keep fighting!

sudah beberapa hari ini Hanif sakit. katanya sih, gangguan syarafnya kambuh. aku tak tahu apa itu benar atau tidak. yang jelas aku khawatir dengannya.. aku ga tega memikirkan ia tersiksa, karena stress atau apalah. yang lebih buruk jika dia sakit karena aku. memikirkan hal itu, aku jadi cemas. padahal aku tak tahu aku berbuat salah apa padanya. ah, aku mulai paranoid lagi.. --'a

aku merasa cemas dan sungguh-sungguh berdoa agar Allah memberikan kesembuhan untuknya. aku tak tahu pasti bagaimana perkembangan selanjutnya. toh aku hanya bisa memantau via sms. memangnya aku siapa ya, kok sok perhatian seperti itu? aku memang bukan siapa-siapa. aku cuma Cha, "adik" Hanif yang sangat menyayangi kakaknya itu...

setiap malam aku memeluk bantal, membayangkan itu adalah dia. seperti kata-katanya dulu, "coba bantal di rumah akang bisa tukeran sama sayang yah.." dan aku waktu itu tak begitu memperhatikannya. seandainya dia mengatakan hal itu sekarang, mungkin aku akan merasa menjadi anak yang paling beruntung di dunia ini.

lebay, ya?

biar saja.

aku rasa, aku tak perlu malu mengakui hal itu. inilah aku, yang kekanak-kanakkan, yang paranoid, yang naif, yang...

aku yakin, jika suatu saat nanti aku membaca posting ini lagi, aku pasti akan tertawa geli sendiri dan berkata, "konyolnya aku..."

tapi sekali lagi, aku tak perlu malu.

aku tak mau kehilangan lagi...

untuk itulah aku mengabadikannya lewat tulisan.

dan aku harap diriku di masa depan menertawakan tulisan ini karena dia merasakan kebahagiaan.

buah dari kesabarannya merawat benih impian.

ngomong-ngomong soal impian, aku menambahkan satu hal lagi dalam daftar keinginan terbesarku. dan itu penting.

aku ingin orang tuaku, kedua-duanya, dan seluruh keluargaku menyaksikan saat aku berbahagia.

aku menginginkannya dan menanamnya sama dalam seperti dua keinginan lain di hatiku.

tapi terkadang aku merasa pesimis.

kadang aku merasa aku tak pantas menjadi pendampingnya.

dan ketika aku mengingat bayangan (yang hampir nyata) tentang pernikahannya dengan wanita lain, aku merasa ada sesuatu yang redup redam dalam hatiku.

rasa sakit yang menghanyutkan.

tapi tak apa. aku yakin, dengan rasa sakit itulah aku akan menjadi dewasa. dan ada beberapa hikmah dari rasa sakit itu: aku bisa khusuk berdoa kepada Allah dan aku bisa menulis beberapa puisi lagi, setelah lama aku tak mendapatkan ide untuk menulis.

memang aku harus akui, ketika emosiku mencapai puncaknya, dia akan melahirkan inspirasi.

dan emosi kesedihan ini membangkitkan jiwa melankolisku.

makanya, jangan heran kalau puisi-puisiku saat ini rata-rata bernada sendu. 

aku mengatasi rasa sakit itu dengan mengingat kebaikannya. aku rasa, dia pasti juga menyayangiku, entah rasa itu sedalam apa.

kuharap sih cukup kuat agar bisa nyambung dengan perasaanku juga.

sou sorezore no yume o kanaete mata meguri au toki, guuzen wa unmei ni naru..

atau dengan membaca, mendengarkan hal-hal romantis yang membangkitkan semangatku untuk meraih harapan.

seperti ini:

donna pessimist mo koishite kawaru..

hehe...

aku sadar, kemungkinan besar Allah tidak mentakdirkan kami untuk bersama.

tapi aku punya prinsip: impian adalah identitas manusia.

manusia bermimpi, sebagai tanda bahwa ia lemah dan ingin meraih rahmat-Nya dengan meminta pertolongan-Nya.

seperti aku sekarang ini. aku memohon pada-Nya, meskipun tipis harapan untuk mewujudkan mimpiku.

namun aku tak boleh menyerah, masih terlalu dini untuk mundur.

aku tak ingin menjadi lelah untuk meraih impianku...

dengan kasih-Nya jualah aku memiliki perasaan dan harapan.

untuk itu aku bersyukur.

dan ketika saat itu tiba,

aku akan menangis bahagia

seperti yang Divo doakan untukku.

amin...

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates