i can't believe these....

kira-kira kenapa aku ga bisa percaya? ada beberapa hal yang menakjubkan, sekaligus mengejutkan. kemarin akhirnya aku masuk asrama Ekanita, asrama putri yang dikelola Dharmawanita kampus B Unair. di kamar 12 aku seharusnya bersama senior dari jurusan farmasi bernama Yessi, tetapi yang bersangkutan sedang pulang kampung. jadilah aku sendirian saja di kamar yang cukup luas itu. I was so excited, couldn't say anything about this experience.... segalanya begitu berbeda di sini. peraturan di mana-mana, bahkan untuk masalah "sepele" seperti urusan kamar mandi. di keempat sudut asrama ada kamar mandi, yang terbagi untuk para penghuni beberapa kamar. misalnya, kamar mandi di sudut pertama adalah untuk para penghuni kamar 1-5, dan seterusnya. setiap kamar mandi memiliki peraturannya sendiri-sendiri. lucu dan unik. intinya, setiap pemakai kamar mandi harus menjaga kebersihan dan menghemat air yang ada. dilarang juga untuk seenaknya saja "menyelundup" ke kamar mandi orang lain. aku pernah masuk ke kamar mandi untuk kamar 6 kalau tidak salah. aku bingung menemukan banyak kertas peraturan ditempel di dindingnya. dan aku merasa lucu sekali menemukan peraturan di kamar mandi itu yang menyebutkan "antri mandi memakai handuk". aku tak bisa membayangkan sederet gadis mengantri di luar kamar mandi hanya menggunaka handuk saja. pastilah paradis tersendiri untuk para cowok ^^;

di kamar mandi bagian kamar 11-16, peraturannya seperti umumnya, membersihkan kamar mandi setidaknya seminggu sekali dengan urutan giliran yang tela ditentukan. kamar mandinya ada 3 dan toilet 2. kamar mandi 1 hanay boleh digunakan oleh mereka yang namanya tercantum di pintu kamar mandi. begitu pula dengan kamar mandi 2 dan 3. aku kan masih baru, jadi belum tahu apa-apa. aku juga sebenarnya kurang nyaman dengan peraturan itu. aku suka mandi, dan sesak juga rasanya kebebasan untuk mandi jadi berkurang, apalagi kita harus menghemat air yang ada. jika air habis, ya harus mengambil di tando untuk mandi. pemakaian pompa air listrik dibatasi pada jam-jam tertentu: pagi mulai jam 5 sampai jam 7 dan sore pada jam 3 sampai jam 5. lagi, jika ada penghuni kamar yang tidak berhak memakai salah satu kamar mandi(yang namanya tidak tercantum di pintu masing-masing kamar mandi), dia harus "mengganti" air yang dia pakai dengan mengambil dari tandon. itu pun jika dia tahu diri. peringatan itu terasa tajam menusuk. tetapi biar bagaimanapun juga aku harus bisa menyesuaikan diri. aku berinisiatid menanyakan pada Mbak Itiana, penghuni kamar 11 tentang kamar mandi mana yang berhak aku pakai. aku tak mau lancang, hanya karena aku anak baru. Mbak Itiana sendiri nampaknya kebingungan. tetapi dia bilang aku boleh pakai kamar mandi 1 untuk sementara.

aku tak mengira bahwa kesan pertama yang aku dapat ketika masuk asrama ini adalah "kesengsaraan" kupikir semua akan berjalan lancar dan bahagia. ya, seharusnya aku bahagia karena aku akan menjalani kehidupan baru di kampus. suasana yang pasti akan berbeda dengan kehidupan belajar SMA, apalagi SMP (atau SD???). tetapi aku mengalihkan perhatianku untuk bersedih-sedih ria, karena aku sendiri yang telah bertekad untuk tawakkal. aku memutuskan begitu karena aku tak tenang melihat Papa yang sedih, putus asa, dan merasa bersalah karena tak bisa memberiku lebih banyak materi untuk bekalku mengawali perjalanan hidup mandiri ini...

aku bisa survive kok. aku yakin! Allah pasti akan melindungiku, bukan? aku tahu aku bukanlah hamba favoritNya, tetapi aku selalu yakin Allah mencintai semua makhlukNya, bahkan yang berdosa sekalipun...

untuk mengalihkan perhatianku, aku membaca novel Harry Potter and the Deathly Hallow milik Mbak Yessi (maaf ya, Mbak.. ^^;) aku hanyut dan tenggelam dalam alur cerita yang dengan piawai dituturkan J.K. Rowling itu. tak terasa berjam-jam aku melewatkan waktu, sampai lupa shalat dan tidur ^^;

hmm.. tapi harus kuakui aku agak "tersiksa" dengan kurangnya materi. aku hanya dibekali uang 30 ribu rupiah, sementara mulai tanggal 4 (hari ini) hingga tanggal 18 semua pengurus libur. ini yang aku takutkan. jadi kurang lebih selama 2 minggu aku tidak mendapat makanan. ya, jika pengurus libur, penghuni asrama tidak mendapat makanan dan jasa cuci. bagaimana yah aku bisa bertahan dalam waktu 14 hari dengan uang 30 ribu? aku berseloroh pada Kay dengan "mengajaknya taruhan" kira-kira berapa hari lagi aku mati :p Sialnya, sms itu malah nyasar ke Papa. aku tak tahu bagaimana bisa, tetapi ini bukan yang pertama kalinya sms itu nyasar ke addresse yang kebetulan dikirim bersamaan dengan addresse yang lain. mungkin tertukar, tapi itu alasan yang hampir nonsens. aku berharap-harap cemas semoga Papa tidak menyadari maksud sms itu, atau paling tidak, tidak menjadikannya sebagai masalah besar. untung saja Papa tidak membahasnya lebih lanjut. alhamdulillah... (fiuuu.. O_o')

satu hal yang membesarkan hatiku, aku masih aka mendapat makan malam itu. dan urusan besok.. aku yakin baik Papa maupun Mbah Ity tidak akan diam begitu saja, karena mereka juga mengetahui duduk perkaranya. bahkan mendengarnya sendiri dari Ibu Nur yang menjadi pengurus asrama mengenai liburnya para pengurus yang biasanya mencuci dan memasak untuk penghuni asrama. aku yakin keesokan harinya Papa akan membawakanku sedikit uang saku. aku tahu kondisi kami saat ini. begitu sulit dan membuat stress. terakhir aku di rumah, Papa tengah putus asa karena pak Taufik, tetangga kami, yang memesan lukisan belum juga memberikan uang muka. padahal tadinya uang muka itu untuk bekalku. tapi aku berusaha memaklumi dan dengan percaya diri aku yakin bisa survive. mau tak mau, kan?

tapi meski begitu, aku nekad juga. siangnya aku tak makan, melainkan online ke warnet di depan asrama. tak begitu nyaman, karena tak ada headset dan browsernya juga hanya Mozilla yang sepertinya kurang layak dipakai. aku bertekad akan mencari warnet yang lebih nyaman keesokannya jika aku dapat uang. boros ya? tapi aku stress dan aku mencari hiburan. tak terasa 5500 rupiah melayang untuk online. can you imagine? padahal uangku sangat sedikit! belum lagi aku tak punya air. aku tak menyangka asrama tak menyediakannya dan para penghuni diwajibkan membawa galon sendiri. tapi aku yakin Papa akan membawakannya keesokan hari. belum lagi aku tak punya penolak nyamuk, jadi aku berjalan kaki cukup jauh mencari minimarket atau semacamnya lah. aku tak menemukannya, padahal kakiku sudah sakit akibat sepatuku. dan itu malam hari, membuatku agak was-was juga. tak menyangka aku senekad ini. tetapi yang lebih mengherankanku adalah mengapa kali ini aku begitu terintimidasi? aku biasa berjalan sendirian. aku mandiri. tapi mengapa??? akhirnya aku menemukan suatu jawaban yang cukup masuk akal: Surabaya adalah kota besar. kejahatan selalu siap menyergap mangsanya yang lengah. maka aku berdoa setengah memohon pada Allah agar aku dilindunginya...

aku hampir mengumpat ketika tahu harga penolak nyamuk adalah 8500 rupiah. mau tak mau aku membelinya, karena aku butuh dan lagi aku sduah terlanjur bertanya-tanya. malu donk kalo ga beli?? sebenarnya bsia saja aku meminta penolak nyamuk Mbak Yessi. tapi aku rasa itu kurang sopan. aku harus menghargai barang-barang miliknya, sekalipun yang bersangkutan tidak ada. saking hati-hatinya, aku bahkan tak berani mebmbuang kertas instruksi pemakaian Albothyl yang ada di atas tempat tidurku. mengingat sepertinya dia anak Farmasi (kulihat dari buku-bukunya), mungkin saja itu berharga kan? oh ya, kesanku ketika memasuki kamar itu, Mbak Yessi mungkinlah seorang yang childish. aku menganggapnya begitu karena di dinding tertempel jadwal kuliah dan kata-kata motivator yang ditulis dengan krayon, persis coretan anak TK. ditambah dengan tulisan "kuliah itu cepet ko! Yessi Endah love Mom" tadinya kupikir Yessi Endah adalah 1 orang. tapi ada spasi di antara nama-nama itu yang seolah menegaskan bahwa itu adalah nama 2 orang. benar saja, ketika aku makan malam di ruang makan, aku mendengar seniorku yang menyebutkan nama "Endah". sepertinya sebelumnya dia tinggal sekamar dengan Mbak Yessi, tapi pindah.

malam tadi sungguh berat. kepalaku pusing karena tak terisi makanan. kalau saja Mbak Itiana tak mengajakku makan tepat pada waktunya, mungkin aku sudah pingsan. membaca Harry memang membuat otak dan hatiku kenyang. tapi aku tak bisa berpura-pura perutku tidak lapar. biskuit dari Mbah Ity tak banyak membantu. aku harus memompa air dari galon mbak Yessi sebelum bisa minum. tak segampang kelihatannya, karena meski aku sudah memompa berulang kali, aku hanya mendapatkan sedikit air. aku tak tahu mana yang tak beres, pompanya atau tanganku?

hari ini Papa datang membawakan peralatan yang kubutuhkan. sambil mengajakku ke kantin, Papa menyerahkan uang 400 ribu. aku bersyukur sekali. di kantin, Papa hanya memesan Pepsi dan aku langsung menyerang nasi ayam karena aku dari pagi memang belum sarapan. Papa bilang 200 ribu sebaiknya diserahkan dulu untuk membayar biaya asrama bulan September. memang masih kurang 150 ribu, tapi aku yakin Ibu Nur bisa maklum. sementara 200 ribu bisa kujadikan pegangan. seandainya Bu Nur menolak dengan alasan bisa dibayar awal September nanti, aku harus menyimpannya. aku mengangguk patuh. oh ya, aku bisa masuk asrama ini karena bantuan Mbah Ity. Mbah Ity yang menanggulangi biaya masuk asrama untuk bulan Agustus. kemarin ketika kami bertiga sampai di asrama, Papa menjelaskan bahwa kami belum bisa membayar dua bulan sekaligus dan menyerahkan uang 350 ribu untuk membayar bulan Agustus ini. Ibu Nur sangat memakluminya dan mengatakan bahwa aku bisa membayarnya lagi bulan September. tapi kami tak mau punya beban dan berniat membayar sisanya hari ini karena hari ini Mbah Ity baru mendapat uang pensiun. aku sangat berterima kasih pada Mbah Ity dan aku rasa hanya prestasilah yang dapat membayarnya....

meski begitu, ketika aku mendapatkan bantuan biaya hidup dari beasiswa, Mbah Ity mengharapkan aku mengganti paling tidak 500 ribu saja karena Mbah Ity mendapat giliran mengadakan pengajian minggu ketiga bulan ini. dan lagi, ini menjelang Ramadhan. pasti banyak sekali kebutuhannya...

begitu Papa pulang, aku menemui Bu Nur. dan seperti dugaanku, beliau mengatakan sebaiknya aku membayar awal September saja. aku bersyukur. setidaknya aku punya pegangan lagi...

siang ini, aku memutuskan untuk mencari warnet yang layak. warnet di sekitar kampus sepertinya tak ada yang menyediakan headset. jadi aku harus berjalan jauh demi online! aku sekilas berpikir aku ini gila karena rela berjalan jauh hanya untuk mendengarkan koleksi laguku. mungkin ini takkan terjadi seandainya aku punya MP3 player... ah, tak ada guna aku sesalkan! aku memilih untuk tetap berjalan. di tengah perjalanan, aku melihat toko alat tulis dan aku mampir untuk membeli peralatan tulis sekalian menanyakan warnet terdekat. tapi nyaliku ciut begitu tahu harganya sangat mahal. aku menghabiskan 16 ribu hanya untuk pensil, isi pensil, dan refill loose leaf. tadinya aku mau membeli spidol dan lainnya, tetapi aku tak berani merogoh kocek lebih dalam. sempat juga terlintas untuk membatalkan niat online. tapi akhirnya aku tetap pada tujuanku semula. aku mengumpat dalam hati dan aku belajar bahwa kalau ingin belanja sebaiknya di Mojokerto saja. sekarang aku sudah di warnet dan lega sekali mendapati headset bertengger manis di atas CPU. kalau tidak, aku mungkin frustasi karena menyadari aku ini gila. sekali lagi, demi sebuah warnet yang ada headsetnya.

fuuhhh.. aku tak tahu kapan lagi bisa online, mengingat jauhnya warnet ini. tapi aku lega setidaknya bisa melepaskan semuanya ke blog ini. selalu, aku bedoa Allah senantiasa melindungiku dari kesulitan dengan kasih sayangNya....

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates