Hatachi wa yo....

11 April 2011, aku genap berusia 20 tahun. 20 tahun! Hatachi wa yo! Tuaaaaa!!! Aku hampir tak percaya sudah setua inikah aku? Kepala dua... oh, tidak... rasanya baru kemarin aku bermain-main dengan adek dan teman-temanku, berenang di bawah sinar matahari Jakarta, sepedaan panas-panas dengan sahabat-sahabatku, manjat pohon keres pakai rok SMP, berantem gara-gara main PS... ya, rasanya saat-saat itu baru saja terjadi setiap aku menutup mata untuk mengingatnya. Tapi kenyataannya, sekarang masaku sudah jauh dari masa-masa itu. Masa-masa yang sangat menyenangkan di tengah-tengah berbagai macam kepahitan yang aku alami di masa lalu. Dan kini, di umurku yang keduapuluh ini, aku memang sudah tidak pantas untuk bermain-main lagi. Tetapi, aku ingin selalu menyimpan semua kenangan masa laluku di dalam memoriku dengan utuh. Aku ingin, bahkan sampai pada tutup usiaku nanti, aku bisa tetap memeluk kenangan-kenangan itu. Selamanya aku ingin berjiwa anak kecil. Zettai ni.

Sebenarnya sejak Minggu malam sudah aku niatkan untuk berpuasa. Yah, hitung-hitung untuk mengungkapkan rasa syukur kepadaNya karena aku masih diberi umur hingga hari ini, dan mudah-mudahn sampai hari-hari berikutnya.tapi, karena suatu hal, puasaku ngga nyampe. Ya sudahlah. Allah Maha Mengetahui. Lagipula kondisi badanku belum pulih benar (entah kenapa akhir-akhir ini aku gampang drop).

Jam 5 subuh, aku mendapati batere hp yang baru aku charge malam sebelumnya, sudah hampir habis lagi. Ternyata ada banyak sms yang masuk. Ada dari Alfi-kun, Hana-chan, Yanuar, dan tentu saja Papa dan Adek Iqal. Semuanya mengucapkan selamat ulang tahun dan mengirimkan doa-doa yang baik untukku. Senang juga rasanya dapat sms begitu, karena biasanya aku dapat sms tentang kuliah dan pekerjaan. Hahaha....
Sms-sms dari yang lain pun berdatangan. Sms dari Nene, Risa, dan juga notifikasi FB berturut-turut masuk ke hpku. Aku menerima ucapan selamat dari hampir semua temanku, kecuali sms dari Angga. Sudah beberapa hari dia tidak bisa smsan denganku, karena harus berhemat. Baik aku maupun dia lagi dalam masa prihatin. Walau aku benar-benar kangen padanya dan rasanya ngga enak banget kalau ngga smsan, tapi aku berusaha memahami keadaannya. Toh aku juga sering dalam kondisi prihatin begitu, dan dia bisa memahamiku dengan sangat baik, kan? Maka aku harus bisa seperti itu juga ke dia.

Sebenarnya aku masih mengantuk, tapi aku memaksakan diriku untuk tidak tidur lagi. Aku ngga mau jadi malas di hari ulang tahunku yang keduapuluh ini. Aku beres-beres dan lain-lain sebelum berangkat kuliah. Sampai di kampus, kepalaku agak pusing. Badanku juga jadi lemas. Beberapa anak, Karu, Rin, Vita, Farah, dan lainnya menyalamiku dan mengucapkan selamat ulang tahun. Aku berterima kasih dan bercanda-canda dengan mereka tentang umurku yang semakin tua ini. Tapi, kepalaku makin pusing. Akhirnya aku mencoba untuk diam saja.

Aku mengikuti kuliah sebisaku. Tapi, siangnya aku bolos kuliah Bahasa Belanda, karena aku merasa semakin ngga enak badan. Aku melihat jam, jam 1 siang lebih. Masih ada waktu untuk istirahat sebelum mengajar. Kenapa aku memilih bolos kuliah daripada bolos mengajar? Hmm... yah, selain karena tuntutan dari orang tua muridku (secara ngga langsung sih), aku juga sadar aku membutuhkan pekerjaan ini, terutama untuk uang saku tambahan. Mengingat kondisiku yang makin prihatin, menyia-nyiakan pekerjaan adalah hal yang bodoh. Lagipula jatah bolosku masih ada. Jadi aku putuskan untuk pulang dan tidur sebelum mengajar.

Jam 3 kurang seperempat, aku bangun. Aku buru-buru cuci muka dan berangkat. Di jalan aku membeli susu dan snack, karena badanku butuh asupan energi. aku melihat jam, setengah 4. Wah, bisa ngga ya tepat waktu? Tapi untunglah angkotnya ngga lama. Akhirnya aku sampai di rumah Maydi tepat waktu.

Aku pulang mengajar jam setengah 7. Papa sudah sms berkali-kali menanyakan aku di mana. Aku bilang aku masih dalam perjalanan pulang. Hpku terus bergetar karena banyaknya sms yang masuk, sampai-sampai kartu 3 ku aku matikan. Aku hanya menatap hpku dengan perasaan sedih. Mengapa? Yah, aku rasa kurang etis juga sih kalau aku mengungkapkannya di sini. Biarlah nanti aku posting di blog satunya lagi aja. Himitsu wa yo, gomen ne...

Di jalan, aku terus keinget Angga. Jujur aku berharap dia datang untuk menepati janjinya. Aku pernah meminta dia untuk datang saat ulang tahunku, dan aku meminta sesuatu padanya. Dia menjawab, “as you wish, my lady”. Artinya dia udah janji kan? Tapi saat latihan Sabtu minggu sebelumnya, kayaknya dia ngga jadi datang, karena kondisinya yang prihatin banget. Aku kecewa, tapi masih menanti sambil harap-harap cemas sampai detik terakhir.

Sampai di kost, aku sms Papa, lalu mandi. Aku frustasi karena batere hpku ngedrop lagi. Payah! Kedinginan setelah mandi, aku pakai baju hangat dan nangkring di depan laptop. Maunya sih mengerjakan tugas-tugas, tapi aku benar-benar suntuk. Aku main game. Tapi karena ngga mood, akhirnya aku kalah terus. Makin kesellah aku. Aku berulang kali melihat hp, kalau-kalau ada sms dari Angga. Aku juga sudah sms dia. Duh, bener-bener deh aku... frustasi tingkat tinggi. Aku menunggu dia pulang dari kuliah malamnya. Tapi... sudah jam 9 lebih kok dia ngga kasih kabar sih? Hampir putus asa, aku sms Isma. Siapa tahu dia lagi sama anak-anak. Hope so...
Sedetik kemudian, ada sms dari Angga. Dia sudah di depan kost. Saking kagetnya, aku langsung turun, ngga pake sendal.

Aku bener-bener senang melihat dia di depan kost, sampai aku kikuk sendiri. Dia mengucapkan selamat ulang tahun, lalu memberiku bungkusan. Apa pula ini? Penasaran, aku buka kotaknya. Ternyata sepatu Converse. Aku ngga percaya. Sepatu itu berwarna hitam, dalamnya berwarna ungu. Modelnya kembar dengan sepatu Angga. Cantik sekali. Aku bener-bener ngga percaya. Dia prihatin begitu dan membelikan aku Converse? Saat aku tanya, dia malah jawab ngga tahu. Dasar. Khas dia banget sih. Dia ngga pernah mau mengungkit-ungkit apa yang dia berikan padaku. Dia hanya cerita kalau dia beli sepatu itu dengan Isma. Sebelum pulang, Angga pesan supaya sepatu itu aku jaga baik-baik. Wah, iya donk! Setelah itu, dia langsung pulang. Aku menatapnya dengan perasaan bahagia, lalu naik ke atas sambil memeluk sepatu itu. Sampai di kamar, aku langsung sms Isma untuk mengucapkan terima kasih.

Dia Cuma datang sebentar, tapi buatku itu sudah cukup. Aku merasa malu karena sempat mengira dia bakal ingkar janji. tapi, ternyata tidak. sampai saat ini, aku masih tidak tahu hatinya terbuat dari apa. Aku hanya tahu, aku beruntung bisa menjadi seorang kekasih dari cowok langka seperti dia.
Di ulang tahun keduapuluh ini, aku mendapat kado istimewa dari Tuhan: kesederhanaan yang begitu indah...
 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates