nyatanya tidak. Baru beberapa bulan saja, ayah-ibuku bertengkar lagi. Seperti biasa. Seolah itu adalah romantisme tersendiri bagi mereka. Pernah mereka akan bercerai. Tapi entah sebabnya tak jadi. Aku pasrah. Tak bisa mengerti misteriusnya rumah tangga kami ini...

Ketika ramadhan tiba tahun ini, aku hanya tercenung. Aku memutuskan untuk tetap menyambutnya dengan gembira, walaupun sedikit terpaksa. Aku berharap tahun ini mendapat ampunan-Nya atas dosa-dosa kami.

Aku pun berharap dapar bertemu Ramadhan di tahun-tahun berikutnya. Aku yakin kami semua akan hidup lebih baik, entah kapan, entah pada masa yang mana. Aku yakin kami akan bahagia, suatu saat... Keyakinan itulah yang membuatku kuat. Karena kekuatanku hanyalah mimpiku.. Suatu saat, aku akan tersenyum bersama keluargaku.. Itu pasti...

Oh ya.. Aku begitu rindu pada kampung halamanku. Aku berharap aku masih bsia melihatnya sebelum aku mati...

2 komentar:

Shella Regnard mengatakan...

Ah Luna...
Gw bingung mw ngomong apa....

Bingung..
Bingung..

Apakah itu rahasia di balik luna?

Maulany Hardiyanti mengatakan...

lun benarkah ceritamu ini
sungguh jika cerita mu ntu bener smua
ku sungguh terharu
sampe sampe
gue menghasilkan duit yg banyak!!!
^_^
jangan sedih ye
nanti puasa lo g berkah
lo harus slalu tersenyum
jangan tunjukin kesedihan lo
biar semua berlalu dengan sendirinya
lo harus tawakal
ikhtiar
berserah diri
kalo perlu serahin duit lo
ke
gue
yg banyak juga g papa
eh u aja lah yg add w
nih alamat fs w
lania_skyblue@plasa.com
jgn lupa di add ya

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates