Bacaan Bagus: Kumcer "Penggali Sumur"

okee, seperti janjiku di postingan sebelumnya, kali ini aku akan bahas sedikit tentang bacaan bagus yang aku baca akhir-akhir ini.

note:
1) aku mengulas buku ini semata-mata karena keinginan pribadiku. aku ingin share tentang buku ini karena aku pribadi menganggap buku ini bagus dan layak baca. postingan ini sama sekali ngga ada hubungannya dengan kepentingan pihak luar seperti promosi dan sebangsanya.

2) bagi yang belum pernah baca buku ini, aku sama sekaaaaali tidak menyarankan anda menlanjutkan baca postingan ini, karena pasti bakal jadi spoiler. aku ngga mau pembacaan anda terpengaruh setelah baca postingan ini, karena aku ngga pernah suka gagasan "memberikan pendapat untuk mempengaruhi pembacaan orang lain". aku selalu percaya, tidak pernah ada interpretasi yang 100% absah. setiap orang berhak menginterpretasi sesuatu berdasarkan pemahamannya sendiri. dunia ini ngga perlu patokan interpretasi agar seragam, karena perbedaan itulah yang membuat dunia lebih berwarna :D



jadi ceritanya begini, aku ngerasa kemampuan bacaku sedikit menurun akhir-akhir ini. bukan masalah mata secara fisik sih, tapi aku ngerasa kok aku butuh waktu yang lama untuk memahami bacaan. bahkan ketika aku berusaha baca pelan-pelan dan mengulang-ulanginya, tetep aja aku ngga paham. akhirnya aku putuskan untuk "melatih" kemampuan bacaku lagi, dengan cara membaca bacaan bagus.

seolah direstui Tuhan, bertemulah aku dengan buku itu, di rak bukunya mbak Mega xDD

buku tipis itu ternyata kumpulan cerpen. judulnya "Penggali Sumur" karya Zaki Zubaidi. covernya serem seru: ilustrasi orang-orang berjas yang ditanam terbalik, dengan posisi kepala berada di dalam tanah. iya serius, ditanam. terbalik. ternyata itu lukisan seseorang, dari luar negeri kayaknya. aku lupa apa judul lukisannya dan siapa pelukisnya. nanti ya kalau aku bisa pinjem lagi aku tulis di sini hehehe :p

buku tipis itu diterbitkan sama Forum Studi Seni dan Sastra Luar Pagar atau yang disingkat FS3LP (maaf kalau urutan kata atau singkatannya salah. yang aku inget S-nya ada 3 pokoknya :D) kalau kata mbak Mega sih, penerbitnya itu yaa anak-anak Gapus FIB UNAIR sendiri. Gapus atau "Gardu Puisi" ini adalah Badan Semi Otonom (BSO) di bawah naungan FIB UNAIR yang bergelut di bidang sastra seperti cerpen, puisi, drama, dan sebagainya.

oh ya, Zaki Zubaidi sendiri salah satu anggota Gapus loh. sekarang ia jadi wartawan untuk surat kabar yang cukup ternama. kalau menurut kata pengantar di buku tipis itu, terbitnya buku itu adalah hasil bujuk rayu anak-anak FS3LP agar mas Zaki ini mau nerbitin cerpen-cerpennya dalam bentuk kumcer (kumpulan cerpen) :D

awalnya sih setengah heran, buku apa sih ini kok tipis banget. kertasnya burem lagi, ugh. biasanya kalo udah begitu, aku bakal cek siapa penerbitnya. dan FS3LP terasa begitu asing buatku. terbitan mana ini, pikirku. waktu itu, aku ngga tau apa-apa tentang FS3LP sampai selesai baca dan diceritain mbak Mega. jadi aku memutuskan untuk mencari tau di internet setelah aku selesai baca.

sebelum aku bener-bener mulai baca, aku bolak-balik halamannya satu per satu. jujur, aku termasuk bawel kalau soal cetakan. aku ngga suka buku yang dicetak dengan tidak apik. kalau kertas burem, masih bisa aku terima sih, karena masalah ongkos percetakan juga kan ya. tapi aku ngga bisa terima kalau:
1. antara kertas dan tulisannya ngga sejajar
2. potongan kertasnya ngga rapi
3. lemnya mudah lepas
4. huruf-hurufnya ngga tercetak dengan tebal dan jelas
5. font, point, margin, dan spacing-nya asal. kelewat kecil. ngga manusiawi
5. desain covernya asal-asalan: asal comot dari internet terus dijadiin cover, udah gitu ngga ada disclaimer-nya lagi ini ambil dari mana

tapi, ternyata buku ini beda. emang sih kertasnya burem, tapi cetakannya bagus. ngga ada masalah seperti yang aku sebutin di atas. semuanya rapi. aku mulai merasa puas.

aku enjoy baca kata pengantarnya. ngga asal formil, ngga asal menggurui. aku ngerasa seolah-olah orang-orang FS3LP ini berbicara langsung kepadaku. baru kali ini aku bener-bener menikmati baca kata pengantar.

terus aku mulai baca cerpen pertama. judulnya "Pak Mandor". ceritanya tentang seorang mandor bersahaja. meskipun kaya, dia tetap naik sepeda ontel (sepeda gowes biasa itu looooh). tiap pagi dia selalu minta istrinya untuk menyiapkan uang receh. uang receh itu dia berikan kepada pengemis-pengemis yang ada di jalan menuju tempat kerjanya.

ngomong-ngomong, setting tempatnya aku kenal banget: jalan raya Jemursari, Surabaya yang lagi dalam pembangunan. emang sih sekarang udah ngga ada pembangunan lagi, tapi aku bisa ngerasain atmosfirnya waktu baca cerpen ini.

suatu hari, kebiasaan dan sikap Pak Mandor berubah, karena satu insiden kecil. seorang anak jalanan menolak uang lima ratus rupiah yang diberikan kepadanya, dan malah minta seribu rupiah. tersinggunglah Pak Mandor. anehnya, anak ini tidak menolak receh lima ratusan dari orang lain. Pak Mandor merasa, orang lain melihatnya sebagai orang pelit, makanya ngga mau menerima pemberiannya. sejak saat itu, dia jadi suka marah-marah, bahkan memukuli seorang penjaja masker. akhir cerita, dia dianggap kesurupan.

you guys, don't dare to ask me what does this story mean... because I don't know, too :p

jujur aku linglung abis baca cerpen pertama. terus aku lanjut ke cerpen kedua. judulnya, "Meong"
judulnya unyu banget ngga seh :3

masih cerita soal orang kaya. reputasinya baik, dikenal dermawan sekali. tiap tahun selalu mensponsori acara kampung. tapi tahun ini, sang juragan lagi bangkrut. dia cuma punya usaha warung makan lele sederhana. tapi tak seorang warga kampung yang tahu. selamanya citra sang juragan di mata mereka adalah kaya raya dan baik hati.

sang juragan ini juga sepertinya masih ngga mau kehilangan muka. dia dan istrinya cari akal bagaimana caranya mereka tetap bisa mensponsori acara kampung yang akan datang. akhirnya, muncullah ide gila: menyajikan kepala lele sebagai hidangannya. tapi, sang juragan bilang kepada warga kalau itu adalah hidangan asli Jepang yang lezat dan bergizi tinggi, bisa bikin anak jadi pintar.
jujur, aku ketawa baca part ini :D

waktu hari H, terjadi kekacauan. kucing-kucing berdatangan mengelilingi tempat acara. mereka mengeong-ngeong tanpa henti karena mencium bau kepala lele. warga pun ngga sabar menikmati "hidangan Jepang" itu. sewaktu hidangan disajikan, sang juragan mendapat kehormatan untuk mencicipi hidangan terlebih dahulu. saat sang juragan menyantap kepala lele itu, seekor kucing hitam besar datang menerjangnya dan melukai juragan sampai bibirnya berdarah-darah. herannya, orang-orang kampung cuma melihat kejadian itu dan berkata, "wah, itu pasti saking lezatnya"
Tuhan, aku merinding baca part ini. aku ngga bisa bayangin seandainya aku jadi si juragan, diterjang kucing, sementara orang-orang cuma bisa menatap terpesona sama kejadian itu, ngga sadar kalau itu kejadian berbahaya. weh!

setelah itu, orang-orang menyerbu meja makan, berebutan ingin menyantap kepala lele itu. bukan cuma orang, kucing-kucing pun menyerbu dengan agresif. manusia dan kucing berebutan ingin makan kepala lele. keadaan bener-bener gila, tak terkendali. akhir cerita, si juragan merebut mike, berusaha mengendalikan situasi. dia berteriak "meong!" dan semua orang, juga kucing, terdiam.

aneh? mungkin. masih banyak lagi cerpen-cerpen dalam buku itu yang bernuansa gelap, sinis, sureal. kalaupun ada cerita yang sedikit "normal" (ngga terlalu sureal), mungkin cuma cerpen yang berjudul "Penggali Sumur". cerpen ini menceritakan seorang muda yang mewarisi bakat sang kakek dalam hal menggali sumur. setiap ia menggali, air selalu membuncah, dan sumur-sumur di desa itu bermunculan. itu menyelamatkan desa dari kekeringan. semua orang senang, banyak permintaan tolong agar tokoh aku mau menggali sumur untuk mereka. bahkan saat ia menggali pun, orang-orang datang menonton.

tapi, seorang pawang hujan yang (sepertinya) juga ahli agama, merasa tidak senang dengan tokoh aku. di akhir cerita, sang pawang hujan mengutarakan ketidaksenangannya: dia menganggap tokoh aku sudah menyesatkan warga, karena membiarkan pantatnya dinikmati mata banyak orang ketika menggali sumur.

sebenarnya, waktu di tengah-tengah klimaks, aku sudah bisa menebak kalau tokoh aku ini sebenarnya perempuan. dan begitu selesai baca aku tau ternyata tebakanku bener, somehow aku kecewa xD
tapi ceritanya tetep bagus, orisinil, berbobot. aku suka cerita ini dan di antara sekian belas cerpen yang ada di dalam buku itu, hanya cerpen inilah yang bisa diterima akal sehatku -,-

nah, kalau misalnya mau tambahan referensi tentang cerpen ini, ada satu blog yang membahasnya melalui pendekatan kritik feminisme. boleh langsung klik: Cerpen "Penggali Sumur" karya Zaki Zubaidi: Sebuah Kritik Sastra Feminis - Ritus Musim . menurutku pembahasan di blog ini emang agak "berat", karena pendekatannya melalui teori sastra. tapi, kalau ada daftar "blog yang membahas cerpen 'Penggali Sumur'", blog ini pasti masuk dalam daftar teratas. cukup bagus untuk dijadikan referensi.

aku lupa sebenernya ada berapa belas cerpen yang ada dalam buku itu. tapi semuanya menarik. mind-twist. sureal. orisinil. aku ngga tau apa Zaki dipengaruhi wacana tertentu atau penulis lain, tapi aku belum pernah menemukan yang seperti ini. yaa emang sih pendapatku ini ngga bisa dijadiin patokan, secara aku belum terlalu banyak membaca. baru sedikit pengetahuanku tentang karya sastra mutakhir :D

kalau misalnya disuruh memilih mana cerpen yang ngga aku suka, mungkin aku milih "Badai". cerpen ini bercerita tentang seorang pengamen muda yang entah bagaimana caranya, bisa menghasilkan uang yang cukup banyak. setiap kali mengamen, entah kenapa, orang-orang sepertinya bersimpati sekali dan memberi uang lima ribu rupiah. pembawaan si pengamen ini santai, keliatan bagaimana dia tetap tenang meskipun badai datang. setiap kali diperingatkan agar mengungsi, dia hanya menjawab "badai hanya ada di langit. bukan di sini" dan menolak untuk ikut mengungsi. dia juga agak "aneh" untuk ukuran pengamen biasa. dia punya jadwal mengamen dan selalu menepatinya, bahkan ketika badai datang. dia juga selalu menyelesaikan nyanyiannya sampai terakhir, meskipun orang sudah memberinya uang. menurut gosip orang, si pengamen pakai ilmu hitam, makanya bisa dapet uang banyak (aku juga berpikiran begitu loh :p)

aku ngga terlalu suka bukan karena menurutku cerpen ini ngga bagus. aku cuma agak kecewa, karena cerpen ini terasa datar buatku. pengamen bermalas-malasan, nonton berita tentang badai, pergi mengamen, pulang, tidur, dan seterusnya. ada badai, dia hanya menolak dan menjawab seperti itu. endingnya, badai berhenti. semua orang beraktifitas kembali seperti biasa. aku ngga nangkep klimaksnya di mana. itu aja sih. tapi bukan berarti ngga bagus. cerpen ini tetep punya orisinilitas yang sama, seperti cerpen-cerpen Zaki lainnya.

sebaliknya, kalau ada cerpen yang harus aku favoritkan, pasti cerpen yang berjudul "Bak Air dalam Kamar Tidur". ini juga favoritnya mbak Mega.

agak beda dari cerpen lain, cerpen ini memakai sudut pandang aku sebagai orang pertama dan bergaya seperti surat kepada pembaca. tokoh aku seolah-olah sedang berbicara langsung dengan kita. and let me tell you, this one is so insane. rasanya abis baca cerpen ini aku pingin menjambak rambutku sendiri sambil teriak "aaaaarrrgh!", stres karena udah sampai di klimaks kebingungan.

tokoh aku mendeskripsinya dirinya sebagai seorang yang jenius. semasa kecil, dia bisa menciptakan hujan dalam kamar dengan cara menaruh bak air di bawah tempat tidurnya. dia bersumpah hal itu beneran terjadi, karena dia melihat bagaimana air dalam bak itu menguap, kemudian menjadi kabut. begitu tokoh aku menyalakan kipas, kabut itu berubah jadi hujan. hujan terjadi dalam kamar itu dan akibatnya semua jadi basah kuyup. begitulah menurut tokoh aku. tapi orang tuanya tidak sependapat. mereka menduga tokoh aku bermain-main dengan air di bak dalam kamar. karena tokoh aku tetap bersikeras, orang tuanya jadi takut dan membawanya agar mendapat terapi penyembuhan kelainan jiwa.

kembali ke masa sekarang, tokoh aku bersumpah tidak ingin menjadi seperti orang tuanya, yang ia anggap tidak perhatian. kemudian tokoh aku bercerita kalau ia melihat anaknya sendiri, sedang menyiapkan bak air dan membawanya ke taman. tokoh aku tersenyum senang, mengira anaknya juga akan meniru jejak "kejeniusan"nya. tapi, kemudian tokoh aku jadi khawatir kalau-kalau orang lain melihat perbuatan anaknya dan melakukan hal yang sama seperti orang tua tokoh aku dulu. tokoh aku tidak ingin anaknya menderita seperti dirinya dulu, jadi ia memutuskan untuk membawa anaknya ke suatu tempat, di mana tak ada seorangpun bisa melukainya. akhir cerita, tokoh aku menusuk perut anaknya sendiri dengan pisau.

ini loh... iniiiiiii loh yang bikin aku gila. I mean, heeeii... bisa aja anak itu cuma kepingin main air di taman, seperti anak biasa lainnya. kenapaaa tokoh aku bisa mengira si anak meniru dia? terus kenapaaa juga dia berpikir dengan membunuh anaknya, tidak seorangpun bisa melukainya?! oh, oke, dalam hal ini dia benar. ngga ada seorang pun bisa melukai orang mati. tapi heiii..! aku masih ngga terima!

kalau bisa sih, aku pingin menertawakan diriku sendiri. Zaki udah sukses membuat pembacanya terhanyut dalam cerpen ini. salah satunya aku. makanya, aku paling suka sama cerpen "Bak Air dalam Kamar Tidur" ini.


selesai membaca, aku merasa bener-bener senang. petualangan kecilku dengan kumcer "Penggali Sumur" karya Zaki Zubaidi ini bikin aku teringat pada masa kutu buku dulu. hahahaha... bener-bener ngangenin. rasanya jadi pingin baca lebih banyak buku lagi.


setelah ini, aku janji akan posting tentang buku bagus lain yang baru aku baca. tapi kali ini karya orang asing. mau tau? nanti yaa tunggu aku sempet blogging lagi :p


read books as much as possible, guys! wish you and me have great time of reading! :D










1 komentar:

zaryfahsan mengatakan...

bacaan yg bermanfaat:)

http://merydwisafitri.student.ipb.ac.id/

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates