Aku dan Muridku

Hm... Saking lamanya ngga posting di sini, jadi bingung mau nulis apa. Tapi sekarang, aku pingin share tentang murid-murid les privatku.
 
Kita mulai dari Maydi ya... Maydi, atau Maynada Lara Sati, bisa dibilang dia adalah murid ketigaku di Surabaya. Dia termasuk murid yang paling lama aku ajar selama di Surabaya. Seingatku, aku mulai ngajar dia pas semester 3 sampai semester 4. saat itu dia kelas 1 SMP di SMP Katolik St. Vincentius Surabaya. Rumahnya di Tembok Dukuh gang 6. bisa dibilang juga, dia termasuk murid yang rumahnya paling jauh. Kalau dari kampus B, aku harus naik angkot E jurusan Sawahan, turun di Tidar, lalu jalan nembus gang ke rumahnya. Kalau sama macet-macetnya sih, kira-kira aku butuh waktu 45 menit untuk sampai di sana. Jauh memang, tapi aku merasa sepadan. Maydi emang anak tunggal, tapi dia tidak semanja murid-muridku dulu. Kalaupun mannja, lebih seperti seorang adik bagiku. Kalau belajar emang agak ngerajuk, tapi setidaknya dia masih mau nurut. Keluarganya juga baik banget. Setiap kali selesai les, aku selalu diajak makan malam sebelum pulang. Pakdhe, Budhe, Om, Tante, dan kakak-kakak sepupu Maydi selalu baik padaku. Terkadang, setiap kali aku datang ke rumah itu, aku merasa seperti pulang ke rumah sendiri, rumah yang dihhuni oleh keluarga yang hangat. Aku jadi iri pada keluarganya.
 
Banyak kesan-kesan manis yang aku alami dengan Maydi. Yang paling berkesan manis adalah waktu aku ngajar menjelas ulang tahunnya. Kalau tidak salah, aku mengajarnya pada tanggal 24 Mei 2011, sehari sebelum ulang tahunnya. Aku ingat waktu itu aku belum makan siang. Aku kelaparan. Begitu juga dengan Maydi. Sialnya, di rumahnya tidak ada makanan. Terpaksa kami menahan lapar, menunggu Bu Sasha, mamanya Maydi, pulang kerja. kami lanjut belajar sambil mengeluh lapar. Lalu kami mendengar suara orang berjualan jajan. Maydi langsung teriak, "Mbak, donat mbak! Ayo beli itu aja Mbak!" tanpa banyak cingcong, aku langsung keluar lewat pintu belakang, mencegat tukang donat itu. Aku membeli beberapa donat manis dan donat kentang. Aku membawa masuk donat-donat itu ke kamar Maydi, yang langsung disambut olehnya. Rasanya bener-bener enak. Terutama donat kentang itu. Aku dan Maydi sampai ketagihan. Aku sendiri bener-bener nggak nyangka kalau donat murah itu begitu enak. Maydi bilang, "Mbak, kapan-kapan kalau donatnya lewat lagi, beliin lagi ya Mbak?" aku Cuma tersenyum. Anak ini bener-bener manis.
 
Sekarang aku sedang libur mengajar karena dia juga liburan. Entah kenapa, aku merasa sangat sangat kangen untuk mengajarnya lagi. Maydi bilang di FB kalau dia udah naik kelas 2. katanya, nanti kalau udah masuk sekolah, dia akan mengabariku kapan les lagi. Mendengarnya saja sudah buat aku senang. Aku bener-bener ngga sabar menunggu jadwal les baru lagi. Oh ya, aku harus lebih mempersiapkan diri nih... Aku ngga boleh kayak dulu lagi, Cuma modal badan sama otak doank. Aku harus beli buku-buku, atau download PDF, buat materi ajar, supaya hasilnya lebih maksimal lagi. Kalau aku ada uang dan sempat ke Surabaya, aku mau beli buku di Jalan Semarang ah...
 
Sebelum Maydi libur, aku sempat ditawari mbak Naning untuk mengajar anak-anaknya. Mungkin aku udah cerita ya? Ya, murid selanjutnya adalah Anin dan Evan. Mereka murid-muridku di luar bimbel VISION. Anin masih kelas 3 dan Evan kelas 1. Kalau tidak salah sih, mereka sekolah di SDN Perak Barat. Rumahnya? Jelas di Perak juga donk! Jauh banget kan? Hehehe... Mereka adalah murid yang rumahnya terjauh. Aku ngga inget persis berapa waktu yang dibutuhkan untuk ke sana. Mungkin sekitar 45 sampai 60 menit. Kalau berangkat, aku naik angkot C jurusan Indrapura dari depan kampus B, ngelewatin Pasar Atum, gedung Bank Indonesia (mungkin cabang?), Tugu Pahlawan, Stasiun Surabaya Kota, baru deh nanti turun di depan Brimob. Nanti aku masuk ke jalan Ikan Trowani, lalu sampai deh di rumah mereka.
 
Sehari-harinya, Anin dan Evan tinggal bersama sang Nenek dan pembantunya. Biasanya kalau aku datang, mbak Naning masih belum pulang. Katanya sih masih kerja. kalau aku datang, mereka pasti langsung menghambur menyambutku. Senang sekali rasanya. Mereka cukup antusias kalau belajar, terutama Evan. Kayaknya ngga ada kata "capek" buat dia. dia selalu minta tugas lebih. Bahkan, terakhir kali aku ke sana sebelum libur, dia minta PR perkalian lebih banyak. Aku suka melihat antusiasnya. Satu-satunya hal yang menghalanginya belajar adalah keinginan untuk main. Kakaknya, Anin, lain lagi. Sepertinya dia gampang capek, atau gampang bosan? Dia selalu mengeluh materinya kebanyakan, dan lain-lain. Padahal aku membagi materi dan waktu belajar sama rata. Hanya level antara Anin dan Evan saja yang kubedakan, karena mereka beda kelas. Terkadang aku heran sama dia, masa hanya dalam waktu kurang dari satu jam dia sudah bosan? Gimana kalau dibandingkan dengan Maydi yang dua jam? Aku dan Maydi sampai ngantuk-ngantuk di kamarnya. Tapi yah, mungkin karena Anin juga masih anak-anak, masih pingin main terus. Sama aja dengan Rozy, anaknya Bu Hamzah, pemilik kostku. Tapi aku mencoba mengevaluasi diri. Mungkin emang cara ngajarku juga yang membosankan. Kalau aku punya kesempatan untuk mengajar mereka lagi, aku akan mencoba mengubahnya.
 
Lalu, murid terbaruku, Ayu. Aku memanggilnya Mbak Ayu, karena ia lebih tua dariku, bahkan dari Angga! Dia orang Sulawesi. Aku tidak tahu apa sebenernya tujuan dia di Surabaya, yang jelas dia hanya tinggal sendiri di sini. Dia kost di Karang Wismo I, satu gang sebelum gangnya Dewi. Yang mengontrakku adalah tunangannya, mas Ikhwan, melalui mbak Vita. Mas Ikhwan mencari tentor privat untuk PMDK bahasa Indonesia dan bahasa Inggris untuk mbak Ayu. Mbak Vita langsung menawariku. Katanya hanya untuk dua hari saja. Aku sih ngga masalah, toh aku tidak terlalu sibuk. Oke, ngga gitu juga sebenernya. Sebenernya waktu itu aku masih dalam masa UAS. Selain itu, aku harus menyelesaikan makalah Shakai dan Bunka Nyumon. Tapi, namanya juga rezeki, masa aku tolak? Dan lagi materinya ngga terlalu sulit, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris aja kan? Aku menyanggupi. Aku mencari bahan soal SNMPTN di internet. Emang sih, level soal PMDK dan SNMPTN berbeda. Yang aku tahu, soal SNMPTN lebih sulit. Tapi ngga ada sumber yang share tentang soal PMDK di internet. Lagipula, kalau mbak Ayu bisa mengerjakan soal-soal SNMPTN dengan baik, insya Allah dia juga akan bisa mengerjakan soal PMDK dengan baik kan? Aku mempersiapkan semuanya sebaik-baiknya. Aku print soal-soal itu, aku jepret dengan rapi, lalu aku pelajari. Aku ngga mau lagi Cuma jadi bonek, yang bondo nekat alias modal nekat doank. Ngga bagus juga untuk progres murid-muridku. Kalau aku pelajari lebih dulu, aku bakal lebih siap mengajar.
 
Hari pertama les, agak terasa canggung. Entah kenapa aku merasa dia manja. Yah, tadinya kupikir dia lebih muda dariku, makanya aku maklum aja kalau dia manja. Tapi ternyata dia lebih tua dariku, jauh lebih tua. Kalau tidak salah dia kelahiran tahun 1986. pokoknya jauh lebih tualah! Agak kikuk juga jadinya. Saat itulah pertanyaanku terjawab, kenapa dia sudah bertunangan. Wong pada dasarnya dia udah umur siap nikah kok. Terus, aku bertanya, mau soal bahasa Inggris dulu atau bahasa Indonesia dulu. Karena kelihatannya dia ngga minat sama bahasa Inggris, aku memberinya sola bahasa Indonesia yang sudah aku print. Keliahatannya dia langsung bosan. Dia bilang, "Duh, harus ngerjain soal ya?" aku berusaha membujuknya. Suaraku sampai tercekat. Aku bilang kalau kita pemanasan dulu. Lalu aku baru sadar, aku dikontrak untuk berapa jam per pertemuan yah? Normalnya sih 1,5 jam. Tapi mbak Vita ngga bilang sih! Waduuuhh... Rasanya 1,5 jam itu lama banget. Tapi aku berusaha sabar. Toh, aku yakin dia bisa.
 
Tidak sampai 30 menit, dia langsung menyerah. Sambil membuang kertasnya, dia bilang, "Aduh, ngga ada cara lain ya? Pusing aku. Banyak banget bacaannya." iya emang sih, soal bahasa Indonesia itu banyak bacaannya. Yang aku pilihkan untuk dia itu yang soalnya sedikit. Aku ada soal yang lebih banyak. Aku ngga bisa ngebayangin reaksinya kalau aku kasih dia soal itu. Aku mengambil soal yang dia buang itu. Aku tersenyum sabar. Yah, setidaknya dia udah separuh soal. Terus aku bilang, "kita bahas ya?" satu per satu soal dan jawabannya aku bahas. Dia mendengarkan. Dia mencatat beberapa hal yang tidak dia mengerti. Aku agak lega. Berarti dia masih ada minat belajar. Aku terus melanjutkan, sampai soal yang terakhir dia kerjakan. Kelihatannya minat belajarnya kembali lagi. Katanya, "Nah, kalo gini kan enak. Aku jadi ngerti." lalu dia cerita kalau sebelumnya dia pernah diajar oleh seorang tentor untuk mata pelajaran ini, anak buahnya mbak Vita juga. Lalu aku tanya, "Kenapa kok ngga dilanjutin lagi?" Jawabannya singkat dan enteng, "Orangnya nggak asik." aku langsung jantungan. Terus gimana kalau dia nganggep aku juga nggak asik? Waduh...
 
Tapi untungnya itu ngga terjadi. Kelihatannya dia menganggapku "asik". Hehehe... Setelah semua soal kubahas, aku jadiin sisa soal itu sebagai PR. Dia langsung mau. Heran juga melihat perubahan sikapnya. Setelah itu, dia cerita lagi, kalau tentor sebelumnya hanya menyuruhnya mengerjakan soal-soal di buku SNMPTN yang Ayu beli sendiri. udah gitu, sama tentornya juga ngga dibahas. Yah, istilahnya kayak aku dulu, ngga modal apa-apa. Akhirnya dia ngambek dan ngga mau belajar lagi. Tapi mas Ikhwan membujuknya dan mencarikan tentor lain. Akhirnya ketemulah aku sebagai pengganti. Huufft... Untung aja aku sedikit mempersiapkan diri. Gimana kalau seandainya aku ngga mempersiapkan diri? Bisa-bisa aku didepak deh...
 
Hari kedua, kami belajar bahasa Inggris. Dia langsung menunjukkan muka ngeri. Dugaanku sih, dia ngga menguasai bahasa Inggris sama sekali. Tapi aku membujuknya. Tapi kali ini dia bener-bener ngga mau ngerjain. Buntu deh. Akhirnya aku bimbing dia pelan-pelan. Aku coba artiin bacaan-bacaannya, dan juga pilihan-pilihan jawabannya, lalu kubiarkan dia memilih jawaban sendiri. emang agak kurang efektif, tapi setidaknya better daripada ngga belajar sama sekali kan?
 
Selesai belajar, kami mengobrol. Dia cerita kalau dia seorang muallaf. Keluarganya adalah penganut Kristen yang taat. Orang tuanya bener-bener ketat soal agama. Katanya, dulu waktu sekolah, kalau dia dapat nilai 8 untuk mata pelajaran agama, pasti dia dicubit mamanya. Lalu dia cerita, sebenernya dia dulu kuliah jurusan agama, lalu semester 6 dia keluar. Alasannya, karena ia ingin mendalami Islam. Tapi secara diam-diam.
 
Aku mendengarkan ceritanya dengan takjub. Aku bertanya, kenapa dia memutuskan untuk masuk Islam? Lalu dia menceritakan awalnya. Katanya, ternyata ayahnya dulu seorang Muslim. Lalu, menikah dengan ibunya mbak Ayu dan masuk Kristen. Mbak Ayu mengetahui hal itu ketika ia berkunjung ke rumah keluarga besar ayahnya di Jakarta. Lalu dia cerita, dia sering ditinggal sang kakek sholat malam. Setiap subuh pun, ia mendengar adik sepupunya yang masih kecil membaca Al-Qur'an. Mbak Ayu suka sekali dengan suara itu. Katanya, rasanya damai. Aku tersenyum membayangkannya. Aku sendiri juga suka mendengar suara orang mengaji subuh-subuh. Rasanya jauh lebih damai dan menenangkan dibandingkan dengan nyanyian pengantar tidur manapun.
 
Cerita berlanjut. Dulu ia sering berteman dengan orang-orang Islam. Ia memperhatikan tingkah laku orang Islam beribadah. Katanya, setiap kali ia mendengar suara adzan, ia merasa seperti tertarik. Ia selalu merasa ingin masuk ke dalam. Lalu ia melihat orang berwudhu, ia juga pingin seperti itu. Akhirnya ia minta pada teman-teman Islamnya supaya diajarkan wudhu. Jadi, kalau teman-temannya sholat, ia juga ikut wudhu. Hanya saja dia ngga ikut sholat seperti teman-temannya.
 
Aku hanyut mendengar cerita itu. Rasanya aku ini kerdil banget. Seorang dari agama lain bisa menerima hidayah dari Allah, lalu menekuni Islam sepenuh hatinya. Aku jadi iri, kenapa ya aku yang dari lahir bergama Islam, malah ngga seperti dia. Kapan ya aku bisa bener-bener setulus dia? Lalu aku jadi malu sendiri. sepertinya ini teguran dari Allah untukku.
 
Ngga terasa hari sudah malam. Aku pamit pulang, dan bilang semoga sukses untuknya. Dia minta aku untuk mengajarnya lagi, kalau dia mampir ke Surabaya. Aku mengiyakan. Aku selalu ingin mengajar orang-orang yang punya keinginan untuk belajar, seperti mbak Ayu.
 
Ya, itulah cerita tentang murid-muridku. Banyak kesan selama mengajar mereka. Terkadang emang lelah, bosan. Tetapi aku senang bisa kenal murid-muridku. Aku bisa mengenang masa-masa ketika aku seusia mereka. Aku pun jadi teringat, bahwa masa belajar adalah masa yang sangat menyenangkan.
 
Serasa aku diberi kekuatan untuk terus hidup...

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates