Bimbang

Bahkan untuk menulis judul blog ini saja aku harus banyak berpikir. Tapi setidaknya satu kata ini mewakili diriku: bimbang. Betapa indah kata itu! Hahaha... aku mulai gila lagi rupanya. Betapa pesimisnya hidupku ini...

Apakah kalian tahu, aku telah mebuat suatu kesalahan yang memalukan? Baiklah, ini mungkin bukan kesalahan yang fatal dan mungkin aku telah membesar-besarkannya. Pangkal kesalahan ini adalah komentar yang diberikan seseorang untuk blogku. Dia menyuruhku untuk membuka blognya. Kalian dapat melihatnya di clarabukanaku.blogspot.com. Aku telah salah mengira kakakku adalah orang yang aku harapkan untuk bertemu. Maafkan aku, kakak.. Aku bukannya tidak mengenali kakak lagi... Aku pikir kakak adalah orang yang... aku rindukan. Bukannya aku tak rindu kakak. Aku juga rindu dengan kakak. Tetapi masih ada seorang lagi, dari sekian banyak yang aku rindukan, seorang yang sangat ingin aku temui.

Sejak melihat tulisan di blog kakakku (yang aku pikir adalah orang lain), aku terus gelisah. Apalagi aku sedang sakit, aku tak bisa tidur nyenyak. Aku telah banyak berkhayal rupanya. Sampai-sampai salah mengira si penulis blog itu adalah lelaki yang aku rindukan itu! Memalukan... Aku terlalu yakin aku dapat bertemu dengan laki-laki itu. Tetapi kenyataannya?? Tidak mungkin!! Kejadian ini semakin membukakan mataku bahwa aku takkan pernah bertemu lagi dengan laki-laki itu. Aku tak ditakdirkan untuk bertemu lagi dengannya. Aku mulai mencoba untuk membuang semua khayalan indahku tentangnya, tentang apa yang akan aku lakukan jika aku benar-benar bertemu dengannya. Ya, aku akan memberitahunya tentang perasaanku yang sebenarnya kepadanya. Aku tak mengharapkan dia akan membalasnya, tetapi cukuplah bagiku untuk dia ketahui apa perasaanku yang sebenarnya. Syukur-syukur jika dia masih mau berteman denganku.

Di tengah rasa bimbang ini, aku merasa... betapa besar lukaku ini. Masa lalu masih mengintai diriku. Tapi aku menikmatinya. Bahkan aku tak ingin melupakan masa laluku yang pahit itu. Aku ingin mengecap pahitnya, demi menikmati manisnya kenangan masa kecilku. Tapi... aku pun mempertimbangkan, bagaimana jika orang yang aku harapkan bisa mengerti aku (seperti suamiku misalnya), justru tidak dapat mengerti??? Bisa saja dia menganggapku tak mencintainya, atau berkhianat padanya dengan terus-terusan berharap pada laki-laki yang bahkan aku tak tahu alamat rumahnya. Aku akan meluruskan, di blog ini, bahwa betapa aku merindukan laki-laki itu, dia tetaplah kenangan manis yang takkan mempengaruhi kasih sayang serta cintaku pada orang-orang yang ada di masa kini dan masa yang akan datang. Betapapun aku merindukannya, takkan mengurangi kasih sayangku pada... katakanlah kini pacarku. Kasih sayangku padanya takkan berkurang hanya gara-gara aku rindu pada laki-laki masa laluku. Begitu juga jika aku memiliki suami nantinya. Aku akan tetap mencintai dan setia pada suamiku, mesti hatiku menyisakan tempat untuk semua kenangan manisku, termasuk laki-laki itu.

Inilah pernyataanku tentang hatiku. Aku konsisten, bukan maniak laki-laki. Jika ada yang menuduhku begitu, aku akan membunuh mentalnya.

Tetapi... apakah aku berlebihan jika aku berharap untuk dapat bertemu lagi dengan laki-laki itu??? Aku hanya ingin menyatakan kebenaran padanya, isi hatiku tentangnya. Aku ingin memintanya menjadi temanku, sahabatku. Tak lebih. Aku tak berharap yang lain. Aku pikir ini bukanlah permintaan yang muluk, bukan??? Atau Tuhan telah bosan mendengar doa-doa dari seorang pendosa ini??? Apa aku terlalu banyak meminta, sehingga Tuhan muak mendengarnya??? Oh, entah... Luka ini membuatku semakin menikmati pesimisme hidup.

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates