Nakayoshi Naito 2009

tanggal 7-8 November angkatan Sastra Jepang 2009 menjalani ospek jurusan: Nakayoshi Naito. tempatnya di Pondok Indah CLaket, Pacet. aku langsung terdiam begitu memasuki kota Pacet. ini bulan November.. ya, mungkin pada saat yang sama di tahun lalu aku juga ke Pacet, bersama Hanif. aku tidak begitu ingat, dan aku belum sempat membuka arsip blogku yang lama. aku hanay bisa mengingat adegan ketika kami berboncengan naik sepeda motor, dia melepas tangan kirinya dari stang sepeda motor lalu seolah bertepuk dengan udara dingin Pacet, "udaranya enak. mirip sama di rumah Akang..."

acaranya cukup padat. aku tidak bisa menyebutkannya satu-persatu karena aku sendiri tidak bisa mengingatnya dengan baik. bodoh, padahal baru beberapa jam aku kembali dari Pacet, tapi tidak bisa mengingat apa-apa kecuali capek. yang jelas, aku tidak menangis di Pacet karena luka lamaku itu. aku tertawa bahagia, bersama teman-teman baruku sesama angkatan 2009 Sastra Jepang. yes, we are Niseikai!

ada banyak permainan menarik dan mendidik. aku kagum pada para senpaiku. mereka pasti sangat jenius sehingga bisa merancang permainan sedemikian rupa ini. ah, aku ingin menjadi panitia Nakayoshi Naito tahun depan!

permainan yang cukup seru adalah people to people. mirip sama Simon Says, tapi harus berpasangan: kohai-senpai. aku lupa siapa senpai pertama yang menjadi pasanganku, tapi untuk yang kedua, aku bersama Kahima Sastra Jepang, Gembul-senpai. aku memegang bahunya dari belakang, membuat dia kaget. semua menyaksikan kejadian itu sambil tertawa. aku jadi tidak enak pada Metha-senpai, kanojonya. tapi setelah itu, apes buatku. aku memilih Asuseno-senpai a.k.a Broedin-senpai yang terkenal sebagai nemuri senpai. aku memilihnya karena dia kocak dan gokil. tapi kenyataannya tidak selucu yang aku bayangkan. pertama, ada instruksi yang menyuruh kami untuk menempelkan hidung ke telinga teman kami. aku langsung mengkeret, sementara Broedin-senpai bilang, "sudah, terima saja!" enak aja dia bilang gitu! dan itu belum seberapa karena ada instruksi lagi untuk saling menempelkan pantat masing-masing. aku tengsin setengah mati. lalu tangan kanan memegang teliga kiri temannya, ditambah tangan kiri memegang perut temannya. gyaaa!!! aku langsung teriak dan kabur. Nene-chan terbahak-bahak menyaksikan adengan itu.

malamnya kami presentasi dan art show. baik presentasi maupun art show, penampilan kelompokku benar-benar ancur. tapi aku ga begitu peduli karena aku bisa bersenang-senang bercanda mengenai hal-hal yang sangat tidak penting.

setelah art show, kami diberi kesempatan untuk tidur. aku dan teman-teman yakin pasti ada sesuatu pada malamnya, semacam surprise dari panitia untuk kita. aku tidak sabar menantikannya, sampai hampir tidak bisa tidur.

tengah malam, kami semua dibangunkan. udara begitu dingin. aku menggigil. kami dibagi ke dalam lima kelompok secara acak. aku di kelompok satu bersama Rezar, Haru, Ian, Dian, dan Monniza. aku diberi kehormatan oleh mereka untuk menjadi ketua. aku bangga, sekalogus khawatir: tugasku ga bakalan mudah. lalu kami berangkat ke pos-pos untuk bermain game dan mendapatkan petunjuk ke suatu tempat final. di setiap pos itu, aku benar merasakan pentingnya kebersamaan, kerja sama, koordinasi, atau apapun itu istilahnya. aku merasa terharu. aku ingin seperti ini selamanya dengan mereka. kerja sama timku cukup baik, walaupun di pos 4 kami gagal. di pos ini, kami bermain balance: botol Aqua diikat dengan 7 potong tali rafia dan di atasnya diletakkan bola pingpong. kami harus membawa Aqua itu dari titik lampu menanjak ke titik lampu di atas. bola tidak boleh jatuh. waktu hanya 15 menit. permainan ini sangat sulit menurutku. koordinasi yang tepat benar-benar dibutuhkan dalam permainan ini. aku bersyukur haru masuk dalam kelompokku karena dia mengerti benar strategi yang harus kami pakai di setiap permainan. aku sampai iri padanya, dalam arti positif. ah, aku memang bukan apa-apa. tapi dengan begitulah aku harus menjadi seseorang yang mampu memimpin dengan lebih baik lagi!

bola jatuh sampai 3 kali. tapi kami tidak menyerah, sampai akhirnya kami menyelesaikannya. panitia bilang kami kelebihan 4 menit. kami tidak dapat poin, tapi kami mendapatkan petunjuknya.

kami ke pos lain. di pos terakhir, masing-masing dari kami diwawancarai oelh panitia, di tempat terpisah. aku diwawancarai oleh Upi-senpai. senpai yang baik hati. dia menanyakan padaku apa arti kebahagiaan, kesabaran, segala sesuatu yang ada hubungannya dengan prinsipku. aku menjelaskan dengan antusias sampai akhirnya aku merasa sungkan. sepertinya aku terlalu banyak mulut. tapi tak apa, aku senang bisa mengutarakan apa yang ada di pikiranku.

kami mendapatkan semua petunjuk. kami merangkainya. lalu jadilah kalimat: "Menghadaplah Aku seketika itu diberkahi jiwamu" aku merinding. benar-benar religius, menggungah hati kecilku hingga sampai ke tingkat takut yang setakut-takutnya. dari petunjuk itu, kami menyimpulkan bahwa tempat yang dimaksud adalah musholla. tapi aku takut begitu melihat musholla yang begitu sepi. anak-anak juga tidak yakin. akhirnya kami semua pergi ke lapangan tempat api unggun tengah dipersiapkan.

kami semua berjuang melawan dingin. untunglah aku dipinjami jaket oleh Dian. api unggun dinyalakan. permainan yang sesungguhnya akan dimulai. panitia menanyakan kelompok mana saja yang tidak pergi ke musholla, yaitu tempat yang seharusnya kami datangi jika kami bisa memecahkan petunjuk itu. dari 5 kelompok, hanya kelompok Alfi saja yang pergi ke musholla. sedangkan keempat yang lain tidak pergi. ternyata sebagian besar dari kami semua berpikiran sama, tidak yakin dengan petunjuk yang ada. padahal di sana kami akan dibagikan pin Niseikai. benar-benar teledor. aku mengira kami akan dimarahi karena keteledoran itu. tapi tidak. kami tetap dibagikan pin. aku lega, sampai kami menyadari bahwa ada satu orang yang tidak mendapatkan pin.

inilah masalah intinya. ternyata semua kelompok juga harus mengorbankan satu orang. orang itulah yang tidak mendapatkan pin. Rezar mengalah untukku, karena dia tahu tanpa pin itu aku tidak memiliki kesempatan untuk menjadi Kahima. pin itu memang tidak seberapa nilainya, tapi artinya sangat penting. pin itu adalah simbol kami, penanda bahwa kami adalah anggota resmi Niseikai, Sastra Jepang UNAIR. hampir semua menolak menerima pin itu jika ada anggotanya yang tidak kebagian. senpai menyerang argumen kami. apakah kami setolol itu sehingga mau mengalah demi orang lain? bagiku, jika mengalah demi teman yang juga berhak untuk mendapatkan sesuatu yang sama dengan kami adalah tolol, maka aku ingin menjadi orang tolol. aku sebagai ketua merasa sangat tidak becus sehingga menyebabkan kami gagal dalam satu pos dan itu berakibat pada pembagian pin ini. seandainya kami berhasil di semua pos, masing-masing dari kami akan mendapat pin. tapi aku bersyukur, inilah training bagi kami, agar kami bisa mengerti apa arti kebersamaan. antara senpai dan kohai beradu argumen, mengenai pembagian pin ini. senpai menekankan kepada kami, apa kami mau berkorban demi orang lain? dan kami menegaskan: ya. kelompok Didin misalnya, mereka tidak mau menerima pin itu jika ada yang tidak kebagian. aku salut pada kegigihannya. senpai terus memaksa agar Didin membagikan pin itu kepada siapapun yang ada di dalam kelompoknya yang dianggap brehak menerima pin itu. tapi Didin tetap tidak mau. Wawan-senpai bertanya, siapa yang mau berkorban untuk kelompk mereka? aku, yang ada di sebelah kelompok Didin menyerahkan pinku. Didin kaget. dan menolaknya. aku emosi, dan aku memaksanya untuk menerima pin itu. Haru mem-back upku dengan menyerahkan pinnya.

Totot-senpai bertanya padaku, "Cha, siapa dalam kelompokmu yang belum mendapatkan pin?" aku belum selesai menjawab, Totot-senpai melemparkan pinnya kepadaku. aku kaget. lalu, bersamaan dengan terbitnya matahari, para senpai memberikan pinnya kepada mereka yang tadinya belum mendapatkan pin.

ya, saat itulah aku menangkap arti nakayoshi. senpai telah mengajarkan kepada kami malam itu. aku terharu, menatap pinku dengan bangga. ini adalah pin yang diberikan senpai kepada kami. Rezar menyalamiku dan bilang, "keren kamu Cha, itu pinnya senpai. kalau begitu aku merestuimu menjadi Kahima. tapi bukan berarti tanpa perlawanan dariku ya..." aku hanya tersenyum sambil merenungkan pertanyaan yang terlintas di benakku: pantaskah aku menjadi ketua?

namun, walaupun aku bukan siapa-siapa, aku berusaha menjadi seseorang yang pantas menjadi pemimpin.

setelah merenungkan satu visi yang telah kami capai, kami main basah-basahan. perang air antara peserta dengan panitia, dilanjutkan dengan acara saling menceburkan satu sama lain ke kolam villa

nisekai aidai

aku pun tak luput dari sergapan Kie, Risda, Pika, dkk ^^;

begitu pulang, aku menemukan kenyataan bahwa kebersamaan itu hanyalah sesaat saja. aku menemukan beberapa di antara kami kembali menjadi individualis. misalnya, ketika Dewi-senpai membawa tasnya masuk ke dalam bus, dia kelihatan kesusahan. tak ada yang berinisiatif menolong pada awalnya. aku ingin menolong, tapi terhalang oleh Ian yang duduk di sampingku. aku menyesal tak dapat menolongnya. tapi untung Dina menolong. itu memberiku secercah harapan: kami pasti bisa benar-benar bersatu. amin..

viva Niseikai!

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates