Love will find its way

Inilah.. nasib. Dramatis sekali ya? Mungkin siapapun yang membaca ini akan menganggapku konyol, terlalu melebih-lebihkan. Ya, tak apalah. Toh, inilah ada nya aku. Aku tak peduli orang mau bilang apa.

Apa kali ini yang membuatku sedih? Tentang cinta. Masa depan. Ha! Konyol, bukan??? tapi aku tak tahu lagi akan berbuat apa. Aku menulis di blog ini, menjadikannya sebagai kenangan, mungkin arsip yang siapa tahu di masa depan bisa menjadi inspirasi menulis untukku? Mungkin. Ah, sudahlah... Aku terlalu grogi sehinggga banyak basa-basi semacam ini.

Minggu kemarin (4 Januari 2009), akhirnya Hanif datang ke rumahku. Seolah kejadian kemarin-kemarin itu tak pernah terjadi. Kami bersikap biasa saja. Tak seperti yang kubayangkan, dia kembali seperti dulu lagi! Oh, terima kasih ya Allah.. Aku senang melihatnya kembali seperti biasa. Padahal tadinya aku sangat takut dia akan bersikap dingin lagi padaku.

Walaupun kami tidak bermain halma dan pergi jalan-jalan, aku senang dia mau datang ke rumahku. Kami hanya bercanda saja di rumah. bagi orang lain mungkin itu sangaaaaattt biasa. Tapi bagiku, itu sangat menyenangkan. Ah, lucunya orang berpacaran itu.. ^-^

Dia tidak bisa berlama-lama di rumahku, karena dia punya banyak tugas dan lagi, dia akan ulangan, sama denganku. Tak ada masalah buatku. Yang penting sudah bertemu lagi dengannya, memastikan dia masih mau bersamaku. Dan harapan-harapanku kembali melambung...

Setidaknya sampai dia mengatakan sesuatu yang membuatku hampir putus asa. Dia menggengga tanganku, dan berkata aku harus kuat. Tentu saja perasaanku tidak enak. Nah, kali ini apa lagi kesalahanku? Lalu dia berkata, bahwa orang tuanya masih belum bisa menerima kondisi keluargaku yang... tidak utuh. Aku shock. Sakit! Tidak adil, pikirku. Memangnya jika keluargaku itu tidak utuh adalah salahku? Aku tidak pernah mengharapkan hal itu terjadi. Aku juga mulai belajar untuk tidak meratapi hancurnya keluargaku kini. Tapi kata-kata Hanif itu mengajarkan aku untuk kembali menjadi pesimis, meratapi kehancuran keluargaku. Oh, tidak adil!!!

Aku sempat terdiam beberapa saat. Hanif terlihar agak cemas. Dia berusaha menghiburku. Dia juga mengingatkanku tentang janjiku: aku harus kuat demi dia. Aku hampir saja lupa akan janjiku itu. Dan karena aku takut Hanif akan meninggalkan diriku (yang lemah ini), aku berusaha bersikap biasa, sampai dia pulang.

Ketika dia pulang, dia tak henti-hentinya menyemangatiku. Dia berjanji akan berusaha membuat hati orang tuanya luluh. Yah, itu membuatku lebih baik. dan sebelum dia melaju dengan sepeda motornya, dia berkata satu hal: cinta akan menemukan jalannya. It made me awkward. Kanashimi wo hagasu...

Begitu dia pulang, aku menangis. Baiklah, bukan menangis tersedu-sedu seperti aktris sinetron yang norak itu. Hanya meneteskan air mata saja kok... Kata-kata Hanif setidaknya memberikan efek baik. Dan kuputuskan untuk menjadi tegar. Malah, aku makin semangat agar bisa mendapatkan prestasi yang baik dan membuat orang tua Hanif luluh. Aku harus bisa menjadi yang terbaik!

Itulah harapanku... Dan dalam doaku aku memohon padaNya, agar Ia mengizinkaku untuk bisa bersama dengan Hanif. Selamanya....

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates