Semua Kejadian Selalu Ada Hikmahnya

Itulah yang dikatakan Sora-chan kepadaku, saat orang tuaku bertengkar dan menyebabkan aku berpisah dengan adik dan ibuku. Waktu itu aku tak memperhatikan kata-kata itu. Tapi, kini aku benar-benar merasakannya...

Hari MInggu (31 November 2008), ada seseoraang yang mengajakku kenalan via sms. Aku sebenarnya malas meladeni ornag-orang iseng seperti itu. Dan dia sangat mengganggu karena dia meneleponku saat aku tengah tidur siang. Karena kesal, aku bilang kalau aku sudah punya suami (!) ^^ Walhasil, dia tak mengangguku. Tapi, ada nomor lain yang menghjubungiku. Aku pikir itu adalah dia atau orang lain yang sama isengnya dengan dia. Makanya aku tak menghiraukan.

Esoknya, (1 Desember 2008) ibuku datang ke sekolahku pada jam istirahat. Aku benar-benar kaget. Tahun-tahun lalu, aku pernah mengalami hal ini dan waktu itu aku takut sekali jika ayhku tahu ibuku mengunjungiku. Tapi, enath, aku kali ini tak merasa takut. Aku rindu... Dan begitu pula dengan ibuku. Ternyata, tak seperti bayanganku selama ini, ibuku tak marah padaku. Malah makin sayang padaku (apa cuma perasaanku saja yah?). Dan aku juga lebih sayang pada ibuku. Hikmah pertama dari kejadian buruk waktu itu: aku jadi lebih sayang pada ibuku.Ibuku bilang, nenek kangen padaku. Aku harus merelakan foto-fotoku dan Hanif dibawa ibuku untuk ditunjukkan kepada nenek. Sebelum ibuku pamit pulang, kami menangis. Aku masih menangis ketika masuk ke kelas. Teman-temanku memberiku support dengan mengatakan bahwa aku harus tetap sabar. Makanya aku segera menyeka air mataku dan kembali seperti biasa. Ya, aku harus tegar...

Malamnya, ibuku meneleponku. Aku sangat bersyukur karena ayahku tak marah atau ebrusaha menghalangi aku dan ibuku untuk tetap saling berkomunikasi. Ibuku sepertinya sangat mengkhawatirkanku. Aku mengatakan pada beliau bahwa aku baik-baik saja. Adikku pun bilang bahwa dia kangen padaku. Dia memanggilku "kakak" padahal dia jarang sekali memanggilku dengan panggilan itu. Dulu, ketika kami masih bersama, dia hanya memanggilku dengan namaku saja., tanpa embel-embel "kakak". Walaupun aku telah terbiasa dan tak keberatan dengan hal itu, entah mengapa aku merasa begitu terenyuh ketika dia memanggilku "kakak". Hikmah kedua: hubunganku dan adikku jadi lebih akrab. Aku tak pernah merasa sebahagia ini menjadi seorang kakak.

Hari ini, aku sakit tenggorokan. Benar-benar mengganggu. aku berusaha untuk tetap bertahan hingga jam pelajaran berakhir. Oh, ya.. Aku lupa. Waktu pelajaran ECC, kami mendapat tugas untuk menceritakan tempat atau objek wisata yang ingin kami kunjungi berserta alasannya. aku yang sudah kepayahan karena sakit, mencoba membuta suatu cerita. hasilnya, aku maju ke dapan dan menceritakan tentang Bekasi. Ya, aku ingin pulang kembali ke Bekasi. Inti dari ceritaku: I just want to back home, even just once in whole of my life, before I die. Payahnya, aku hampir menangis ketika menceritakan hal itu. Teman-teman jadi memperhatikanku. Terbukti mereka menanyaiku macam-macam hal tentang Bekasi, bahkan ada yang bertanya tentang the sweetest experience that I've got in Bekasi. Aku jadi terharu. Tak pernah aku merasaa begitu diperhatikan oleh teman-temanku.

Begitu bel pulang berbunyi, aku segera pulang. Ayahku sudah standby di depan sekolahku. Ayah benar-benar khawatir. Sebenarnya, aku masih harus mengikuti bimbingan belajar intensif UAn di sekolah saat pulang sekolah. Tapi karena aku sakit, aku benar-benar payah dan tak sanggup bertahan lebih lama di sekolah. Sesampainya di rumah, kami langsung makan siang. Sambil makan, aku menyampaikan amanah ibuku: ibuku ingin bicara dengan ayahku. Tetapi ayahku merasa tak aada yang perlu dibicarakan lagi. Aku hanya terdiam. Sehabis makan aku segera minum obat dan tidur siang.

Sekitar jam tiga siang, aku terbangun karena ada telepon masuk. Ternyata adikku sudah ada di depan rumah. Aku masih pusing dan linglung ketika membukakan pintu untuk adikku. Dia banyak berubah, tak setampan dulu. Tapi matanya tampak sayu dan pasrah.. Aku membangunkan ayahku dan segera masuk kamar. Sebelum aku benar-benar tertidur, aku masih bisa mendengar ayahku "menasihati' adikku. Ayah hanya berpesan: mudah-mudah adikku tak terlambat untuk sadar. Aku dapat mengerti maksudnya: mudah-mudahan adikku segera berpikir dewasa dan bisa berpikir lebih jernih agar tak terseret emosi semata. Tapi entah adikku bisa menerimanya atau tidak.

Aku tahu adikku menangis. Aku dapat mengerti perasaannya. Namun aku berharap, masih ada hikmah yang lain untuk kami semua. Rencana Tuhan memang indah...

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates