久しぶり~!
fiuh, akhirnya... ini
postingan pertamaku setelah nyampe Jepang :D
Oke, ini ungkin agak
telat. Tadinya aku pikir aku bisa posting di hari kedua aku sampai Hiroshima. Tapi
ternyata engga. Soalnya ada banyak hal lebih penting yang harus segera diurus
sih. Hahaha...
Ada banyak hal yang mau aku ceritain. Tapi... ngga mungkin juga kan ya ngerangkum 25 hari dalam satu postingan. Pasti bakalan kelewat panjang dan membosankan. Hahaha.... Ya aku mau cerita beberapa hal yang mengesankan buatku.
Jadi ceritanya,
ini adalah hari ke-25 aku berada di Hiroshima.
Tanggal 1 Oktober 2013, aku berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta. Setelah nginap dua hari di rumah Tante Lilik, aku diantar Mbah Ity dan kerabat-kerabat almarhum Mbah Kakung menuju bandara. Sempat hectic, soalnya aku ngga tau di terminal mana aku harus tiba. Sementara itu Dida ngga bisa dihubungi sama sekali. Tapi, berkat petunjuk Nene akhirnya aku sampai juga di Terminal 2D.
Aku pikir aku bakal berangkat berdua aja sama Dida. Ternyata ada 5 orang peserta Teacher Training yang juga berangkat pada tanggal dan jam yang sama. Jadilah kami bertujuh dalam satu rombongan.
Jam 10 malam, pesawat lepas landas. Ini pertama kalinya aku naik pesawat. Pas pesawat mau lepas landas, aku nonton pemandangan yang direkam kamera di depan kokpit pesawat. Tapi karena hari udah malam, ngga banyak yang bisa dilihat. Gelap. Yang ada, aku malah semakin takut. Dan bukan cuma itu. Kupingku kerasa sakit banget. Mungkin karena perbedaan tekanan udara. Aku hampir ngga bisa tidur gara-gara itu.
Pesawat yang aku tumpangi itu milik Japan Airlines (JAL), nomor pesawat JL 726. Kita naik kelas ekonomi. Tapi biarpun begitu, pelayanannya baik banget. Banyak makanan enak disediain di dalam pesawat. Malam itu menunya makanan Barat. Ngga seberapa suka sih, tapi lumayanlah. Ringan dan sehat. Ada macem-macem minuman disediain. Tapi sayang, ngga ada teh manis. Lucunya, para pramugari ngga ngerti maksudku waktu aku minta teh manis. Iya sih, emang dalam budaya Jepang ngga ada teh dikasih gula. Mungkin di Barat pun juga ngga ada. Paling cuma dikasih perasan lemon, susu, atau madu. Jadi aku minta teh tawar. Lumayan membantu meredakan rasa mual karena mabuk udara.
Oh ya, waktu check-in di bandara sebelumnya, barang bawaanku over 6 kg. Kalau mau tetap maksa bisa aja, tapi harus bayar Rp600.000. Uang Rupiahku ngga cukup. Akhirnya atas saran dari rekan-rekan seperjalanan, aku bagi bawaanku jadi dua. Masing-masing 22 kg. Akhirnya dibolehin.
Setelah check-in, aku bayar airport tax sebesar Rp150.000. Agak shock juga sih, kenapa di saat mau berangkat masih harus ngeluarin duit lagi. Tapi apa boleh buat lah.
Kembali lagi ke cerita perjalanan.
Tapi, ngga
jalan-jalan bener-bener keputusan yang tepat. Soalnya, meskipun keliatannya
jeda waktu antara sampai di Narita dengan take off ke penerbangan berikutnya
panjang (sekitar 4 jam), ternyata mepet juga. Setelah dari imigrasi dan kirim
barang sampai International House, sekitar jam 9 kita berangkat naik bus ke Bandara
Haneda di kota Tokyo. Ternyata perjalanannya panjaaaang banget. Sampai Haneda
udah jam 11, sementara kita harus check-in jam setengah 12. Kita buru-buru
pesan tiket, mampir beli onigiri sebentar, terus check-in. Jam 12 pas pesawat
take off menuju Kansai. Dan lagi-lagi, kupingku sakit dibuatnya. Tapi untungnya
ngga separah waktu dari Jakarta ke Narita semalem.
Aku agak lupa
kita sampai di Kansai jam berapa. Tapi yang jelas kita langsung naik shinkansen
Haruka menuju Shin-Osaka. Dari Shin-Osaka, kita langsung oper kereta Sanyo ke
Fukuyama. Dan terakhir, dari Fukuyama puter balik lagi ke Higashi-Hiroshima
naik Kodama.
Bener-bener
perjalanan yang panjang dan melelahkan. Aku ngga tau kenapa kita disuruh naik
kereta, pakai duit sendiri lagi. Padahal lebih praktis naik pesawat menuju
Hiroshima menurutku. Tapi, kalau inget-inget betapa sakitnya kupingku waktu
naik pesawat, mungkin ada hikmahnya juga naik kereta. Selain itu, bisa
menikmati perjalanan dengan shinkansen yang terkenal kecepatannya itu.
Pemandangannya juga indah banget.
Sekitar jam setengah 7 malam waktu setempat, kita sampai di Stasiun Higashi-Hiroshima. Kita sampai setengah jam lebih awal daripada yang dijadwalkan pihak Hiroshima University. Stasiun itu sepi banget, dan dingin. Waktu itu aku pakai baju panjang, plus jaket rajutan tebal dan syal.
Dua orang perwakilan dari Hiroshima Daigaku (Hirodai) menjemput kami. Aku lupa nama-nama mereka. Tapi salah satunya adalah tutornya Bu Moresta (salah satu peserta Teacher Training). Kami naik taksi menuju International House. Untuk naik taksi ini pun kita pakai uang sendiri. Masing-masing dari kita urunan 500 Yen.
Sepanjang perjalanan bener-bener gelap. Rasanya kayak naik bus malam menuju Jogja atau Bali waktu study tour. Rada kaget juga sih. Tutornya Bu Moresta bilang, kalau di sini itu desa, jadi masih banyak pohon dan gelap.
Sekitar jam 8
malam kita sampai di International House. Di sana para tutor sudah menunggu
kedatangan kita. Akhirnya aku ketemu sama tutorku, Ishikawa Chiaki. Chiaki ini cantik, imut, dan fashionista banget. Dia mahasiswa Sougogakubu tingkat 1. Agak susah nerjemahin Sougo-gakubu itu apa, karena di Indonesia kayaknya ngga ada. Kalau menurut terjemahan bahasa Inggrisnya sih, Faculty of Integrated Social Studies.
Aku diantar Chiaki sampai kamarku, di lantai 6. Kamarku ada persis di depan lift. Kamarku ngga
terlalu luas, tapi ada kamar mandi di dalam dan dapurnya juga. Lumayan praktis
buat hidup sendiri. Perabotan termasuk lengkap: meja belajar, lemari baju,
lemari alat makan, kompor, bak cuci piring, lemari buku, tempat tidur, dan
berbagai macam lampu mulai dari lampu kamar, lampu belajar, lampu tidur, dan
sebagainya. Jendelanya besar. Benar-benar puas kalau mau liat pemandangan.
Setelah ngasih
kunci dan dokumen-dokumen yang harus aku lengkapi, Chiaki
langsung pulang. Aku bingung mau makan di mana. Biarpun ada kompor dan aku ada
persediaan mie instan, aku ngga bawa alat masak sama sekali. Akhirnya, aku ngikut
Dida dan tutornya, Chousei-san, pergi beli makanan di super market bernama
Youme Town.
Setelah sampai kamar, aku langsung makan malam. Abis itu, rasanya pingin banget mandi pakai air panas. Tapi sialnya, aku baru inget kalau sabunku ada di koper satunya, yang sedang dipaketin itu. Akhirnya aku mandi tanpa sabun, dan pergi tidur dengan kulit perih.
Yah... itulah sedikit cerita tentang perjalananku menuju Hiroshima. Panjang, melelahkan, tapi melegakan. Aku merasa tenang. Sedikit aneh sebenernya. Entah kenapa, rasanya semua beban yang selama ini aku rasakan menguap begitu aja. Bukan merasa.... lega. Tapi, entah kenapa rasanya semua itu seperti dicabut sampai akar-akarnya, dan aku seperti hilang ingatan. Seolah-olah aku tidak pernah mengalami, merasakan, bahkan mengenal semua itu sebelumnya.
Satu lagi hal yang aneh... Sejak menginjakkan kaki di Jepang, aku ngga ngerasain perbedaan apapun. Tidak ada rasa kalau aku ini sudah sampai Jepang. Rasanya semua lingkungan ini begitu familiar. Meskipun di sana-sini tulisan yang terlihat hanyalah huruf Jepang, dan percakapan yang terdengar semuanya bahasa Jepang, entah kenapa aku tidak merasa asing. Rasanya semua ini pernah melekat dalam diriku. Dan.... somehow aku ngerasa deja vu.
Setiap kali aku melihat pemandangan, baik itu alam, kota, maupun aktivitas manusia di Jepang ini, aku merasa kalau aku sudah pernah berada di sini sebelumnya.
Seandainya aku percaya reinkarnasi, mungkin saat ini aku udah berkesimpulan kalau diriku di masa lalu adalah perempuan Jepang =..=
Yah, pada akhirnya aku ngga bisa menyimpulkan apapun. Aku ngga tau perasaan ini dan apa sebabnya.
Tapi yang jelas, aku merasa bersyukur karena Allah sudah memberikan banyak berkah padaku.
Untuk sebulan pertama ini, masih belum ada masalah yang terlalu berat. Alhamdulillah sampai sekarang aku masih bisa mengatasi masalah-masalah yang ada. Semoga di masa depan pun seperti itu. Aamin ya rabbal alamin...
Aku sudah sampai di Hiroshima. Perjalanan baru aja dimulai.
Momiji di kampus udah mulai memerah. Aku bakal menikmati detik-detik perubahan alam di negeri yang indah ini.
0 komentar:
Posting Komentar