Semester 5, Titik Nol

16 September 2011 23:20 Sekarang aku udah semester 5. 3 nensei. Ngga kerasa aku udah jadi mahasiswa senior. Udah saatnya jadi dewasa. Aku masih belum bisa bayangin seperti apa tantangan yang menantiku di semester ini. Tapi, untuk mengantipasinya, aku persiapkan waktu lebih untuk belajar. Aku kurangi kegiatan organisasi-organisasi. Aku udah ngga berminat lagi terlibat terlalu mendalam di kegiatan selain kuliah. Oh ya, sekilas tentang hasil semester 4. IP turun jadi 3,71. bukan perubahan drastis emang. Tapi itu cukup untuk menjadi pelajaran bagiku. Aku sadar, aku bisa turun begini bukan karena kemampuan berpikirku menurun. Malah sebaliknya, kemampuan berpikirku meningkat sedikit demi sedikit. Nilaiku bisa turun karena aku sendiri kurang fokus. Juga karena aku terlalu sombong, mengira bisa mengatasi semua 24 sks itu dengan hebatnya. IP turun ini menyadarkanku tentang batas kemampuanku. Makanya, semester 5 ini aku mengurangi sks yang aku ambil (sampai Putri-sensei dan temen-temenku heran dan bertanya, "Yakin cuma 20 aja?") dengan harapan aku bisa bener-bener fokus. Kalau sampai nilaiku tetap atau malah turun (naudzubillah min dzalik) berarti aku bener-bener keterlaluan. Entah dengan cara apa aku bakal menghukum diri sendiri kalau begitu caranya. Oke, balik lagi ke semester 5. Aku udah memasuki awal semester. Rasanya? Agak sedikit bosan. Kalau kurasa sih, karena aku makin menyadari kalau belajar itu emang ngga selalu menyenangkan seperti yang selama ini aku tanamkan di otakku. Selama ini aku cuma menipu diri sendiri dengan menganggap bahwa belajar itu selalu menyenangkan. Aku menanamkan pikiran seperti itu karena aku ingin jadi "berbeda" dari yang lain. Kalau yang lain bilang, "Belajar itu ngga asik!" maka aku pingin bilang, "Belajar itu asik kok!" Tapi toh nyatanya ngga selalu gitu. Ada aja saat-saat aku menjadi jenuh belajar tanpa alasan. Dulu mungkin aku bisa alasan, "Ngga punya laptop. Mau belajar jadi terhalang karena ngga ada sarananya". Kalau aku pikir-pikir sekarang, sumpah alasan itu tolol banget. Keliatan banget ngga niatnya. Oke, tapi biar gimana juga sekarang aku udah disediain sarana. Laptop udah. Sama printer lagi (biarpun printernya rewel). Apalagi? Modem? Halah. Toh masih ada warnet (biarpun harus liat isi kocek dulu). Masih bisa akses wi-fi entah di mana (wi-fi kampus sumpah busuk banget). Masih bisa pinjem modem sama Angga ("apa sih yang ngga buat kamu?"). Sarana bukan alasan. Terus, apa donk yang bikin jenuh? Entah. Kurang makan sama kurang perhatian aja kali. Back to topic. Meskipun ngerasa bosen, aku tetap berusaha bersikap dewasa dalam belajar. Ceileh, makanan model apa lagi tuh? Dewasa dalam belajar? Oke, aku berusaha menjelaskan maksudku gimana. Maksudku, aku berusaha bertanggung jawab lebih baik lagi dalam belajar. Kalau ada tugas, ya dikerjain sebaik-baiknya. Belajar lebih intensif lagi, ngga cuma waktu mau ulangan aja. Brainstorming. Eksplorasi ilmu di segala media. Sering-sering diskusi. Banyak baca buku. Benar-benar rencana yang sempurna. Tapi tetep aja, rencana ya tinggal rencana kalau ngga dijalanin. Aku serasa balik ke titik nol. Itu tentang kuliah. Lalu, gimana dengan kegiatan lain? Kita mulai dari AIESEC. Kayaknya sih aku udah pernah cerita. Ya pokoknya aku udah resign. Aku udah bukan anggota AIESEC lagi dan udah ngga boleh make atribut apapun yang berhubungan dengan AIESEC. Dalam sistem, mungkin aku bisa dibilang sebagai alumni yang tidak menyelesaikan AIESEC Experiences. Apapun judulnya, yang jelas aku udah ngga terlibat dalam AIESEC lagi. Lalu, HIMA. Niseikai yang dulu sangat-sangat kucintai, kini tergeser kedudukannya dalam hatiku karena ada Angga. Halah. Apa sih. Hahahaha.... Ngga gitu juga. Aku cuma ngga pingin cuma bisa masukin kaki ke dalam kolam, kecipak-kecipuk buang-buang air, kalau aku ngga berniat berenang ke dalamnya. Jangan sampai aku memberi kontribusi cuma setengah-setengah. Makanya, aku ngga mau jadi rakus, semua posisi aku ambil, tapi ngga sadar kemampuanku seberapa. Aku cuma ambil posisi yang bisa aku handle dengan baik dan menjaga amanah yang diberikan kepadaku. Udah cukup aku mengecewakan banyak orang, sekarang aku udah ngga mau ngecewain mereka lagi. Kemudian, Ju jitsu. Satu hal yang bisa kukatakan: mundur. Aku mengalami kemunduran. Baik itu dalam will maupun power. Aku serasa ngga memiliki alasan lagi untuk tetap di sana. Di sana tidak ada lagi orang-orang yang kukenal. Semuanya berubah. Dan bagiku, perubahan itu menuju kemunduran. Meskipun keorganisasian dan sarananya semakin maju, tetapi ada yang mundur. Entah apa itu. Mungkin keakraban. Mungkin persatuan. Mungkin kekeluargaan. Mungkin kesadaran. Mungkin rasa hormat. Entah. Aku tak tahu. Yang jelas, ketika aku menulis kalimat-kalimat ini, air mataku udah mau tumpah, kangen sama UKM Ju jitsu yang dulu. UKM yang serba ngga jelas dan mungkin ngga diperhitungkan orang. Tapi di UKM itu aku mengenal pelatihku, teman-temanku, senpai-senpaiku. Dan kini, meski masih dalam satu nama yang sama, orang yang sama, semua berubah. Berubah menuju kemunduran! Entah ini pantas aku tangisi atau enggak. Karena will udah hampir hilang, powerku juga melemah. Jadi serba ngga niat. Aku semakin lemah dan tertinggal. Puncaknya ya waktu aku mendapat perlakuan yang bener-bener keterlaluan dari beberapa orang di dalam sana. Ceritanya udah aku posting di blog yang satu lagi. Tekadku jadi naik-turun. Ketika mendapat perlakuan itu, aku langsung berpikir untuk segera mundur begitu aku masuk semester 5. Tapi, karena ada beberapa orang lain yang menguatkanku, aku jadi ragu untuk mundur. Akhirnya, alasanku tertambat di orang-orang itu. Aku tahu, itu cara yang salah. Sejak awal aku masuk UKM itu, pelatih dan senpai-senpaiku udah bilang, "Jangan sampai masuk Ju jitsu hanya karena seseorang. Entah itu teman, pacar, atau mungkin orang yang disukai. Karena, kalau suatu hari mereka keluar, kita pasti pingin keluar juga". Celakanya, aku malah mengambil cara itu. Dan benarlah. Ketika orang-orang yang menguatkanku malah berbalik mengecewakanku, aku jadi ragu untuk tetap berada di sana. Dan yang kupikirkan hanyalah: aku ingin merdeka. Dari segala penipuan terhadap diri sendiri. Dari segala hinaan dan tekanan yang menekanku. Dari segala belenggu untuk jadi diri sendiri. Sekali lagi, aku balik ke titik nol. Itu tentang kampus. Lalu, tentang kerjaan. Semua muridku sekarang udah ngga les lagi sama aku. Akhirnya, aku ngga ada kerjaan. Di satu sisi, aku bersyukur bisa punya waktu luang untuk belajar dan istirahat. Jadi bisa sedikit lebih fokus. Di sisi lain, aku ngerasa harus melakukan sesuatu. Uang bukan segalanya, tapi kita butuh uang untuk menghidupi diri. Aku bersyukur karena beasiswaku sekarang dikasih per bulan, bukan per semester lagi. Menurutku itu cara yang aman. Karena kalau dikasih per semester, di awal semester pasti udah abis. Payah dah. Meski begitu, aku harus mengakui kalau itu ngga cukup. Bayar kos, uang makan, dan kebutuhan lainnya per bulan ngga bisa terpenuhi dengan uang 400 ribu. Alhamdulillah kalau dapat dari Papa. Mudah-mudahan rezekinya lancar. Amin... Tapi, yang namanya hidup kan harus punya rencana cadangan. Aku ngga bisa terus-terusan bergantung sama orang lain, ngutang sama temen, dikasih belas kasihan dari orang lain, ngerepotin Angga. Aku harus punya sumber yang lain. Malu aku kalau dibantu orang hanya karena belas kasihan, sekalipun yang ngebantu adalah pacarku sendiri. Rasanya rendah banget kalau ngga bisa ngebales kebaikannya. Masalah rezeki, aku selalu percaya Allah sudah mengatur yang terbaik. Kalaupun aku boleh meminta, aku cuma pingin rezeki yang bisa membuat aku dan keluargaku mandiri, juga bisa membantu orang lain. Ngga perlulah kaya raya melimpah ruah sampai bisa beli Gerard Way sekalian sama antek-anteknya. Hahahahaha.... Back to topic. Ngga ada kerjaan membuatku merasa seperti dulu lagi. Kembali ke titik nol. Begitu aku menyadari hal ini, aku mencari-cari apa sih penyebabnya aku mengalami kemunduran kayak gini? Apa aku semakin jauh dari Tuhan? Apa aku udah berubah? Apa aku salah bergaul? Apa? Apa? Apa? Apaaa??!! Yah. Mau teriak-teriak kayak apa juga ga bakal tau jawabannya. Butuh instrospeksi diri. Mungkin ada hikmahnya juga. Kembali ke titik nol berarti kesempatan untuk menjadi orang baru yang lebih baik. Mudah-mudahan sih begitu. Amin...

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates