To Bid A Farewell

kira-kira pertengahan bulan ini, Yulia request terjemahan ke aku. dia dikasih tinjauan pustaka buat proposalnya sama Syahrur-sensei. terus, dia minta tolong supaya diterjemahin sama aku. deadlinenya akhir bulan ini.

jujur, di antara semua naskah yang pernah aku terjemahin, mungkin ini yang tersulit. aku sampai frustasi sendiri. jangankan aku, Satoshi juga ikut-ikutan stres waktu aku tanyain. soalnya, dia bingung gimana jelasin dengan bahasa yang sederhana ke aku. emang sih banyak kosakata yang baru buat aku. tapi di atas itu, masalah yang paling sulit adalah karena banyak ambiguitas di sini. dan yang bikin frustasi lagi, kalimatnya ini berlapis-lapis. ibarat baju, bertumpuk-tumpuk, susah pula dibuka. haissh...

tapi untunglah, aku bisa nyelesein tepat waktu :'D

bukan cuma itu, aku pun dapet hikmah dari naskah ini.

oke, aku ceritain sedikit tentang naskah ini.

jadi, naskah ini adalah semacam ulasan atau penelitian tentang novelet karya Yoshimoto Banana yang berjudul "Moonlight Shadow". novelet ini jadi obyek penelitiannya Yulia. buat menunjang penelitiannya, dia dikasih sama Syahrur-sensei naskah ini. waktu aku liat, emang ulasannya cukup bagus. rapi, detil, dan lengkap. tapi ya itu tadi, bahasanya belibet banget =_=

dalam naskah ini, diulas macem-macem aspek yang ada dalam "Moonlight Shadow". mulai dari kenapa "kematian" diletakkan dalam cerita, karakter para tokoh, asal mula judul ini, dan sebagainya. sebenernya naskah ini asyik, karena ulasannya ga cuma asal jeplak aja. ada argumen yang valid, berdasarkan teori-teori ilmiah, dan sebagainya. dan gara-gara naskah ini, aku jadi lupa sama penelitianku sendiri :p malah aku sempet bias ke sastra Inggris gara-gara nemu nama Edgar Allan Poe, Dante Alighieri, dan sebagainya. aku sampai mau pinjem The Divine Comedy karya Dante gara-gara baca naskah ini. saking penasarannya. tapi untung aja aku masih bisa menahan diri. kalo ngga, bisa-bisa naskah ini ngga selesai dan tugas-tugasku terlantar semua. hahaha...

tapi di balik suka dan duka nerjemahinnya, aku dapet pelajaran dari cerita "Moonlight Shadow"

yaitu tentang kehilangan.

di dalam novelet ini, diceritain kalo Satsuki kehilangan pacarnya, Hitoshi, yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. adik kandung Hitoshi, Hiiragi, juga kehilangan pacarnya Yumiko, karena kecelakaan yang sama. sejak saat itu, hidup Satsuki dan Hiiragi jadi ngga seperti dulu lagi. Satsuki sering mimpi buruk. dia berusaha menyibukkan pikirannya, supaya ngga inget lagi sama Hitoshi. salah satunya jogging tiap pagi. sementara itu, Hiiragi berubah jadi aneh. dia pergi ke sekolah, memakai seragam peninggalan Yumiko. aku ngga bisa bayangin, seorang cowok pergi ke sekolah pake seragam cewek. bener-bener bikin patah hati banget bacanya.

menurut ulasan di naskah ini, jogging dan seragam peninggalan Yumiko adalah sesuatu yang dianggap "obat" bagi kesedihan mereka berdua. mereka merasa nyaman dengan melakukan hal itu. meskipun itu masih belum bisa benar-benar menyembuhkan mereka.

lalu akhirnya, Satsuki bertemu dengan arwah Hitoshi dalam 'fenomena Tanabata'. Hitoshi tersenyum dan melambaikan salam perpisahan. sementara itu, Hiiragi juga bertemu dengan arwah Yumiko yang membawa pergi seragam itu.

mungkin bagi pembaca yang kurang suka cerita fantasi, bakal awkward bacanya. tapi menurutku, justru di sinilah poin pentingnya.

bagian fantasi itu adalah penyelesaian cerita ini.

setelah kejadian itu, pada akhirnya Satsuki bisa bangkit dan melanjutkan hidup. begitu juga dengan Hiiragi. akhirnya dia kembali memakai seragam sekolahnya yang biasa.

meskipun aku sendiri kurang ngeh sama penyelesaian ini. tapi, menurutku cerita ini luar biasa.

Banana telah menyuguhkan kepada kita proses yang dialami orang yang bersedih ketika kehilangan seseorang atau sesuatu. proses itu menyakitkan. tapi, ketika akhirnya bertemu dengan penyelesaiannya, mereka bisa bangkit lagi.

dalam naskah ini juga dijelaskan tentang proses kehilangan itu sendiri. macem-macem teori yang disuguhkan. misalnya pendapat Freud tentang mourning work. menurut Freud, ketika orang kehilangan seseorang, dia akan kehilangan minat terhadap dunia luar, kehilangan minat untuk mencari pasangan baru, menghindari segala tindakan yang berhubungan dengan kenangan tentang orang yang hilang itu, dan sebagainya. itulah yang disebut mourning work. selain itu, ada juga teorinya Bolwby tentang 3 tahap proses kehilangan. menurut Bolwby, ketika seseorang kehilangan sesuatu, tahap pertama yang ia alami adalah "penyangkalan". pada tahap ini, orang itu akan menyangkal dan meminta agar sesuatu yang hilang itu bisa kembali lagi padanya. lalu tahap kedua adalah "putus asa". pada tahap ini, ia mulai menyadari bahwa hal yang hilang itu tidak akan bisa kembali lagi padanya, meski ia berusaha sekuat apapun. karena itu, ia mulai putus asa. tahap terakhir adalah "penerimaan". pada tahap ini, ia mulai melupakan hal yang hilang itu, lalu mulai tertarik pada hal yang baru.

teori yang menarik, bukan?

membaca naskah ini, aku jadi merenung dan terus merenung. kehilangan, adalah sesuatu yang pasti kita semua alami. apapun bentuknya. tapi mau tidak mau kita harus melewati prosesnya, kan? ketika Tuhan menimpakan suatu cobaan kepada kita pasti ada maksudnya. mungkin, ketika Tuhan mengambil sesuatu dari kita, tujuannya supaya kita tahu betapa pentingnya sesuatu itu. mungkin akan sakit, tapi Tuhan tahu kita harus jadi lebih baik lagi.

setuju? :D

dari naskah ini, aku dapet satu pelajaran gimana caranya supaya kita bisa lepas dari rasa kehilangan itu.

kita harus berani mengucapkan perpisahan pada masa lalu.

jujur, menurutku itu suatu tantangan. mungkin pembaca yang lain juga ada yang merasa seperti aku. berpisah pada masa lalu, adalah hal yang sulit, karena masa lalu adalah bagian dari diri kita juga, meski itu hanya ada di belakang kita.

tapi ya, mau tidak mau, suatu saat, kita harus berpisah dengan masa lalu.

aish, aku pasti jadi patah hati kalau baca ulang tulisan ini :'D

jadi, saudara-saudara, siapkah kita berpisah dengan masa lalu?

Godspeed. we won't know until that day comes :)

tapi, apapun yang terjadi, anggaplah sebagai suatu berkah. dalam keadaan apapun, kita selalu punya Tuhan sebagai sahabat kita.

dan Tuhan adalah sahabat terbaik :)

inilah coretan akhir tahun 2012. semoga kita semua bisa melewati satu tahun ke depan dengan penuh kebahagiaan. amin :D

Menyederhanakan Hidup

Papa masih harus dioperasi lagi. kata dokternya, penyakit Papa benar-benar ganas, jadi harus segera dioperasi. semua orang shock, terutama Papa.

apakah di saat seperti ini aku juga harus shock?

Mbah Ity bilang, "Kakak harus lebih tegar dari kami-kami ini. lebih tegar dari siapapun."

makanya, aku ngga mau meneteskan air mata lagi.

-----------------------------
dalam hidup ini, kita akan selalu menemukan kesusahan. mungkin ada yang berpikir karena Tuhan ngga adil. mungkin ada juga yang berpikir kalau cobaan itu adalah hukuman karena dirinya telah berdosa. aku pikir, banyak orang yang berpikir seperti itu.

tapi, sepertinya sedikit yang berpikir kalau cobaan itu adalah bukti kasih sayang Tuhan kepada kita.

aku percaya, segala sesuatu harus diuji dulu sebelum dia bisa naik ke tingkat yang lebih tinggi. artinya, kalau kita diberi cobaan ya itu berarti karena Tuhan emang sayang sama kita. coba deh bayangin, seandainya Tuhan meloloskan semua orang ke tingkat yang lebih tinggi tanpa mengujinya dulu? pasti semua orang tidak akan pernah tahu apa itu kesalahan, apa itu keburukan. soalnya, dia sendiri tidak pernah mengalaminya. ya kan? terus, dunia ini pasti akan kacau, karena semua orang melakukan apapun yang ia mau. dia pasti bakal masa bodoh ketika melanggar hak orang lain, karena dia ngga pernah tahu apa itu kesalahan.

tetapi, kalau orang diuji, dia akan belajar apa itu penderitaan, kesalahan, kegagalan. dengan begitu, ketika dia berhasil naik ke tingkat yang lebih tinggi, dia tidak akan memperlakukan orang dengan cara yang buruk. terus, gimana seandainya kalau orang yang berada di "tingkat atas" tetep aja memperlakukan orang lain dengan cara yang buruk? ya itu artinya ada yang salah atau kurang dari proses yang dia alami. berarti dia sudah gagal uji.

oke, balik lagi ke pembicaraan awal. aku yakin, semua cobaan itu harus dijalani, bukan dihindari atau diratapi. sebab, dengan cobaan itulah kita berhak untuk mencapai tingkat yang lebih dan lebih tinggi lagi.

apakah itu artinya kita ngga boleh mengeluh? well, menurutku manusiawi banget kalau orang mengeluh ketika menghadapi situasi yang tidak dia inginkan. wajar sih. tapi bukan berarti kita harus selalu meratapi keadaan. kita juga ngga perlu berpikiran yang macem-macem. just stay strong and do it.

gampang banget kalau ngomong? prakteknya?

aku tau, pasti bakal ada yang ngomong kayak gitu. aku juga dulu pernah berpikir kayak gitu. tapi, semakin banyak dan semakin sulit cobaan yang aku dan keluargaku hadapi, aku jadi semakin mengerti kalau sebenernya menjadi tegar dan kuat itu bukan sesuatu yang mustahil. we are what we think. kita bisa membentuk diri kita sesuai dengan apa yang kita pikirkan, apapun itu. mau bahagia? berpikirlah bahwa kita bahagia. mau kuat? berpikirlah kuat.

kalau aku pribadi, aku memilih untuk menjalani hidup dengan cara yang sederhana.

ya, sederhana. tanpa berpikir terlalu "canggih". ngga perlu berpikir "aduh, gimana ya". atau "ya ampun, kalau aku begini terus rencanaku gimana?". atau "duh, kalau aku ngga bisa memenuhi ekspektasi orang terus gimana?" dan sebangsanya.

aku memutuskan untuk melewati cara berpikir seperti itu. aku ingin hidup tanpa tekanan.

bukan berarti melupakan semua dan melepaskan tanggung jawab. tapi, aku lebih memilih untuk menyederhanakan hidup. aku memilih menjalankan apa yang ada di depan mata dengan sebaik-baiknya. segala beban tetap kubawa, tapi tak akan pernah aku monopoli sendiri. akan kubagi bebanku dengan Tuhan. karena Tuhan adalah sahabat terbaik setiap manusia.

aku tau, ketika kita menghadapi tekanan atau cobaan, kita cenderung mencari pertolongan dari orang lain. itu wajar dan manusiawi. tapi, mencari pertolongan berbeda dengan mencari perhatian. aku ngga mau lagi "pamer" kesusahan. bagiku, cukup aku, beberapa orang terdekatku, dan Tuhan saja yang tau ketika aku merasa lelah karena cobaan yang aku hadapi. ngga perlu jugalah orang seantero timeline tau kalau kita galau.

itulah yang namanya tegar dan mandiri. kita tetap teguh berjuang dengan segenap kekuatan yang kita punya, tapi di sisi lain nggak perlu sok mengingkari kelemahan kita. karena, mengakui kelemahan bukan berarti kalah. tapi kita harus selalu ingat, mengakui kelemahan tidak sama dengan meminta dikasihani.

aku ingin jadi pribadi yang seperti itu.

-----------------------
aku menerima semua kesusahan yang aku dan keluargaku hadapi. aku membaginya dengan Tuhan. aku titipkan semua cita-citaku kepadaNya. aku percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik.

semua kesusahan aku jadikan pelajaran. hikmah yang kudapat aku jadikan senjata. aku jalani hidup dengan perasaan yang ringan dan tenang.

don't "take it easy", but "make it simple" instead :)





Waktu yang Berlalu Cepat

sebentar lagi UAS, ya... itu akhirnya semester 7 bakal segera berakhir. terus masuk semester 8. itu artinya aku harus menyusun skripsi dan segera menyelesaikannya sebelum semester 8 berakhir.

jujur, aku agak takut juga menghadapi semester 8. rasanya belum siap. aku merasa ilmuku masih kuraaaaaaang banget. aku jadi agak khawatir, gimana nantinya waktu nyusun skripsi? bisa ngga skripsiku berjalan lancar? lagian, rasanya berat dan sedih kalau membayangkan aku harus pisah dengan teman-temanku dan kampusku tercinta.

tapi mau ngga mau harus dihadapi, kan. kita ngga akan pernah bisa kembali ke masa lalu.

ngomong-ngomong soal masa lalu, aku jadi keingetan masa-masa kuliah yang udah aku lewati selama 7 semester ini.

aku ingat saat-saat aku tertawa bersama teman-temanku, bertengkar dengan salah satu di antaranya, menghadapi masa yang sulit karena masalah ekonomi, merasakan jatuh cinta, dan segala manis pahitnya.

semua itu terasa begitu indah. kadang aku suka mau nangis, kenapa semua itu berlalu begitu aja?

yaaah, namanya juga masa lalu. ia akan selalu ada di belakang kita, melingkupi kita. seperti tembok di kamar kita. mereka melingkupi kita, tapi tak pernah menyentuh kita. ialah yang memberi kita rasa aman, privasi, dan peringatan agar kita selalu berhati-hati agar jangan sampai menabraknya.

jadi yah, seperti apapun masa lalu, entah itu manis atau pahit, ia jugalah yang melindungi dan membesarkan kita.

dengan berpikir seperti itu, aku jadi agak tenang. dan optimis.

kemudian, apa yang ada di depan, kita ngga akan pernah tahu sampai kita berada di sana. aku tau, aku kini berada dalam masa sulit. Papa yang sakit, masalah di masa lalu yang belum selesai, juga kehilangan orang yang aku sayangi, semua adalah cobaan untukku. aku tau, aku punya banyak alasan untuk sedih, tapi bukan berarti aku punya alasan untuk putus asa.

mbak Vita pernah bilang begini, "kamu diberi cobaan seperti ini karena Allah tahu hanya kamu yang bisa melewatinya"

makanya, aku memutuskan untuk terus dan terus bertahan hidup, sampai aku menemukan sesuatu.

aku tau, aku bukan seseorang yang sempurna. kalau mau ngitung kekuranganku, banyak banget deh. aku tau aku bukan orang yang 100% kuat, karena aku masih suka nangis. tapi, dengan segala kelemahanku, aku memutuskan untuk tetap berjuang.

tujuanku dalam waktu dekat ini, aku ingin jadi mandiri. aku akan tetap berjuang supaya bisa mencapai titik itu. kini aku berusaha sedikit demi sedikit dan melakukan apa yang aku bisa agar bisa sampai ke sana. mungkin hanya langkah-langkah kecil, tapi aku yakin itu bisa mengantarku untuk sampai pada tujuanku.

aku tau, ketika aku bisa mandiri, mungkin akan ada sesuatu yang berakhir. mungkin aku akan sedih lagi karenanya. dan itu juga yang membuatku takut luar biasa. tapi, aku tau ada banyak orang yang ingin melihatku berhasil. aku ingin berjuang demi harapan mereka. aku ingin supaya kesuksesanku nantinya adalah perwakilan dari impian banyak orang, bukan semata-mata impianku sendiri aja.

ketika aku bisa mandiri, aku ngga akan berhenti berjuang. masih ada banyak impian yang ingin kukejar. salah satunya adalah menjadi penulis puisi. inilah cita-citaku. inilah passion-ku. aku tau sebenernya udah lama sekali aku menginginkan hal ini. tapi karena aku masih belum mempercayai diriku sendiri, aku berkelana ke mana-mana mencari cita-cita. akhirnya sekarang, aku menemukannya kembali. aku memberi kepercayaan pada diriku sendiri. aku beri kesempatan pada diriku, agar bisa mengejar impiannya.

aku tau, menjadi seorang penulis di Indonesia ngga akan mudah. di tengah gempuran karya-karya pop seperti chicklit dan teenlit, kurangnya apresiasi sastra di tengah masyarakat kita, kurang layaknya perhatian untuk kesejahteraan penulis, dan lemahnya sorotan media massa, menjadi penulis adalah satu tantangan besar. tapi ya ngga apa-apa. aku tetap ingin menjadi seorang penulis puisi. menjadi ibu yang melahirkan banyak karya. aku ingin, karya-karyaku nantinya menjadi sandaran bagi jiwa yang menangis, sekaligus tambatan bagi jiwa yang tersenyum.

itulah cita-citaku.

bukan hanya itu, masih banyak lagi impian yang ingin aku wujudkan. salah satunya adalah "impian besar". aku ngga tau sih, apa impian ini masih menjadi prioritasku apa ngga. setelah sekian bulan aku gelisah, mengkhawatirkan apakah impian ini akan terwujud dan bagaimana caranya supaya bisa terwujud, kini aku mencapai titik tenang. aku putuskan untuk menitipkannya kepada Allah. bukan berarti aku menyerah atau melupakannya. tetapi, aku tau masalah ini terlalu besar untuk dipikul seorang diri. aku tau Allah mengetahui yang lebih baik untukku. dan yaah, aku tau kadang-kadang aku pasti bakal gelisah lagi, atau nangis lagi, seperti saat-saat sebelumnya. perasa, cengeng, dan senewen emang udah sifatku. tapi ya sekali lagi, dengan segala sifatku yang ngga banget itu, aku bakal tetap berjuang.


----------------
di tengah perputaran waktu yang cepat ini, aku mulai menyusun impian-impianku. seiring dengan berjalannya waktu, aku tumbuh menjadi orang yang semakin mengenali diri sendiri, tentang kelebihan dan kekurangan yang aku punyai. juga belajar bagaimana menjadikan semuanya sebagai alat untuk mencapai tujuanku.

mungkin, kalau melihat kondisiku sekarang, semua itu sulit tercapai. tapi bagiku, semua itu bukan hal yang muluk.

even today is the worst day of my life, I simply dream for a better tomorrow :)

Aku dan Sesuatu di Dalam Diriku

kemarin pagi, aku ga menemukan headset kesayanganku, warna putih yang ear plug-nya bentuk lady bug warna kuning itu. mendadak aku panik, dan ngga nafsu ngapa-ngapain.

aku sms Nene, mungkin masih dibawa dia sejak sehari sebelumnya. dia bilang udah dibalikin ke aku.

aku tambah panik. no, please... headset itu ngga boleh ilang.

aku mulai nangis. Kome yang ada di sampingku keliatan bingung. dia megang bahuku dan bilang "udah Cha... ikhlasin aja kalau emang belum jodoh sama barangnya..."

aku tau Kome bener. tapi ya, waktu itu aku merasa bener-bener kehilangan. aku bingung, tapi aku tau ngga ada yang bisa aku lakuin dan ngga ada yang bisa aku salahin. ini bukan salah siapa-siapa.

kelas masih sepi waktu aku sampai. aku duduk paling depan sendiri, ngeluarin tisu dan menghapus air mataku sendiri. bener-bener bingung...

sms dari Nene masuk, "kemaren aku masukin tas biru"

aku diem. seingetku di dalam situ ngga ada apa-apa lagi selain buku.... tanpa sadar aku meraih tas biru yang ada di sampingku dan merogoh dalamnya. Ya Tuhan, headset kesayanganku beneran ada di sana!

aku bener-bener lega. hari itu aku bisa segera menyingkirkan kesedihanku.

aku merasa, ada sesuatu di dalam diriku yang mengatakan "tuh kan, semua bakal baik-baik aja kok..."

--------------------------------
tadi pagi waktu mandi, tiba-tiba aku keinget sesuatu. nothing particular sih sebenernya. cuma tiba-tiba aja muncul di kepala.

aku inget ada seseorang yang sms aku, "Lagi apa?" terus dia cerita kalau dia mengundang teman-temannya makan di rumahnya waktu Idul Adha.

waktu itu aku ngga ngerti maksudnya. aku cuma berpikir, "oh mungkin dia cuma lagi pingin cerita aja" dan semacamnya.

tapi pagi ini, ketika aku teringat kembali sama kata-katanya, aku jadi menyadari sesuatu.

"oh, ternyata itu maksudnya...."

sejak itu, aku jadi merasa aneh. soalnya aku merasa, di dalam diriku ada sesuatu yang berbeda dari aku yang biasanya.

biasanya, aku bakal down dan sedih sepanjang hari. tapi, pagi ini aku agak berbeda menyikapinya. ya aku akui, aku emang sedih begitu aku "menyadari" maksud dari kata-katanya waktu itu. tapi di sisi lain, seolah-olah ada seseorang lain di dalam diriku yang berkata, "ya, kamu sekarang sadar kan maksudnya? you'll cry, I know it well. sebelum kamu sedih, coba pikir deh, maknanya buat kamu sendiri itu apa?"

karena itu aku jadi mikir, "iya, ya... kalau emang maksudnya dia seperti itu, terus kenapa? apa maknanya buat aku?"

hmm... aku emang ngga tau secara pasti. tapi jujur, kalau seandainya itu ngga ada maknanya buatku, aku bakalan sakit mengakuinya.

sepanjang hari aku terus dan terus berpikir, apa maknanya buatku? dan apa juga maksud dari semua ini? aku ngga ngerti skema yang dirancang Tuhan buatku dan aku sama sekali ngga bisa menebaknya. akibatnya, aku jadi merasa.... aneh. aneh, karena susah juga mendefinisikan perasaanku ini. mungkin lebih seperti merasa kesal dan kalah karena ngga bisa menebaknya.

wohoooo~ childish banget aku kalau lagi kayak gitu

tapi, apapun itu, aku tau kalau diriku sedang berkembang. yah, ngga apa-apalah jadi aneh sedikit, kalau keanehan itu indikasi perubahan yang lebih baik. sama seperti ulat bermetamorfosis jadi kepompong yang aneh dulu baru bisa jadi kupu-kupu yang cantik. ya kan? :)

welcome, the other inside me. yoroshiku onegaishimasu ne~

Aku dan Coklat

aku jarang nonton TV, soalnya di kos ngga ada TV. aku cuma punya kesempatan nonton TV di rumah. biasanya sih nonton apa yang ditonton Papa.

suatu kali, aku liat iklan nugget yang dibintangi girlband Indonesia. aku perhatiin baik-baik cewek-cewek yang melenggak-lenggok manis manja itu. rambutnya, dicat, dibentuk segala rupa. matanya, ditempelin bulu mata entah berasal dari bulu apa, plus lensa kontak yang bikin mata orang (Indonesia) semakin mencetat keluar.

tiga detik kemudian, kesadaranku balik. aku ganti channel, cari kartun yang lucu.

ngeliat girlband itu, aku jadi inget sama cewek-cewek, mulai dari artis sampai anak-anak, yang merombak penampilannya. mengubah warna dan bentuk rambut, pakai lensa kontak warna-warni, pakai make-up, dan sebagainya. semua demi keliatan cantik.

aku cengo sendiri. itukah definisi "cantik" zaman sekarang? kalo iya, wah, tua banget berarti aku.

yah, bukannya aku menolak kemajuan zaman. jujur, aku sendiri suka kok liat bentuk rambut yang lucu-lucu, wajah yang keliatan imut karena make-up, dan sebangsanya (asal tepat dan ngga berlebihan)

tapi jujur aku ga setuju kalau kita harus memalsukan diri kita demi dibilang cantik.

----------------------------------
aku inget, dulu waktu SMP ada temanku yang tanya aku pakai shampoo apa. anak itu anak baru, dan jujur aku ngerasa aneh tiba-tiba ditanya begitu sama orang yang belum seberapa kenal.

setelah aku jawab aku pakai shampoo merk apa, dia bilang gini, "oh, pantes... rambutmu bagus banget soalnya. berkilau gitu. pakai shampoo xxx itu bisa bikin rambut sebagus ini ya? mau coba ah"

aku cuma bisa tersipu aja. bingung juga itu beneran pujian atau cuma basa-basi.

waktu SMA, ada salah satu temenku bilang, "aku suka sama rambutmu. ngga disemir aja warnanya bagus. coklat alami. aku pingin punya rambut kayak kamu"

di kelasku, entah kenapa banyak yang bilang kalau aku punya kecantikan yang beda. kata mereka, wajahku unik, bikin orang ga gampang lupa.

mereka juga sering memuji-muji kulitku yang putih, tubuhku yang tinggi dan kurus (aneh banget dipuji kurus. sampai detik ini aku tidak menganggap 'kurus' itu berkonotasi positif), rambutku yang lurus dan coklat, alisku yang rapi, dan mata yang juga coklat.

lucunya, waktu ada tugas Bahasa Inggris membuat paragraf describing object, beberapa temanku mendeskripsikan aku untuk tugas itu. lucu bin awkward. ya, bayangin aja rasanya ketika kamu di kelas lagi jam pelajaran, lagi ngerjain tugas, terus diperhatiin sama teman-temanmu. ada yang ngelus-ngelus rambutku, yang ngeliatin mataku, yang nyuruh aku ngomong (ngecek logatku kayak gimana) dan seterusnya.

terus, ada salah satu temanku yang salah nulis. dia nulis gini "I have a friend. Her name is Nisa. Her skin is white. Her hair is chocolate. Her eyes is chocolate, too."

aku nahan ketawa waktu bacanya. aku tau, maksudnya pasti "her hair is brown. her eyes are brown, too"

aku kasih tau dia soal kesalahannya itu. terus dia ketawa dan langsung benerin kalimatnya.

-------------------------------
kalau aku inget-inget hal itu, aku suka senyum-senyum sendiri. biasanya aku bakal ngaca dan buka mata lebar-lebar. setelah memastikan iris mataku berwarna coklat, barulah aku puas.

sebenernya, kesalahan yang dilakukan temen SMA-ku waktu tugas Bahasa Inggris itu adalah momen tak terlupakan bagiku. kata-kata itu bikin aku tersipu. manis banget kalau rambut dan mataku diasosiasikan dengan coklat. berasa bisa dinikmati gitu, kayak iklan deodoran pria yang feature coklat itu loh... hahaha....

sejak saat itu, aku mulai mencintai apa yang Tuhan berikan padaku ini.

aku merasa bersyukur, dan rasanya ngga perlu deh mengubah-ubah karunia Tuhan ini.

tapi pernah juga, ketika aku baca tentang anime dan cosplay, aku jadi tertarik untuk mengecat rambutku dan pakai lensa kontak juga. oke, ngecat rambut mustahil juga karena Papa pasti ngga setuju. minimal pakai lensa kontak laaah... toh bisa dipasang atau dilepas kapanpun. cuma karena ngga ada uang, ngga pernah kesampaian.

dan untung aja ngga pernah kesampaian.

kenapa?

karena ada seseorang yang pernah mencintaiku dengan mata coklat ini.

dia pernah bilang, "aku suka matamu. coklat, mirip ibuku."

bahkan dia mengangkat daguku sedikit, lalu melihat ke dalam mataku. aku masih inget waktu itu aku agak memicingkan mata. rasa panas menjalar di pipiku karena malu. aku salting, malu banget...

ngeliat aku salting kayak anak kecil, dia tersenyum.

aku ngga bisa melupakannya, meski udah hampir dua tahun momen itu berlalu.

waktu itu, aku belum begitu mengerti kata-katanya itu. aku cuma bisa tersipu malu.

tapi, kini aku merasa sangat senang. dia bilang mata ini mirip mata ibunya. berarti aku mirip dengan seseorang yang berharga dalam hidupnya.

sejak saat itu, aku semakin mencintai diriku sendiri. aku memberi kesempatan bagi diriku untuk merasa dicintai. bukan cuma itu, aku merasa bahwa sosok ibu itu benar-benar berharga dan aku ingin menjadi seorang ibu.

oke, sekarang ngga mungkin. belum nikah soalnya. hahaha...

tapi, aku merasa sudah menjadi 'ibu'

yaitu ibu yang melahirkan puisi.

sejak titik tolak kepenulisanku tahun ini, aku merasa puisi-puisi yang kutulis adalah anak. kulahirkan mereka dengan penuh perasaan. aku beri mereka nama agar mereka dikenal. tidak ada lagi puisi yang kutulis dengan emosi bergolak seperti SMA dulu.

------------------------------
aku dan coklat. juga kenangan manis tentang keduanya. semua mendorongku untuk lebih mencintai diriku sendiri. diriku yang apa adanya, tanpa kepalsuan. dan itu menginspirasiku untuk terus berkarya, melahirkan lebih banyak lagi puisi ke dunia ini.

love Coklat <3 br="br">



Membuat Kesalahan

semua orang pasti pernah membuat kesalahan.

termasuk aku. dan aku tergolong orang yang sering banget membuat kesalahan.

ketika membuat kesalahan, apa yang kita rasakan? malu? menyesal? atau lega?

yah, pasti campur aduk ya...

kalau aku sih, tipenya orang yang bakal nyeseeeeel banget begitu melakukan kesalahan. dan biasanya bakal ngaruh ke yang lainnya juga. entah itu nafsu makan, tugas, dan lain-lain.

emang payah banget sih kalau sampai begitu. tapi setidaknya aku jadi belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di lain waktu.

aku tak mau mengingkari kalau aku salah. meski pahit, aku ingin menerimanya. aku punya satu keyakinan, kalau segala sesuatu yang membuat kita tidak nyaman adalah pembelajaran.

aku berharap, semoga apa yang aku tangisi bisa membuatku terus belajar untuk semakin kuat. aku juga harus bisa berpikir dewasa, bukan seperti anak-anak lagi.

by the way soal anak-anak, aku akui, aku emang suka banget dimanjain orang lain. aku suka kalau ada orang yang menganggapku lucu seperti anak-anak. makanya, kadang aku jadi manjaaa banget sama orang lain. entah itu meluk temenku, atau ngomong cadel-cadelan dan sebagainya.

mungkin itu satu kebiasaan yang sulit diubah. tapi, aku ingin, meskipun aku seperti itu, aku tetap bisa berpikir dewasa. dan sebaliknya, meskipun aku berpikir dewasa, aku ingin ada orang yang menerima sifat manjaku.

alah, aneh-aneh aja ya... hahaha...

setiap orang pasti membuat kesalahan. tetapi kita boleh ingat, kalau kita bisa memulainya dari awal lagi.

kayak kata mamanya Seiji di drama "Freeter, Ie wo Kau": "you always can restart from zero"

bagiku, itu kata-kata yang sangat inspiratif.

kalau inget itu, aku jadi semangat lagi untuk memulai hari baru

dan belajar memperbaiki diri supaya jadi lebih baik lagi :)

Melupakan "Kenyataan"

minggu ini, aku lagi baca bukunya Freud yang berjudul "Psikopatologi dalam Kehidupan Sehari-hari". katanya sih, buku itu termasuk salah satu di antara buku Freud yang enak dibaca. karena aku juga lagi ngerjain proposal, mau ga mau aku harus banyak baca tentang psikoanalisa. jadilah aku putuskan buat pinjem buku itu di perpustakaan.

begitu aku baca, bukunya emang lumayan enak dibaca. setidaknya aku bisa paham dikitlah. cuman aku ngga suka sama catatan kaki yang segitu banyaknya. rasanya risih aja. oke, itu cuma kesalahan teknis aja, ngga terlalu jadi masalah.

aku baru baca sampai bab ketiga: "Kesalahan dalam Mengingat Nama dan Urutan Kata". kalau dari contoh-contoh analisisnya, Freud bilang kalau kesalahan mengingat nama atau urutan kata itu bukan cuma kesalahan biasa. ada sesuatu di dalam diri kita yang mendorong kita untuk melupakannya. misalnya, karena perasaan tidak suka atau sebagainya.

setelah baca itu, aku mikir "Eh? Masa sih?" tapi di sisi lain, aku juga merasa kalau analisis Freud masuk akal juga.

terus, aku jadi berpikir, kira-kira pernah ngga ya aku mengalami hal-hal seperti itu?

dan ternyata, hari ini (kayaknya) aku mengalaminya.

jadi, sore ini, setelah rempong sama UTS Pemahaman Bacaan Akademik, aku menemui Satoshi buat tanya-tanya soal penelitianku. aku dapet penelitian sebelumnya dari Cinii lumayan banyak, terus akhirnya aku pilih beberapa yang kira-kira ada hubungannya sama penelitianku. waktu aku baca, ada beberapa istilah yang aku ngga ngerti. jadi aku coba tanya ke Satoshi.

dari sekian banyak istilah yang aku ngga ngerti, ada kata ini: 臨場感 (baca: rinjoukan). kalau di kamus, artinya "presence". cuma ya, entah kenapa aku kurang ngerti maksudnya. terus aku tanya ke Satoshi. kalau kata Satoshi, rinjoukan itu artinya "real".

terus aku bilang gini, 「あ、『現在』と同じ意味ですか」 (baca: "a, 'genzai' to onaji imi desuka?"; arti: "Oh, sama artinya kayak 'genzai'"?)

Satoshi membenarkan, 「『現実』です」 (baca: "'genjitsu' desu")

tetoooot.. maksudku emang genjitsu ("kenyataan"), tapi kenapa yang keluar genzai (masa kini)?

abis tanya-tanya, aku pamit pulang. di perjalanan pulang, aku mikir kenapa ya kok bisa salah ngomong. aku coba telaah seperti analisisnya Freud.

kalau dipikir-pikir lagi, emang sih genjitsu dan genzai itu mirip. keduanya mengandung kanji 「現」 (gen) di dalamnya. dan setelah aku ingat-ingat lagi, aku udah lama juga loh ngga ngomong kata genjitsu. misalnya waktu nulis atau ngomong bahasa Jepang, aku sering mikir "bahasa Jepangnya 'kenyataan' itu apa yah?". tapi tetep aja ngga keluar-keluar itu kata genjitsu. padahal itu kata yang paling sederhana dan akrab buatku.

terus aku mikir kata jitsu. kayaknya aku juga sering lupa cara bacanya setiap kali ketemu huruf itu. aku tau cara bacanya, tapi ngga bisa inget. kadang lama banget baru inget, atau tanpa sadar tanganku otomatis cari di kamus, seolah-olah aku ngga pernah tau cara bacanya.

by the way, aku mau menjelaskan dulu huruf jitsu ini. jitsu bisa juga dibaca minoru atau minori, yang artinya "berbuah". tapi, ketika huruf itu dibaca jitsu, maka ia menunjukkan arti yang berhubungan dengan "kenyataan". seperti kata genjitsu tadi, artinya emang "kenyataan".

aku sendiri kayaknya ngga ada masalah sama kata minoru. emang sih kata itu jarang aku gunakan. tapi aku lumayan suka sama kata itu, karena mengingatkanku pada buah-buahan dan makanan. hahaha...

nah, kayaknya aku bermasalah sama kata jitsu. sepertinya, tanpa sadar aku emang ingin melupakan "kenyataan"

mungkin juga. dan sepertinya masuk akal. kalau kita mempertimbangkan stres yang aku rasakan.

emang sih, sebenernya aku ngga perlu stres. aku hanya perlu berpikir positif. tapi yah, entah sejak kapan aku mulai menyadari kalau semua ngga semulus yang aku bayangkan.

orang-orang yang aku sayangi, belum tentu merasakan hal yang sama denganku

kehidupan yang aku impikan, belum tentu seindah yang aku bayangkan

mungkin aku salah prediksi?

entah. aku juga ngga tau.

meskipun salah satu bagian dari diriku ingin melupakan kenyataan, aku harus tetap menjalani hidupku

dan mengejar kebahagiaan yang pantas aku dapatkan.

Akhir-akhir ini

sebelum posting, aku mau mengakui satu hal. judul di atas emang bukanlah judul yang bagus untuk sebuah postingan publik. jadi, mohon maaf sama pembaca yang kurang suka dengan judulnya.

akhir-akhir ini.... tidak banyak perubahan yang terjadi. Surabaya masih tetap panas. Hujan yang dirindukan banyak orang ngga kunjung dateng. aku sendiri sih, bingung entah harus senang atau sedih. aku akui, aku akhir-akhir ini ngga tahan sama panasnya Surabaya. entah itu karena perasaan, atau emang panasnya udah keterlaluan. tapi di sisi lain, aku sendiri agak berharap hujan ngga turun.

karena, sampai detik ini, aku masih takut sama hujan.

dan aku benci sekali sama bau tanah pra-hujan.

aku emang aneh.

----------------------------
akhir-akhir ini, aku lagi lelah sekaligus excited sama kuliah. kuliah semester ini cukup menantang. tapi di sisi lain, aku agak lelah. mungkin karena suasananya sekarang udah beda sama dulu.

UTS semester ini, aku lumayan kewalahan. tapi aku bersyukur karena setidaknya aku masih bisa menanggulangi, dan keberuntungan masih di pihakku.

akhir-akhir ini, aku merasa lingkungan sekitarku agak garing. aku jadi agak skeptis siapa yang bisa aku percaya.

karena orang-orang yang paling aku percaya sekalipun ternyata bisa mengkhianatiku.
----------------------------
akhir-akhir ini, aku merasa bingung sama diriku sendiri

tentang siapa aku

dan apa yang aku inginkan

aku merasa tak berarti

karena orang-orang yang aku sangat hargai ternyata membuangku

-------------------------
akhir-akhir ini, aku memasukkan lagu-lagu yang bisa membangkitkan kebahagiaan dalam diriku

tapi di sisi lain, aku benci sama lagu-lagu itu

dan ketika aku mendengarkan, aku malah nangis

anehnya lagi, meski aku nangis, mulutku tetap menirukan suara penyanyi

lalu ikut bernyanyi

aku emang aneh
---------------------------
akhir-akhir ini, aku memutuskan untuk berhenti bermimpi

berhenti mengekor pada setiap Supra-Fit yang aku temui di jalan

berhenti menghubung-hubungkan setiap tanda dengan harapanku

dan memutuskan untuk jatuh cinta sekali lagi

tapi di sisi lain, aku takut untuk jatuh cinta lagi

karena, sampai detik ini, aku masih belum sembuh dari rasa kecewa
---------------------------
kadang aku berkata pada diriku sendiri: 「やっぱ、死ねばいいジャン?」

dan aku sudah berniat menyerah

tapi entah siapa di dalam diriku melarangku untuk menyerah


karena, kalau aku menyerah sekarang

mungkin aku akan sendirian

dan aku paling takut dengan kesendirian



aku emang aneh

Makhluk Sosial Modern


terkadang, ada begitu banyak ide di kepala kita, perasaan di hati kita, tapi kita tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.

terkadang, kita merasa orang di dekat kita tak bisa mengerti kita. lalu kita menanti seseorang yang mempunyai 'bakat' untuk memahami diri kita tanpa kita perlu bersusah payah mengungkapkannya. seolah-olah ada satu tali yang menyambung pikiran satu sama lain. seolah-olah seperti telepati.

lalu, jika bisa menemukan orang seperti itu, banyak yang merasa "oh ya, inilah soulmate-ku"

lalu kita meninggalkan orang-orang di sekitar kita, yang selama ini berada di samping kita di saat senang maupun susah

segala tawa dan tangis yang kita lalui bersama mereka, tak ada artinya dibandingkan dengan kesenangan yang kita rasakan kini.

seolah semua hanya ilusi. dan kita menggunakan kata "move on" sebagai senjata untuk melupakan jasa-jasa mereka.

bagi kebanyakan dari kita, "mereka yang tak mampu memahami kita" adalah "lawan". sedangkan "mereka yang mampu memahami kita" adalah "kawan".

--------------------------
manusia itu saling membutuhkan satu sama lain. tetapi kita, manusia modern sekarang, jarang memberikan kesempatan bagi orang lain untuk melengkapi diri kita.

kita, adalah manusia yang dikatakan modern, dengan pemikiran pra-modern.

kenapa?

karena kita masih percaya "takhayul" akan adanya "ratu adil"

yang mempunyai bakat untuk "menyelamatkan kita dari kumpulan orang-orang yang tak mampu mengerti diri kita"
----------------------------

makhluk sosial modern adalah manusia yang berkeyakinan bahwa "soulmate kita adalah seorang ratu adil"

maka, makhluk sosial post-modern adalah manusia yang berkeyakinan bahwa "soulmate kita adalah mereka yang membuat kita belajar untuk menjadi lebih baik"

So, This Is Saturday

hari ini aku stay di Surabaya karena harus ikut try out ELPT di Pusat Bahasa UNAIR jam 1 siang.

jam 10 aku ke kos Risa. niatnya sih makan sambil belajar bareng, tapi ujung-ujungnya malah main mention di twitter. geje banget emang. ngapain juga mention-mention di twitter, padahal kita sama-sama ada di kamarnya.

tapi ya, apa salahnya? belum tentu esok kita masih bisa menikmati momen berbuat konyol semacam ini.

jam 1 kurang, aku, Risa, dan Nindy ke kampus naik motor bonceng tiga. sampai di Pinlabs, kita baru sadar kalau ban belakang motornya Nindy bocor. ups, maaf ya Nindy...

jam 1 lebih sedikit, tes dimulai. waktu dapet soalnya, aku udah mau pingsan. just tell me, oh God why they placed the listening section at the first round?! aku benci banget sama listening section dan itu bikin aku rada down ngerjain.

listening section bener-bener parah. suaranya kecil, dan pronounciation-nya ngga jelas banget. aku ngga tau speaker dalam percakapan itu pakai logat apa, yang jelas dengerinnya aja udah bikin mangkel. way better Nouryoku Shiken lah. udah gitu hampir ngga ada jeda buat menghitamkan jawaban di lembar jawaban. akhirnya aku pakai strategi lama, kasih titik di lembar jawaban, baru dihitamkan di menit-menit terakhir.

sesi kedua, structure. wogh! kalau ini aku lumayan percaya diri, karena aku sempet latian pakai software simulasi TOEFL. ngomong-ngomong soal software ini, aku ngga sengaja nemu di internet dan ternyata sangat berguna. ada sekian ratus kuis structure di dalamnya, masing-masing berisi 20 soal. tiap selesai mengambil satu kuis, ada reviewnya pula. aku sama Risa sempet coba bareng simulasi ini. kita suka ketawa sendiri kalau liat reviewnya. kita mikir kayak gini, kok bisa ya kita salah. ternyata soalnya emang menjebak, dan itu menyebalkan sekali. tapi dari situ, sedikit banyak aku belajar structure.

sesi terakhir, yang paling matek, reading. aku ngga suka baca bacaan panjang-panjang demi menjawab sekian butir soal. rasanya ngga sebanding banget. tapi ya, aku masih bisa menoleransi reading daripada listening.

di sesi terakhir ini, energiku udah hampir abis. ciputku terasa sesak dan mataku mulai lengket(?) akhirnya aku baca soal dengan cara skim, secepat mungkin, lalu menjawab. kadang, ketika udah bener-bener lengket, aku cuma liat soalnya dan cari jawaban yang paling rasional. kira-kira 15-10 menit sebelum tes berakhir, aku udah selesai memberi tanda titik di semua jawaban. terus aku mulai menghitamkan satu per satu dengan sabar. tanganku jadi pegel. pensil 2B yang tiba-tiba nyasar ke tempat pensilku itu ngga praktis dibuat menghitamkan bulatan jawaban. butuh waktu dan tenaga lebih sampai dia bisa hitam. baiklah, itu artinya waktu Nouryoku Shiken nanti aku harus punya pensil 4B. oke, tengs.

waktu lagi asyik menghitamkan jawaban, ada pengumuman kalau kita diminta kasih bukti rekening tabungan atau menulis nomornya. katanya, program try out ini adalah bantuan dari lembaga apa gitu, terus kita dibiayai. per orang dapet 20 ribu, dan uang itu akan dikirim ke rekening masing-masing. lumayan, buat nemenin saldo mini di ATM.

sekitar jam 3, tes berakhir. untunglah semua jawabanku udah berhasil dihitamkan. aku dan Risa selesai tepat waktu. Nindy masih berkutat sama jawabannya. akhirnya, karena waktu udah abis, dia terpaksa ninggalin beberapa soal yang belum dia jawab.

sambil nunggu hasil try out keluar, kita bertiga pergi ke tambal ban. sambil nunggu tambal ban, aku dan Risa mainan Fruit Ninja. emang geje banget duet aku dan Risa ini.

selesai tambal ban, kita balik lagi ke Pinlabs. hasilnya masih belum keluar. kita sempet liat-liat hasil try out minggu sebelumnya. Risa dan Nindy ngeliat punya Fika. 547 men. emang hebatlah itu anak. sementara itu, aku liat punya beberapa orang yang aku kenal.

sambil nunggu, kita bertiga nongkrong di depan Pinlabs. aku dan Risa makan tahu tek. Nindy udah ngga mood buat makan. pas lagi nunggu tahu teknya jadi, Risa masuk ke dalam. terus dia keluar sambil "kyaaa~ kyaa~" wah, kabar gembira nih.

"aku dapet 520!" katanya seneng

Nindy langsung kepo. "aku berapa?"

aku juga ikutan kepo. "aku berapa?"

Risa kasih tau nilai kita. tapi karena ngga percaya, aku dan Nindy masuk lagi ke dalam.

pertama, waktu aku cari, kok namaku ngga ada. tapi setelah dicari lagi, barulah ketemu.

ternyata bener kata Risa. aku dapet 553

alhamdulillah :')

aku ngga nyangka :'D

aku ngga tau persis Nindy dapet berapa. tapi kayaknya dia kurang puas.

selesai menggalau, kita pulang ke tempat masing-masing.

pulang ke kost, aku mulai nyicil tugas-tugasku. Pranata, proposal, terjemahan... benar-benar menggoda.

sambil ngerjain tugas, idupin Echofon dan facebook. geje-gejean mention sama Nene. gara-gara itu, aku jadi inget sama kekonyolan kita di kelas Pengajaran Bahasa Jepang sekian minggu lalu.

waktu itu, seseorang memutar video metode pengajaran bahasa asing. di video itu, si pengajar berbicara bahasa Inggris. Nene yang duduk di sampingku, mulai autis. dia niruin percakapan di video itu dengan logat British.

masih berlogat British, dia noleh ke aku. "We're talking about food now. Do you like food?"

"I like Nino" jawabku, dengan suara ala anak kecil

dia ketawa. "Is Nino a food?"

sambil masang muka anak kecil yang telmi, aku jawab "No, but I like Nino"

lalu kita berdua ketawa.

-----------
segala macam kegejean itu, mungkin ngga begitu berarti sekarang. tapi suatu saat nanti, ketika kita mengenangnya, pasti jadi kenangan yang manis.

dan mungkin aku bakal nangis.

ya ngga apa-apa sih. lebih baik mengingat kenangan manis daripada kenangan buruk.

aku bersyukur bisa menjalani hari Sabtu ini :)

Suara Hati Kecil

ketika diam dalam kesendirianku, aku sering berpikir apa sebenarnya yang aku inginkan dalam hidupku.

aku coba mendengarkan kata hati, atau berusaha berdialog dengan Tuhan, tapi entah kenapa aku merasa ngga menemukan jawabannya.

sementara itu, hatiku berkecamuk. suara satu menimpali suara lain, lalu mereka bertengkar, seolah berebut bahwa suara merekalah yang paling urgent.

aku cuma bisa bertanya, "benarkah?" dan tetap tidak menemukan jawabannya.

kalau udah seperti itu, aku ga bisa ga merasa kecewa. diam-diam, tanpa banyak orang tau, aku menangis.

aku tau kalau sebenarnya aku ngga perlu nangis. ngga perlu juga kebawa sama omongan atau apapun yang kini sudah bukan milikku lagi.

tapi tetep aja aku ngga bisa bohong kalau aku mau nangis.

dan sekali lagi, dengan rasa sedih, kesal, dan kecewa, aku bertanya pada diriku, "apa yang sebenarnya kamu inginkan, Cha? just tell us and let's do it together"

tetap saja aku ngga bisa mendengar jawabannya.

---------
aku pernah berpikir seperti ini, sebenarnya diri kita tau jawaban dari semua masalah kita. diri kita, atau mungkin lebih tepatnya hati kecil kita, punya kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang belum terjadi, atau penyebab dari hal-hal yang sudah terjadi. hati kecil kita berusaha memberitahu kita, "hei, ini loh jawabannya! coba lakuin hal ini, pasti masalahmu bisa selesai!"

hanya saja, karena suara itu sangat kecil, jarang dari kita yang benar-benar bisa mendengarnya.

kalau seandainya pemikiranku di atas itu benar, bukankah itu berarti kita, sebagai manusia, adalah makhluk yang menyedihkan?

Perhaps that's true, but somehow I just can't deal with it.

---------
di antara kesedihan, kekecewaan, dan rasa lelahku, aku berusaha untuk tetap berjalan. aku juga ngga mau stagnan di posisi berpikir aja, tapi harus melakukan sesuatu. mudah-mudahan dengan begitu, aku bisa mendengar suara hatiku sendiri.

Perubahan dan Kebahagian

manusia itu makhluk yang sangat dinamis. dia bisa berubah dari detik ke detik, hari ke hari, tahun ke tahun, dan seterusnya.

ketika manusia berubah, udah pasti nilai yang dianutnya ikut berubah kan?

contohnya aku. dulu aku cinta banget sama dunia Gotik, suka dengerin Ali Project, koleksi gambar Suigintou, dan sebagainya.

tapi sekarang, aku jarang dengerin lagi Alipro, malah lebih suka dengerin Arashi. aku masih suka sama Suigintou, tapi udah ga lagi koleksi gambar-gambarnya. dan aku lebih suka nonton drama yang lucu ketimbang nonton anime Gotik apalagi Grotesque.

that means, my values have changed, right?

--------------------
by the way, seminggu yang lalu, aku sempat merenung. sebenarnya, apa sih yang aku inginkan dalam hidupku? oke, aku ingin bahagia. tapi kebahagiaan seperti apa yang aku inginkan? orang seperti apa yang aku harapkan? habis mikir, jawabannya yang bener-bener pas itu ngga muncul-muncul. yang ada aku malah nangis, seolah kehilangan sesuatu yang besar. mungkin itu rasa kecewa karena 'kecolongan'. aku merasa bodoh karena aku belum bisa menemukan inti dari kehidupanku itu apa.

terus malam ini, tiba-tiba aku teringat pada masa lalu, masa di mana aku dan orang-orang yang aku sayangi. kita bersama-sama menghadapi masa susah, bercanda dan ketawa bareng, saling menolong dan berkorban.....

aku kangen masa seperti itu.

tapi, aku merasa orang-orang yang aku sayangi berubah. mungkin ini cuma kecurigaan sentimentilku, tapi aku merasa bahwa orang yang aku kagumi kini menganut nilai berbeda. dulu orang itu mau untuk susah bareng, bercanda segokil-gokilnya, tidak memikirkan ego, gengsi, atau hal-hal lain yang hanya dimiliki oleh kaum "elit". tapi sekarang, aku merasa dia menolak untuk "susah bareng", berdiri di pihak yang "rendah", melakukan hal-hal konyol, dan mulai melirik nilai-nilai kaum elit.

apakah itu suatu perubahan yang baik, aku ngga tau. tapi jujur aku agak kuatir, orang-orang itu bertemu dengan seseorang yang keliatan 'waow, keren!' atau 'oh my God she's so lovely!' terus akhirnya mereka berusaha untuk bisa sejajar dengan orang itu. akhirnya nilai yang dianut mereka pun berubah, cenderung ke arah 'stunning person' itu tadi.

sebelum kita mencecar apakah sikap semacam itu benar atau salah, ada baiknya kita semua merenungi baik-baik dalam hati kita, apa kita ngga capek berpura-pura jadi seseorang yang bukan diri kita?

sementara memikirkan jawabannya, mungkin kita bakal bertanya, "terus, apa donk yang dimaksud dengan 'diri kita' dan 'bukan diri kita'? gimana caranya kita bisa tau mana yang 'diri kita'?"

aku sendiri sih ngga bisa kasih jawaban yang obyektif. tapi menurutku, 'diri kita' adalah kita yang berbahagia. kalau ngga berbahagia, itu bukan 'diri kita'. celakanya, nilai kebahagiaan tiap orang itu beda-beda, jadi bakalan susah mendefinisikan secara pas kebahagiaan itu sendiri. nah loh? terus gimana kita bisa tau hal apa yang bisa mendatangkan kebahagiaan untuk diri kita?

kalau mau ambil cara yang simpel, just listen to your heart. tanya pada dirimu sendiri, kondisi seperti apakah yang membuatmu bahagia? bagi kamu yang suka bekerja, mungkin pekerjaanmu adalah segalanya. bagi kamu yang menganggap cinta itu indah, mungkin merasa berbunga-bunga ketika membaca novel romantis. bagi kamu yang pemalas, mungkin bagimu berdiam seharian di rumah sambil main game di laptop adalah kebahagiaan yang sederhana dan mudah dijangkau. mungkin, mungkin, dan mungkin. itu semua kemungkinan, yang tak akan ada batasan jelasnya. lagipula, apakah kita perlu memberi satu batasan agar kita bisa bahagia? ada banyak pilihan untuk bahagia. kita tidak harus mengikuti nilai kebahagiaan yang dianut orang lain. silakan pilih mana yang sesuai dengan hatimu.

--------
seperti yang aku bilang di atas, manusia adalah makhluk yang dinamis. dirinya bisa berubah seiring berjalannya waktu. artinya, nilai kebahagiaan yang dianutnya pun bisa berubah.

ketika kita menyadari kita berubah, mungkin kita akan cemas. kira-kira kita bakal bertanya, "apakah aku berubah? apakah perubahanku bisa diterima orang lain?" dan semacamnya. menurutku, kita tak perlu khawatir soal itu. hanya saja, jangan pernah jadi pengkhianat bagi dirimu sendiri. jangan pernah memaksa diri untuk sejajar dengan 'lovely person' atau 'idol' kita. jadilah dirimu sendiri, senyenyek apapun itu, dan berbahagialah!

--------
itu salah satu jawaban untuk kebahagiaan. meskipun aku masih merasa belum puas, tapi aku menyukai gagasan semacam ini :)

Re-Start

pernahkah terpikir dalam diri kita, ada sesuatu yang salah dengan diri kita? ada sesuatu yang kurang, tetapi kita ngga menemukan jawabannya apa. pernahkah berpikir seperti itu?

aku pernah. dan sering sekali.

seperti hari ini.

hari ini aku merasa ada sesuatu yang salah dariku. konsentrasiku menurun, dan rasanya seharian ini ga semangat. aku bolak-balik melakukan kesalahan waktu pelajaran. even I asked people about random thingies and that made me like a fool.

bukan cuma itu aja. entah kenapa aku merasa hatiku sesak dan terbebani dengan "banyak" hal. aku berusaha mengubah perasaan semacam itu menjadi sesuatu yang lebih positif. tapi entahlah, hari ini rasanya cara itu ngga efektif. aku tetap merasa terbebani dan tingkahku makin aneh. aku jadi mulai membenci sifat-sifat dari orang tertentu lagi, walaupun sebenarnya aku juga ngga perlu membenci siapapun dengan alasan apapun.

mungkin, sebenarnya aku ngga membenci, tapi cenderung kecewa.

aku melihat orang-orang berekspektasi tinggi terhadap seseorang. mungkin dia memang terbaik dan wajar kalau orang berekspektasi sama dia. tapi orang itu justru merasa ngga suka sama ekspektasi orang lain dan menganggap dirinya ngga bisa.

aku kecewa sama orang seperti itu.

kenapa?

karena aku berharap aku diberi kesempatan yang sama, yaitu jadi orang terbaik.

yah, emang sih ngga enak rasanya dapet ekspektasi dari orang-orang sekitar kita. pasti ada satu kekhawatiran kalau kita ga bisa memenuhi ekspektasi itu. aku dulu juga sering merasa seperti itu.

tapi, apakah hidup ini hanya sekedar memenuhi ekspektasi aja?

we have heard many times this sentence: "we can't make every single person pleased"


bukankah itu satu petunjuk yang jelas?

keinginan setiap orang berbeda-beda, dan perbedaannya sangat unik. memenuhi keinginan tiap orang yang berbeda-beda itu sangat susah. sama seperti ekspektasi, karena pada dasarnya ekspektasi lahir dari apa yang disebut "keinginan". jadi, kenapa hanya terpaku pada kekhawatiran ngga bisa memenuhi ekspektasi orang lain? bukannya lebih baik menerimanya dan berusaha yang terbaik?

oke, mungkin ada yang ga setuju sama kata-kataku di atas. tapi, apakah kata-kataku salah?

itu kekecewaan pertama. kekecewaan yang kedua adalah ketika seseorang melempar tanggung jawab untuk apa yang udah dilakukannya.

aku rasa, kita semua sering melakukan hal ini. ketika kita melakukan sesuatu dan hasilnya tidak seperti yang kita harapkan, kita cenderung menyalahkan sesuatu atau orang lain. menyalahkan benda, orang, hidup, bahkan Tuhan. padahal, yang melakukan tindakan itu kita sendiri, bukan?

aku ga memungkiri bahwa aku juga pernah melakukan hal-hal seperti itu. aku mengakuinya dan dengan itu aku belajar memperbaiki diri. karena, selama kita tidak mau mengakui kesalahan kita sendiri, sampai kapanpun kita takkan pernah tahu caranya belajar memperbaiki diri. bagiku, biar aja orang menganggap aku salah atau jelek, toh Tuhan selalu memberikan kesempatan bagi kita untuk memulai kembali kapanpun kita mau.

setelah berpikir dan merenung, aku merasa bahwa akhir-akhir ini aku agak kelewat batas. rasanya hari ini aku butuh membuat catatan (posting ini) dan memberi waktu dan ruang untukku sendiri. aku butuh menenangkan diri dan me-restart semuanya.

it's okay to admit our mistakes. it's okay to restart everything even from zero. it's okay because everything will be fine :)

Impian

aku punya impian. banyak impian. mulai dari yang rasional sampai tidak rasional. ada beberapa yang aku tulis di Dream List. ada juga yang tersimpan rapi dalam hati.

sebelum ini, aku mendengar orang-orang bilang kalau dunia tidak seperti apa yang kita harapkan. atau susah sekali mendapatkan apa yang kita inginkan. akhirnya aku pun ikut berpikir seperti itu.

tapi, sekarang aku bertanya. benarkah seperti itu?

bagaimana kalau seandainya kita bisa mewujudkan apapun yang kita inginkan?

kedengarannya agak gila, ya?

tapi aku percaya.

karena kita adalah apa yang kita pikirkan.

dari satu keyakinan gila itu, aku mulai membenahi diri. kalau aku ingin kehidupan yang lebih baik, maka mulai dari sekarang aku harus memikirkan hal-hal baik. ya kan?

seperti yang pernah aku ceritakan di postingan-postingan sebelumnya, aku belajar merasakan kebahagiaan. sejak saat itu, aku merasakan keajaiban: aku bisa merasa benar-benar bahagia karena alasan apapun, mulai dari yang paling sederhana sampai hal yang luar biasa.

aku semakin percaya, kalau kita adalah apa yang kita pikirkan.

aku ga menutup mata, ada begitu banyak cobaan di hidupku dan sekitarku. aku belajar menghadapi semuanya dengan optimis. melihat sesuatu dari sisi baiknya. orang lain mungkin akan bilang itu bodoh atau naif. "aku yang dulu" mungkin sependapat dengan mereka. tapi, "aku yang sekarang" tidak sependapat. bagiku, lebih baik jadi "naif" ketimbang jadi "orang sakit"

apa sih "orang sakit" itu?

menurutku, "orang sakit" adalah orang yang hanya melihat segala sesuatu dari sisi negatifnya. ada yang beralasan itu adalah sikap "antisipasi". mungkin benar. tapi menurutku, apa enaknya melihat hanya dari sisi negatif? toh ada banyak dimensi dari segala sesuatu. kenapa kita tidak melihat sisi lainnya juga? aku percaya, dengan melihat sisi lain kita akan menemukan banyak keindahan. bukankah itu lebih menyenangkan?

 itu pendapatku.

sambil belajar menyetel pikiran optimis, aku juga mulai menentukan hal-hal apa saja yang aku inginkan. terus aku menyusun daftar impianku.

impian untuk jangka waktu terdekat, aku ingin melanjutkan S2 ke Jepang. aku masih belum tau mau ambil jurusan apa dan di universitas mana. tapi aku pingin banget di Kyoto atau Shizouka. aku emang masih belum tau gimana caranya dapat beasiswa ke sana. tapi yang jelas, mulai sekarang aku memimpikan hal itu dan berusaha yang terbaik agar prestasiku tetap maksimal. kalau aku ga berusaha seperti itu, berarti impianku omong kosong kan?

impian berikutnya, aku ingin jadi penulis yang dikenang sepanjang masa. aku ingin melahirkan karya-karya yang membuat orang termotivasi untuk merasa bahagia dan menularkan lebih banyak kebahagiaan lagi kepada orang banyak. aku ga mau lagi membuat karya yang hanya berisi kesedihanku. aku ingin membuat karya yang lebih dari sekedar curhat sampah biasa. aku ingin menghasilkan karya-karya besar. aku ingin, ketika orang membaca karyaku, mereka belajar mencintai hidup dan berterima kasih untuk hidup yang diberikan kepada mereka. makanya, mulai sekarang ini aku belajar mengubah kesedihanku menjadi kekuatan, lalu menuangkannya dalam karya-karyaku supaya orang lain pun terinspirasi untuk optimis.

masih banyak lagi impian yang aku punya. di antara semuanya, ada satu impian besar. satu impian tentang cinta. hmm, apa itu hayoo?? kasih tau ngga yaa? hahaha... ababil banget. jujur, aku pingin banget kasih tau semua orang tentang impian besarku ini. tapi, aku ga bisa kasih tau di sini. kenapa? karena ini impian besar. impian yang sesungguhnya harus tetap menjadi rahasia sampai dia terwujud. kalau kita kasih tau impian itu, maka dia tak akan terwujud.

ngga percaya? buktiin aja sendiri ;)

「すべてこの胸の中に閉まっておこう
夢が叶うまで」 (石井竜也ーRiver)


"I will lock everything into my heart
until my dream comes true"
(River, song by Tatsuya Ishii)

Satu Minggu Pertama Kuliah

ngga kerasa udah satu minggu kuliah. belum apa-apa udah ditargetin skripsi. hahaha.... Sensei udah kasih wejangan ke anak-anak yang ngambil mata kuliah Desain Karya Ilmiah dan Proposal untuk memikirkan tema penelitian. ya emang sih aku baru bisa ambil skripsi semester depan, tapi setidaknya harus dipersiapkan dari sekarang. aku sih belum kepikiran mau nulis apa, tapi setidaknya aku udah mikirin mau bahas siapa, yaitu Kaneko Misuzu. Wanita yang tanggal lahirnya sama kayak aku ini (uehehehe) adalah penulis puisi anak-anak Jepang. puisinya ringan, sederhana, tapi indah, dan tentu saja, bermakna dalam. aku suka banget puisi, dan mungkin puisi Kaneko jadi salah satu favoritku. Kaneko-lah yang berhasil membuat aku sadar kalau indah itu bisa berasal dari hal-hal yang sederhana. and I listed her as my inspirational poem.

jadi, selama seminggu ini aku coba cari referensi tentang Kaneko. aku ubek-ubek ruang baca jurusan, tapi sayangnya ngga ketemu. big heartbreaking. tapi, aku menolak untuk menyerah. jadi, aku menghadap Eli-sensei. aku ceritain masalahku. dan, ting! Eli-sensei kasih solusi. kata Eli-sensei, ada teman Gandhi-sensei yang mau pulang ke Indonesia dalam waktu dekat ini. jadi, aku disuruh email Gandhi-sensei, minta tolong belikan buku yang aku butuhkan supaya bukunya bisa dititipkan ke teman beliau. nanti begitu teman beliau sampai ke Indonesia, buku itu akan dikirim ke Surabaya. ngga pake lama, aku langsung idupin S-jou terus browsing ke Amazon.co.jp. di situ banyak buku yang berhubungan dengan Kaneko Misuzu. aku minta pendapat Eli-sensei, kira-kira buku mana yang bisa jadi referensiku. Sensei merekomendasikan dua buku, yaitu Kaneko Misuzu Meishishuu (Kumpulan Puisi Kaneko Misuzu) dan Kaneko Misuzu Kokoro no Uchuu-21 seiki e no Manazashi Sono Shougai to Sakuhin (Kumpulan Karya dan Riwayat Hidup Kaneko Misuzu: Space of Heart-Menatap Abad 21)

namanya buku impor, pasti agak mahal. makanya, aku cari yang buku bekasnya aja. ngga apa-apalah bekas, yang penting isinya masih komplit dan layak baca :D
syukurlah versi buku bekasnya masih ada. aku langsung email Gandhi-sensei dan aku kasih link-nya. Sensei bilang mau liat dulu, nanti kasih kabar lagi. dalam hati aku bersyukur banget karena Allah memberiku jalan.

selain skripsi, aku juga lagi persiapan buat tes Noryouku Shiken N2. sebenernya sih, salah satu syarat kelulusan Sastra Jepang UNAIR itu minimal N3. alhamdulillah posisiku udah safe, karena aku udah lulus N3. tapi, aku punya cita-cita, yaitu lulus N1. N1 ini level tertinggi dan ngga banyak orang yang bisa lulus N1. setau aku sih, di antara dosen-dosen kita sekarang, baru Andi-sensei yang lulus N1. emang ini level dewa bangetlah. Nene taun ini ambil N1. emang brilian banget itu anak. makanya aku juga ga boleh kalah! aku bakal berjuang supaya bisa lulus N2 taun ini! kalau udah lulus, insya Allah aku mau lanjutin N1 di Jepang pas aku S2 nanti. hehe... amiiiiin...

itulah sedikit cerita tentang seminggu pertama kuliah. semester ini aku ga banyak kegiatan selain fokus sama kuliah dan tes N2. aku banyak di kos atau di rumah, baca-baca referensi, atau mantengin S-jou dan Aida :D

hmm... cerita apa lagi yaa... oh, ya. dulu di kos, aku lebih sering nutup pintu supaya dapat privasi. tapi sekarang, aku lebih sering membukanya. aku ingin berinteraksi lebih banyak dengan teman-teman kos. di kampus juga begitu. aku sapa orang-orang yang aku temui, termasuk sama orang-orang yang ga terlalu akrab sama aku. ngga disangka, respon orang-orang itu positif banget. adik-adik kelasku, kakak-kakak kelasku, anak jurusan lain kayak Angger, Lia, dan lainnya. mereka menyapaku ramah, lalu kita ngobrol-ngobrol sedikit. mereka komentar tentang penampilan baruku. semuanya sih memuji. senangnya! lebih senang lagi karena bisa berinteraksi positif dengan banyak orang :)

kalau orang memperhatikan dan tau apa aja yang aku alami, mungkin mereka akan menaruh kasihan atau simpati. aku sendiri, seandainya mau terus menuruti kesedihan, ya selamanya aku akan jatuh terpuruk dalam kesedihan itu. mungkin "aku yang dulu" adalah orang yang seperti itu. selalu menanti seseorang untuk menyelamatkanku. tapi sekarang, aku coba untuk berubah. aku belajar untuk merasa bahagia. bukan berpura-pura bahagia, tapi justru lebih membuka mata. ada begitu banyak kebahagiaan di sekitarku, mulai dari hal kecil sampai besar. eh, kayaknya aku udah pernah ngomong gini di postingan sebelumnya ya? hahaha... tapi ya emang bener sih, aku merasa bahagia sekarang, apapun keadaan yang aku hadapi.

apa aku berubah? ya, aku emang berubah. tapi, bukan berarti aku "lupa pada kulit". terkadang aku teringat pada kenangan-kenangan. "aku yang dulu" mungkin akan terluka setiap kali mengingat kenangan itu dan berusaha membuang segala sesuatu yang berhubungan dengan kenangan masa lalu. tapi, "aku yang sekarang", bisa tersenyum setiap mengingatnya. aku tetap menyimpan kenangan-kenangan itu, karena kenangan bersama orang-orang yang aku sayangi adalah salah satu hal yang membuatku bahagia. aku rawat barang-barang yang membuatku teringat pada kenangan masa lalu dengan rapi. dan.. entah kenapa setiap kali merawatnya, ada kebahagiaan tersendiri buatku. dari kejadian ini, aku dapat satu ilham: semua kenangan itu  bukanlah alasan buat aku bersedih. mereka adalah sumber kekuatanku. 

sejak aku belajar memperbaiki cara pandangku, perasaanku terhadap orang-orang di sekitarku pun berubah. aku jadi lebih sayang dan pingin jadi lebih sayang lagi pada mereka. aku belajar menyayangi orang-orang, baik yang sekarang ada di sisiku maupun mereka yang kini sedang memilih untuk tidak berada di sisiku. aku belajar berterima kasih pada mereka dan mengingat kebaikan-kebaikan mereka. dengan begitu, rasa sayangku semakin kuat. aku pun bisa move on, menghadapi hari dengan penuh senyuman.

aku menyayangi orang-orang sekitarku dengan caraku sendiri. aku berusaha memberikan yang terbaik bagi mereka. mungkin ada beberapa orang yang kecewa karena mereka menganggap aku ngga seperti yang mereka harapkan. aku ngerti banget perasaan itu. aku pun pernah merasa terluka kalau ketemu orang yang tidak memenuhi ekspektasiku. tapi kini aku menyadari, orang yang tidak memenuhi ekspektasi bukan berarti musuh kita. malah mungkin, mereka udah melakukan sesuatu yang terbaik untuk kita dan mereka sayang sama mereka. itulah yang sekarang aku lakukan. aku berusaha melakukan apa yang bisa membuat orang itu dan aku menjadi lebih baik. mungkin sekarang orang itu ngga mengerti, tapi aku percaya suatu saat dia akan mengerti. harapanku, pada saat itulah dia berubah jadi lebih baik.

haiyah, malah jadi ngalor-ngidul ke mana-mana. hehe... ya ini sedikit sharing aja. sekalian jadi titipan buat "aku yang di masa depan". aku ingin diriku selalu mengingat hikmah dari setiap pelajaran yang aku alami setiap hari. aku ingin diriku selalu tegar. aku ingin diriku jadi lebih baik. yang paling penting, aku ingin diriku selalu mengingat impian-impianku dan berusaha mewujudkannya. tak ada yang mustahil. aku percaya aku bisa menjadi lebih baik dan impian-impianku bisa terwujud.

wish you and me never ending happiness :)

Awal Semester 7

ngga kerasa udah masuk semester baru. udah masuk semester 7 pula. berarti bentar lagi skripsi. serem banget. hahaha...

di awal semester ini, ada penampilan baru, keyakinan baru, dan tentu cerita-cerita baru di masa depan. semua itu berujung pada impian.

mulai semester ini, aku memutuskan untuk berjilbab. emang sih, di Dream List-ku, aku menulis "berjilbab setelah menikah". tapi, ada begitu banyak hikmah yang aku dapatkan selama liburan ini. itu semua membuatku semakin mengingat Allah. pada saat itu tercetus keinginan untuk berjilbab. selama ini, aku takut mau berjilbab. takut ngga siap dan sebagainya. tapi, kali ini aku merasa tak ada yang perlu aku takutkan lagi. tak perlu ada kesiapan khusus. aku awali dengan satu niat. semoga bisa tetap istiqomah. amiinnn...

temen-temen agak kaget juga ngeliat aku berjilbab. sebagian besar mendukung. Karu nganterin aku cari jilbab. Risa dan Nene mendukung. Kome malah mau beliin shawl. Mbak Rofqi, temen kos, nemenin aku beli jilbab ke pasar, ngasih peniti, dan bantuin aku pakai jilbab di hari pertama kuliah. dosen-dosen bilang "alhamdulillah" dan ada juga yang bilang aku tambah cantik. hehe... mamanya Nene juga bilang gitu. aku tersenyum. begitu banyak orang yang peduli dan sayang padaku. aku bisa berbesar hati dan keyakinanku semakin bertambah.

selera musikku juga sedikit berubah. dulu biasanya dengerin lagu-lagu gotik seperti Ali Project, sekarang mulai suka sama Arashi. bukannya jadi ga suka sama Ali Project sih. aku tetep suka, tapi sekarang ini aku ingin mendengarkan lagu-lagu yang bikin semangat. ternyata Arashi pilihan yang tepat. Nene kayaknya sih agak kaget begitu aku minta copy PV lagu-lagu Arashi. aku nonton PV dan dengerin lagu-lagunya. aku ngerasa ada semangat positif yang ditularin lagu-lagu Arashi. rasanya ada optimisme baru dalam diriku.

aku sekarang lagi mulai baca buku lagi. aku udah lama ga baca buku berbobot selain untuk bahan kuliah. kali ini lagi suka sama The Art of Loving karya Erich Fromm. aku belajar banyak dari buku ini. aku belum selesai baca sih. mungkin akan aku ulang-ulang supaya aku semakin paham. buku ini salah satu penolongku untuk bangkit dari kejadian yang sempat membuat aku sedih dan putus asa. berkat doa, kesabaran, dan berbagai ilmu yang aku dapatkan (salah satunya dari buku ini) aku mulai bangkit lagi. semoga aku semakin kuat, tabah, ikhlas, dan tentu saja istiqomah. amin...

soal kuliah, aku masih belum bisa cerita banyak, karena memang belum ada pelajaran. aku sih udah coba meraba-raba kira-kira apa yang mau aku tulis untuk skripsi. sempet kepikiran buat nulis tentang Kaneko Misuzu sih, tapi aku belum dapat begitu banyak bahan. sementara itu, aku coba baca Miyazawa Kenji. yah, aku emang harus banyak baca supaya pengetahuanku semakin luas.

sekarang aku dan keluargaku udah di rumah kontrakan baru di Japan Asri. rumah ini kecil, tapi penerangannya cukup bagus dan mudah dibersihkan. semoga di rumah baru ini kami bisa berkah. amin...

Iqal ngajak temannya Samsul untuk tinggal di rumah kita. aku sih ga keberatan. Papa juga keliatannya nggak. mbah Ity sih kurang setuju. tapi kalau aku mah coba optimis aja. insya Allah ada jalan selama niat kita bersih kan.

sekarang aku juga kurangi main di social media, terutama Facebook. aku ingin memperbaiki diriku menjadi lebih baik. bukan lagi orang yang dikit-dikit ngeluh, menunjukkan kemarahan, kebencian, dan sebagainya. aku coba kurangi itu semua dengan tidak melihat status-status atau hal-hal lain yang membuat aku terpengaruh untuk marah atau membenci sesuatu. aku akui aku masih belajar. tapi, dari tahap belajar ini aja banyak manfaat yang aku rasakan. dengan mengurangi keluhan, marah, benci, dan sedih, perasaanku lebih tenang. aku pun merasa ada kekuatan yang membuatku tetap tabah dan tegar. keinginan untuk maju ke depan pun semakin bertambah. entah bagaimana aku mendeskripsikan perasaan ini, tapi aku bersyukur karenanya.

ada lagi. aku belajar untuk mengucapkan terima kasih setiap kali aku membuka mata. aku belajar untuk berterima kasih untuk apapun. itu juga membantu banget. rasanya ada optimisme yang membuat aku semangat menghadapi hari. aku merasa, aku bisa bahagia kapanpun dan di manapun, karena bahagia tidak membutuhkan syarat. aku belajar bahwa kalau kita ingin bahagia, cukup rasakan kebahagiaan itu. tidak perlu mencari ke mana-mana. kebahagiaan itu ada di mana saja dan kapan saja. bisa berkumpul sama teman-teman, makan cemilan kesukaan, baca buku berkualitas, nonton video atau film, liat-liat gambar bunga dan kucing, menulis daftar impian, itu semua bisa mendatangkan kebahagiaan bagiku. setiap kali memikirkan hal-hal yang membuatku bahagia, keyakinanku semakin kuat dan aku ingin hidup.

oh ya, Jum'at kemaren Tomokiyo-sensei pulang ke Jepang, tanpa memberitahu siapapun. aku baru tahu dari surat yang beliau tempet di kaca jendela jurusan. beliau bilang, maaf karena pulang tanpa mengucapkan perpisahan. beliau malu kalau kita mengadakan pesta perpisahan untuknya (meskipun sampai sekarang aku ga tau kenapa beliau harus malu). beliau bilang, selama ini beliau keras dalam mengajar. itu semua karena beliau ingin kita belajar lebih keras lagi. sebagai orang Jepang, beliau berterima kasih karena ada orang yang mau belajar tentang Jepang. beliau bilang, terima kasih untuk 2 tahun ini. semoga kita bisa bertemu lagi di suatu tempat.

aku ngga bisa menahan tangis. emang, berpisah dengan orang yang penting dalam hidup kita adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. mungkin aku hanyalah satu dari mahasiswa-mahasiswa Sastra Jepang, tapi bagiku Tomokiyo-sensei adalah salah satu dari orang-orang terpenting dalam hidupku. bagiku, beliau seperti orang tuaku. salah satu dari orang yang peduli padaku, memberiku semangat untuk berjuang. setiap mengingat kenangan akan beliau, aku menangis. kenangan saat kita belajar, PKL ke Jogja dan Bali, lomba pidato, semuanya.... aku ga bisa ga merasa sedih kalau ingat rencanaku untuk ngasih kenang-kenangan untuk beliau. tapi, bener kata beliau. kita semua harus berjuang lebih keras lagi. keinginanku untuk meraih impian-impianku semakin kuat. aku ingin bertemu lagi dengan Tomokiyo-sensei, suatu saat di suatu tempat. aku ingin cerita kalau aku berusaha meraih impian-impianku, mulai dari yang terkonyol sampai yang paling krusial dalam hidupku. Tomokiyo-sensei, itsuka mata aimashou...

kepulangan Tomokiyo-sensei membuatku akan kesedihan-kesedihan lain. segala macam cobaan yang membuatku sempet terhenti di tengah jalan. tapi, seperti yang mungkin pernah aku bilang, aku tak punya alasan untuk sedih. aku punya banyak alasan untuk bahagia. dan semua itu adalah alasanku untuk terus berjuang.

aku juga punya impian-impian. dari dulu aku punya impian. tapi kali ini, aku mengasuh impianku supaya menjadi lebih besar lagi. ada satu impian, yang cukup ditentang sama teman-temanku. secara ga langsung mereka bilang "nggak mungkin kesampaian". bahkan, orang yang aku percaya pun bilang begitu. aku sempet berhenti dan berpikir, "apakah aku ga boleh punya impian seperti itu? apakah impianku itu impian kosong belaka?" aku merenung dan sempat ragu. aku coba minta pendapat, tapi tak ada yang bisa memberiku jawaban. ada yang mendukung, tapi mereka pun menunjukkan kalau mereka sebenarnya kurang sependapat sama aku. menerima itu semua, tak ada rasa marah atau benci. aku berterima kasih karena mereka menunjukkan kepedulian. aku mencoba merenungkan kata-kata mereka. aku pun bertanya kepada Allah. tapi tentu saja aku ga bisa mendengar suaraNya. cuma ya aku yakin kalau Allah akan menunjukkan satu jawaban dengan cara yang aku mengerti.

sekarang ini, aku masih tetap pada keyakinan bahwa aku dapat mewujudkan impian-impianku, semustahil apapun itu. aku percaya bahwa Allah pun meridhoi. aku emang ga bisa menjelaskan, apa buktinya Allah meridhoiku. I just believe. bagiku, meski semua orang berkata "tidak", cukuplah Allah yang meridhoiku dan aku akan tetap bilang "YA!"

inilah diriku yang ingin menjadi lebih baik: orang yang mampu mencintai diri sendiri dan semua yang ada di sekitarku. dan tentu saja, menjadi orang yang bahagia.

wish my dreams come true

Resensi: The Hunger Games



 Judul: The Hunger Games
Penulis: Suzanne Collins
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 58.000,00
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Tebal : 408 halaman
Terbit : Oktober 2009
ISBN : 978-979-22-5075-6
No Produk : 32201090012

Hingga Hari Ini

久しぶり~!akhirnya punya kesempatan juga buat nulis T.T Ada banyak banget cerita yang ngga sempet aku post di sini. Entah kenapa kok susaaaah banget cari kesempatan buat posting. Kuliah makin sibuk, mau online juga belum tentu sempet ke warnetnya. Tapi sekarang alhamdulillah udah dibeliin modem sama Papa (o^_^o) Jadi insya Allah bisa lumayan sering posting, selama koneksi ga lemot tentunya. Hahaha :D

Tambah semester, makin tambah juga kegiatannya. Bulan November 2011 kemaren angkatan 2nen dan 3nen PKL ke Jogja. Aku jadi ketua panitia lho :D ditemenin Alfi sebagai wakil dan sahabat-sahabatku: Kome, Risa, Nene, Karu dkk yang jadi panitia. Ada juga adek-adek kelasku tersayang Nova, Vita, Vina, Nat, Desynta dkk yang jadi panitia juga. Persiapannya cukup baik, rada amburadul dikit, sempat ada cekcok sana-sini, tapi alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Kita jalan-jalan sekalian ngunjungi Sastra Jepang UGM. Kahimanya asik, gokil. namanya mas Naufal. kita disuguhi video tentang Jogja yang gokil punya. suka deh ♥

Aku juga ketemu Joko a.k.a Kyu a.k.a Ryu, temenku sejak zaman Friendster. hohoho... dia nemenin aku keliling cari buku di pasar buku, beliin makan segala T.T udah gitu kita foto-foto. terus sama dia diupload ke grup Jayus Community Indonesia. walhasil, pada ngiri dah semua. hahaha... ya mudah-mudahan kita punya kesempatan lagi buat kopi darat lagi sama yang lainnya :D
di depan Wijilan, tempat gudeg terkenal di Jogja


makan di warung lesehan dekat Titik 0 Kilometer
Ngga puas sama PKL Jogja, kita PKL lagi ke Bali! Uyeeeey! Anak-anak mulai dari angkatan 2nen ke atas pada minggat semua ke Bali. Kali ini panitianya cuma Pipit dan Nova. PKL Bali ini rada serius, soalnya harus bikin laporan segala. Tapi overall lumayan asyik sih. Kita wawancara beberapa turis Jepang di sana. Sempet stress karena ga bisa menuhi target 5 turis (=_=) Tapi ngga apa-apa, soalnya kelompokku berhasil wawancara pasangan suami-istri Jepang yang lagi liburan di Kuta. Mereka itu pasangan serasi banget, yang cowok ganteng, yang cewek cantik banget. Mana ramah dan baik hati pula! Mau deh wawancara 20 orang yang kayak gini. Hahaha... Yang cowok namanya Miyazaki Katsuyoshi, yang cewek namanya siapa aku lupa. Ternyata yang cewek itu orang Cina. Tapi cantiknya kayak artis Jepang gitu. Udah gitu bahasa Jepangnya fasih pula. Katanya sih mereka ketemunya di Jepang, waktu si cewek lagi sekolah di Jepang. Denger cerita kayak gitu, langsung deh anak-anak berkhayal seandainya mereka bernasib sama. Haha.. selesai wawancara, kita foto-foto bareng, terus Katsuyoshi-san minta alamat e-mail kita. Pulang dari Bali, aku dapet e-mail dari dia. Katanya dia cari tau tentang kita dan menebak kalo kita mahasiswa Sastra Jepang UNAIR. Ya ampun sampe segitunyaaaa... terharu dah.

email dari Miyazaki Katsuyoshi-san
oh ya, waktu kita ke Bali, kita juga nyambangi Universitas Udayana. demi Tuhaaaaan.. arsitekturnya bagus bangeeeet. bener-bener nuansa Bali!

Pintu masuk aula di FIB

Atap aula Widya Sabha Mandala, FIB, Udayana


Sastra Jepang UNAIR feat Sastra Jepang Udayana

Kuta sore hari. cantik kaaan
Foto bareng suami-istri yang kita wawancara di Tanjung Benoa

Kelompok PKL-ku: (Left to Right): Pika, Kie, Adi, Trya, Diajeng, Vita di Tanjung Benoa


nah, itu cerita jalan-jalan berkedok studi banding plus PKL kita. hehehe... kegiatan lainnya yaaa.. soal belajar donk. aku lulus N3 loh! akhirnya T.T setelah tahun sebelumnya kemakan hasutan Nene buat ikut N3 yang di luar jangkauan diriku yang masih 2nen dulu dan akhirnya gagal hingga aku menyesal udah buang-buang duit sekian ratus ribu. tapi akhirnya taun 2011 ikut lagi N3 dan awal 2012 diumumin kalau aku lulus! dengan skor tinggi pula. alhamdulillah.. terus selama liburan semester 5 kemaren, aku ikut benkyoukai buat tes Monbukagakusho. itu tuh, yang beasiswa ke Jepang. tapi ujung-ujungnya ga lulus T.T yang lebih sakit lagi, ga ada satupun mahasiswa UNAIR yang lolos ujian itu. bahkan mbak Tasya dan Nene yang jadi ace pun ngga. kita kalah dari UNESA yang berhasil meloloskan satu mahasiswa dan UNIBRAW yang meloloskan 9 mahasiswa. gara-gara itu Syahrur-sensei ngomong di kelas Chujokyuu Sakubun kalau Sensei marah dan malu. oke, itu menohok banget. jadi patah hati dengernya. tapi ya udahlah, emang mungkin belum waktunya buat aku. nanti coba lagi yang buat S2. siapa tau lolos. ganbareee!

aku juga ikut beberapa lomba. pertama, Kanji Cup bulan Maret. aku sekali lagi ikut yang Shokyuu, karena waktu pendaftaran hasil NS-ku belum keluar. seandainya aku udah dinyatakan lolos N3, mungkin aku bisa ikut yang level menengah alias Chukyuu. waktu mau tampil, Angga dateng nonton lhoo... senangnya~ tapi yang menohok itu kata-katanya Syahrur-sensei: "Djayeng kok masih ikut Shokyuu?" oke, itu sakit. aku yang 3nensei seharusnya udah ikut Chukyuu T.T

lebih sakit lagi, aku gugur di pertanyaan nomor 2 babak Maru-Batsu. demi apaaa aku gugur begitu cepat di babak pertama?! pas lagi shock gitu, dari deretan penonton paling belakang, Angga neriakin: "CUPU!"

oke, mari kita lupakan Kanji Cup. kita tengok lomba berikutnya, Benron-taikai alias Lomba Pidato bulan Mei. ini dia nih lomba yang paling aku ngga pingin ikutin. seandainya ada daftar lomba yang paling aku hindari, pasti jawaban teratas itu lomba pidato dan fashion show. mending ikut stand up comedy dah daripada ikut begituan =_= tapi, atas titah Kajur, aku dan Nene diutus jadi perwakilan UNAIR. jatuh-bangun aku latian pidato. sempet minder juga sama Nene, secara pelafalan dia bagus banget. Nihonjin mitai dah. beda banget sama aku. apalagi aku gampang grogi, ngomongnya ga bisa santai, ga enak didenger. tapi setidaknya aku bisa menuhi target waktu minimal, yaitu 5 menit. aku malah hampir 6 menit. sementara Nene kalo ngomong kayak komuter, cepet banget dah. waktu latian dia selalu kurang dari 5 menit. kalo soal tema, punya Nene juga lebih bagus. dia ngomongin soal "Cyber Bullying". Pas banget dah momennya, soalnya ngga lama sebelum itu aku kena cyber bullying. meskipun ujung-ujungnya aku yang lebih galak daripada yang nge-bully aku. hahaha.... kalo pidatoku, itu curhatan waktu naik kereta api. yah, seputar ketidakdisiplinan penumpang gitulah. yang fatal, antara judul sama isi ngga berhubungan. lagian juga kurang menarik kalau menurutku. tapi ya cuma itulah kemampuanku. mau gimana lagi.

pas hari H, aku dapet giliran nomor 14 atau berapa, pokoknya nomor 2 dari bawah. Nene dapet nomor 3. waktu Nene tampil, aku ikut dag-dig-dug ngga keruan. pasalnya, kalau Nene ngga berhasil menuhi batas waktu minimal 5 menit, otomatis dia didiskualifikasi. mana waktu itu ada bagian yang kelompatan, lupa dia omongin. sumpah aku takut banget. tapi untung aja, waktu itu lampu indikator di podium nyala. artinya dia udah berhasil melewati 5 menit. aku lega banget. Nene juga keliatan lega banget. waktu jawab pertanyaan dari juri, Ito-san, dia juga lancar dan bagus. beda banget sama aku. aku ga bisa ngendaliin grogiku. bolak-balik salah ucap. yang parah, waktu diberi pertanyaan sama Ito-san, aku tanpa sadar jawab dengan nada membentak. aku, membentak juri! gara-gara itu aku diketawain penonton. sumpah malu banget. waktu udah selesai semua dan tinggal nunggu pengumuman, aku nangis. untung aja Angga ngga dateng. kalo dia ada, pasti aku tambah diolok-olok. zzzz....
foto bareng di kursi penonton

setelah sekian puluh menit menunggu, akhirnya pengumuman pemenang keluar. Nene dapet juara 3. aku ngga dapet sama sekali. juara 1 dari mana gitu lupa, pokoknya dia masih 1nensei(!) juara 2, dari UNIBRAW seperti biasa. tapi kita termasuk lumayanlah bisa dapet juara 3. setiap peserta dapet sertifikat dan kenang-kenangan berupa tumbler yang imut banget. berasa sesuatu dah punya tumbler kembaran sama si Champion Nene. yakinlah satu jurusan ngga ada yang punya kayak kita. hahahaha....

pulangnya, salah seorang juri, kalau ngga salah namanya Taeko-san, ngobrol-ngobrol sama Tomokiyo-sensei. kata Tomokiyo-sensei sih, Taeko-san bilang kalau sebenernya beliau pingin aku yang jadi juara. katanya, isi pidatoku menyentuh hatinya. uuuuh, jadi mau nangis aku. terima kasih, Taeko-san. maaf aku ngga bisa memenuhi ekspetasi Anda u.u

but that was not the end of the world. aku dan Nene ditraktir Eli-sensei, Manda-sensei, dan Andi-sensei makan di Hachi-hachi! emang bener ya, abis tangis pasti ada tawa. hahahaa.... aku puas-puasin makan sashimi kesukaanku. mentah? biarin! kata Andi-sensei seleraku tinggi, kok :p

duo delegasi rakus :D
abis lomba-lomba, ada juga tugas lain yang menyenangkan. apa itu? main drama donk! jadi, tugas buat UAS Telaah Drama semester 6 kemaren, kita disuruh main drama. kelasku main drama yang judulnya "Kappa no Densetsu" (Legenda Kappa). ini parodi dari salah satu legenda tentang Kappa. ceritanya kocak, amburadul, gokil. kita juga ngajak duo native Satoshi-Kazuma buat main di drama kita. Satoshi jadi Kappa, Kazuma main peran dobel, jadi Power Ranger Red dan Harry Potter-sama. aku berperan sebagai Akai, anak pertama yang judes banget. Kie jadi anak kedua, Momo. Pika jadi anak ketiga sekaligus tokoh utama perempuan, Midori. Bune jadi ibu dari ketiga anak itu. Didin jadi Kitsune, sahabat Kappa. Yulia jadi nenek sihir dan Risda jadi anak kecil. keduanya jadi narator yang menjelaskan jalan cerita. kita juga dibantu Ghofur yang jadi Iron Man dan Pyok yang jadi dos-dos. itu tuh, kalo di acara tv Masquerade, orang yang berpakaian hitam-hitam, tugasnya menggerakkan properti. kalo di Kabuki, namanya kurogo. waktu pentas, penonton yang dateng sedikit. sempet ada beberapa dialog dan adegan yang kelompatan. tapi alhamdulillah semuanya sukses :D

terus, apa lagi ya? KKN dong! ini dia nih kuliah yang paling banyak menguras tenaga, pikiran, uang, dan emosi. hahaha... aku dan kelompokku dapet tujuan KKN di desa Ngeluh, kecamatan Margomulyo, kabupaten Bojonegoro. Bumi Angling Darma :D

aku mengajukan diri jadi koordinator desa alias ketua kelompok. padahal Angga udah ingetin, jangan mau jadi ketua. tapi entah kenapa kok aku pingin aja. tapi ya, Angga melarang juga bukan tanpa alasan. jadi ketua kelompok KKN itu susaaaah banget. kita harus bisa jadi penengah buat sekian orang dari berbagai macam jurusan yang tentunya punya ideologi masing-masing. waktu KKN inilah aku merasa, ternyata emang ga gampang jadi seorang pemimpin. kalau selama ini aku jadi ketua atau koordinator di acara-acara Sastra Jepang, itu masih belum seberapa dibanding yang ini. selama ini, meskipun ada masalah, tapi aku berhadapan sama teman-teman sejurusan yang sepaham denganku. tapi di KKN ini bener-bener beda. ngga gampang membuat 21 orang dari jurusan yang berbeda buat dengerin apa kata kita. tapi ya, alhamdulillah KKN kita berjalan dengan cukup lancar. sebagian besar proker kita terlaksana dengan baik. itu semua juga karena kelompokku punya inisiatif yang besar. aku sendiri dapet pelajaran yang berharga. terutama bagaimana kita bisa legowo dalam menghadapi orang lain, meskipun saling berbeda pandangan. juga bagaimana kita harus bersyukur atas apa yang kita miliki selama ini, karena ternyata masih banyak saudara kita yang hidup di bawah garis kelayakan, tetapi mereka selalu berjuang dan bersyukur.aku merasa ngga ada apa-apanya dibandingkan msyarakat desa Ngeluh. akhirnya kita bisa pulang dengan perasaan lega dan bersyukur.


itulah cerita-cerita tentang apa aja yang aku alami dan jalani sampai hari ini. gimana soal hubunganku dengan Angga? yang jelas, sejak KKN itu aku menjadi setingkat lebih berbesar hati dan dewasa. ngga lagi menuntut Angga untuk melakukan atau menuruti apa yang aku mau. tapi, di saat aku berkembang inilah, masalah besar datang menguji. apa itu? hmm, karena ini pribadi, aku ngga bisa nulis di sini. seperti biasa, aku tulis di blog pribadi. hehe...


dengan adanya masalah ini, aku ngga bisa tidur dengan nyenyak. tubuh dan hatiku sakit-sakitan. tapi semoga, aku bisa kuat dan tegar menghadapi ini semua. aku hanya berharap aku tegar dan masalah ini selesai dengan solusi yang aku harapkan. aminn....


udahan dulu deh ceritanya. kapan-kapan lagi aku posting, kalau ada mood. hehe :p
Sampai jumpa di kesempatan berikutnya! ♥

MAWAPRES Galau

Fiuh... Akhirnya dapet kesempatan juga buat nulis tentang MAWAPRES ini. Sebenernya ini udah basi banget, karena ini cerita udah sekian bulan yang lalu. Tapi, berhubung ini penting bagiku, jadi aku ngerasa wajib buat posting tentang MAWAPRES ini. Bagi yang belum tau MAWAPRES itu makanan apa, aku kasih tau dikit. MAWAPRES itu singkatan dari Mahasiswa Berprestasi. Dari yang aku tau, hampir semua universitas ada seleksi MAWAPRES tiap tahunnya. Nah, kalau di UNAIR, seleksinya itu bertahap, mulai dari tingkat fakultas sampai tingkat universitas. Persyaratannya mungkin hampir sama kayak uiversitas lainnya: setiap calon peserta harus membuat karya tulis hasil telaah pustaka. Nah loh. Ini dia nih yang bikin galau.
 
Tapi sebelum aku ceritain kegalauanku, mending aku ceritain dulu deh gimana awalnya aku bisa ikutan MAWAPRES.
 
Aku ingat waktu itu hari Senin, setelah MK 2011. lupa tanggal berapa. Waktu itu aku lagi ngumpulin tugas Sakubun di mejanya Tomokiyo-sensei, dengan mata ngantuk. Sampe-sampe aku salah masuk loh. Seharusnya aku masuk lewat pintu masuk umum. Tapi dengan sangat begonya aku malah masuk lewat pintu khusus dosen! Nah, pada saat itu Putri-sensei ngeliat aku, terus memanggilku. Katanya, "Djayeng, mau ngga ikutan MAWAPRES?"
 
Wih, ketiban duren apaan nih gua? Pagi-pagi masih ngantuk gini ditawarin ikut MAWAPRES?!
 
"Mau, Sensei. Kapan itu rencananya?"
 
"Tanggal 24 Oktober."
 
Aku langsung mikir, "Oh masih lama"
 
"Djayeng beneran mau ya? Soalnya nama-namanya (perwakilan) harus masuk hari ini juga."
 
"Iya, Sensei. Saya mau."
 
"Djayeng bahasa Inggrisnya pinter kan?"
 
Eit dah. Ini nanya apa ngeledek sih? "Insya Allah sih Sensei..."
 
"Iya, soalnya yang penting menguasai bahasa asing juga, terutama bahasa Inggris. Nanti pas presentasi ditanyain pake bahasa Inggris juga."
 
"Oh, ya..."
 
Putri-sensei nunjukin aku semacam berkas-berkas untuk calon MAWAPRES. Terus diliatin tema makalah dan topik-topik yang ada. Tema makalahnya "Mahasiswa Indonesia Cerdas dan Berkarakter".
 
Aku liat topik-topik yang ditawarin. Ada kebudayaan, ketahanan pangan, energi alternatif, pemberantasan kemiskinan, dan sebagainya. Entah kenapa aku tertarik banget sama kebudayaan dan energi alternatif ini. kalau kebudayaan ya udah jelas alasannya, aku kan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya :P
 
Nah, kalau energi alternatif ini, karena dulu waktu SMP aku pernah buat makalah tentang itu. Aku inget waktu itu aku kelas 3, ada tugas bahasa Indonesia dari Pak Poerwoadi. Waktu itu juga lagi hangat-hangatnya berita tentang kenaikan harga BBM. Kebetulan aja aku punya referensinya. Mbah Kakung (alm.) pernah ngasih aku majalah-majalah National Geographic Indonesia. Ada salah satu edisi yang membahas tentang energi alternatif, cukup lengkap dan mudah dimengerti. Akhirnya aku dan temenku, Dewi, bikin makalah itu. Emang tadinya ribet banget, soalnya itu awal-awal kita bikin makalah. Tapi toh hasilnya ngga percuma. Makalah itu dipuji-puji Pak Poerwoadi. Bahkan katanya sih, sampe dibahas segala sama Pak Poer di kelas-kelas lain.
 
Tapi, setelah aku pikir-pikir, kali ini kayaknya aku harus bikin makalah yang beda deh. Kalau aku cuma ngambil topik yang dulu pernah aku tulis, namanya ngga kreatif donk. Makanya aku ambil yang kebudayaan aja.
 
Semester ini kan aku dapet PKBU (Pengantar Kajian Budaya Urban). Aku inget Pak Johny pernah menyinggung-nyinggung soal hiperealitas-nya Jean Baudrillard. Akhirnya aku putusin untuk ngebahas hal itu. Dan entah kenapa, perhatianku tuh kayaknya disedot banget sama si hiperealitas ini.
 
Tadinya, aku pingin nulis tentang gimana caranya kita bisa membuat mahasiswa jadi hiper dan fetish terhadap kebiasaan belajar, daripada fetish-nya sama kebiasaan ngga guna kayak facebook-an, twitter-an, shopping, dan sebagainya. Jadi aku harus mendalami hiperealitas itu dulu.
 
Tapi ya, dasar tolol. Ternyata hiperealitas itu ngga sesimpel yang aku pikir.
 
Aku nyari referensinya di perpustakaan. Ngga ada sih buku yang khusus membahas itu di perpus, tapi ada satu buku yang mencantumkan kata hiperealitas dalam judulnya. Buku itu judulnya "Imagining Lara Croft: Psikosemiotika, Hiperealitas, dan Simbol-simbol Ketaksadaran" karya Audifax. Begitu aku cari bukunya, ternyata ada di rak buku-buku psikologi. Mampus gua! Aku kan ngga ada basic psikologi! Tapi ya gobloknya, aku tuh tetap ngambil buku itu, tanpa menyadari apa risikonya kalau maksain membahas sesuatu yang ngga kita kuasai sebagai karya ilmiah.
 
Dan barulah kusadari ketika aku mulai menulis. Bener-bener susah banget. Bingung mau nulis apa, rumusan masalahnya gimana, apa yang mau diulas dalam makalahku ini, aaarrrrghhh! Belum lagi disuruh bikin analisis dan sintesis. Makanan apa pula itu. Nyari di internet juga ngga seberapa mudeng maksudnya apa. Bener-bener bikin frustasi. Tapi ya ngga tau kenapa, mungkin juga karena udah telanjur kepalang terdaftar dalam MAWAPRES, ya aku berusaha tuntaskan sampe akhir. Batas waktunya adalah Rabu, 19 Oktober 2011, jam 1 siang. Demi menuntaskan makalah itu, aku bolos kelas Kaiwa dan Sakubun. Tapi alhamdulillah banget selesai tepat waktu. Aku selesai jam 11, langsung berangkat buat ngeprint dan ke kampus.
 
Jam 1 kurang, aku udah sampai di jurusan. Sepi. Cuma ada Putri-sensei. Dengan tampang bingung aku tanya ke mana aku harus ngumpulin tiga rangkap makalah itu. Putri-sensei bilang nanti aja pas TM. Ya aku nunggu. Sementara itu aku perlihatkan ke Putri-sensei makalah dan data pribadiku. Putri-sensei ngga komentar banyak, selain soal kelengkapan dokumenku. Tiba-tiba muncul inisiatif buat beli map, supaya lebih rapi. Akhirnya aku turun lagi ke bawah dan beli map buat makalah-makalahku. Begitu aku kembali ke ruang jurusan, ada Eli-sensei. Kata Sensei, aku disuruh ke ruang Wakil Dekan sekarang juga. Aku juga dititipi pesan kalau ketemu Pipit dan mas Lazu, tolong beritahukan hal yang sama. Aku menngiyakan dan permisi turun ke ruang Wakil Dekan.
 
Di ruang Wakil Dekan, banyak mahasiswa lagi duduk menunggu sesuatu. Wah, calon MAWAPRES juga nih, pikirku. Aku melongok ke ruang rapat Wakil Dekan. Sepi. Karena ada temen yang nunggu juga, aku duduk di sofa yang rasanya empuk banget bagi diriku yang kelelahan. Lalu aku baru sadar, ada mbak Eli si pembuat tatoo heyna sekaligus penjual jajanan paling gigih di kaliber FIB. Eh, ngga lebay tauk. Emang orangnya gigih banget. Waktu aku masih tingkat 1, aku sering liat dia naik sepeda gunung sambil bawa kontainer kecil tempat jajanan jualannya ke kampus. Sekarang dia udah bisa naik Mio loh. Hebat kan? Aku yakin itu hasil kerja kerasnya juga. Aku jadi kagum padanya. Tapi, fakta bahwa dia salah satu sainganku di MAWAPRES bikin aku minder. Tapi biar gimana juga aku ngga boleh kecil hati.
 
Sementara menunggu, aku ngobrol sedikit dengan mbak Eli. Yah, basa-basi sedikitlah. Ngga lama kemudian, dia bilang, "Duluan, ya." lalu masuk ke ruang rapat wakil dekan. Aku melongo. Apa ada panggilan ya?
 
Sudah lebih dari jam 1. ngga ada tanda-tanda calon MAWAPRES dipanggil buat TM. Malah yang ada ruangan itu makin sepi. Mas Lazu sempat dateng, tapi terus pergi lagi buat fotokopi. Aku titip fotokopi KTM juga sama dia. Tapi aku jadi bingung, kok molor banget sih TM nya. Ngga sabaran, aku mengetuk ruang Wakil Dekan 1, Pak Puji, yang akrab dan populer di antara mahasiswa-mahasiswanya.
 
Pak Puji menyambutku ramah. Tanpa banyak pikir, aku serahkan ketiga mapku kepada beliau, karena aku pikir beliau salah satu jurinya. Pak Puji langsung bingung. Aku menjelaskan tentang makalahku yang akan diajukan buat MAWAPRES. Masih tetap bingung, beliau bilang, "Loh, diserahkan kepada panitia saja."
 
Aku ikutan bingung. Tapi yang keluar dari mulutku hanyalah, "Anu, Pak. Sebenarnya TM nya jam berapa? Katanya jam 1, tapi sampai sekarang kok belum mulai. Saya lihat ruang rapat masih kosong."
 
"Loh, kan ada Bram di situ?"
 
Aku ngerasa seperti orang bego. "Eh... di mana, Pak?"
 
Pak Puji keluar dari ruangannya dan aku mengikuti beliau. Ternyata, di ruang rapat itu, di sisi kanan yang ngga keliatan dari sofa tempatku duduk, ada Pak Bram, dosen muda Sastra Indonesia.
 
Aku bener-bener malu sama Pak Puji. Duh, kok bego banget sih aku? Eh tapi bukan salahku juga donk. Ngga ada pemberitahuan kalau ternyata TM nya individu alias satu per satu. Aku kan mikirnya semua calon dikumpulin terus TM.
 
Aku duduk di depan Pak Bram. Orangnya tak terlalu ramah. Mungkin penampilan luarnya aja. Di sisi kirinya ada berbagai macam gadget. Duh, kayaknya rempong banget dah. Aku kasih mapku, dan ternyata cuma ditaruh gitu aja di samping kanannya. Yah, kirain mah diperiksa dulu dokumennya lengkap atau ngga. Katanya, "Ya udah, langsung aja ya. Silakan ambil undiannya."
 
Di depanku ada beberapa gulung kertas kecil. Aku ambil satu sambil harap-harap cemas, komat-kamit mudah-mudahan ngga dapet urutan pertama.
 
Alhamdulillah dapet urutan 5. Sesuatu banget deh.
 
Lalu Pak Bram menulis namaku di catatannya, beserta nomor undianku. Jadi, Senin (24 Oktober 2011) semua calon akan presentasiin isi makalahnya di depan dewan penguji, terus diwawancara juga. Mulainya jam 9, tempatnya di ruang sidang lantai 2. Setiap peserta dikasih waktu maksimal 15 menit buat presentasi dan 15 menit buat dihajar sama dewan penguji, ditanyain pake bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Weks, mati gua. Berasa mau sidang skripsi aja. Tapi untung aku dapet urutan nomor 5, jadi ngga terlalu keder juga. Yah, yang penting disiapin baik-baik aja deh.
 
Teorinya doank begitu. Kenyataannya ngga gitu.
 
Aku bingung mau presentasi apa. Pikiranku udah macem-macem. Aku khawatir soal ditanyain pake bahasa Inggris itu. Yang nanyain pasti dosen-dosen Sastra Inggris. Belum lagi oral English-ku ngga begitu bagus. Kalo written mah masih mendingan. Heuh. Ciut dah nyali gua. Seharusnya aku nyiapin diri buat presentasi. Aku coba prediksiin kira-kira pertanyaan apa yang bakal ditanyain sama dewan penguji. Aku review lagi makalahku. Makin diliat makin sadarlah aku kalau makalahku banyak celahnya. Pertama, teori-teorinya maksain banget deh. Keliatannya sih berhubungan, tapi aku-nya yang kurang dalem memahami. Jadi ngga bisa nunjukin dengan jelas benang merah antara teori Sigmund-Freud dengan dampak yang ditimbulkan jejaring sosial dalam masyarakat kita. Kedua, ngga sistematis. Biarpun aku berusaha supaya sistematis, tapi tetep aja ngga bisa bener-bener sistematis. Kayak loncat-loncat gitulah. Ketiga, gueh ngga pahhhham sama teknik penulisan yang disyaratin. Analisis itu apa, sintesis itu apa. Seumur-umur belum pernah dah ketemu yang begituan dalam makalah. Kalo abstrak sih masih iya ketemu dulu waktu di kelas 3 SMA. Terus gimana nih caranya mempertanggungjawabkan makalahku?Beuh, bisa mati aku dihajar sama pertanyaan bertubi-tubi. 15 menit itu lama tauuuuu… keluar-keluar bisa jadi rempeyek aku. Akhirnya aku frustasi sendiri dan malah ngga bisa nyiapin diri. Bikin skrip pun rasanya ngga gunaaaaaaaa banget. Oke, itu lebay. Mungkin ada gunanya. Dikit.
 
Hari H pun tiba. Aku izin sama Eli-sensei buat absen dari kelas Shodo. Eh, ngga taunya Eli-sensei jadi pewawancara nanti. Eaaaaa…. Entah kenapa, hatiku agak lega begitu tau kabar itu. Berarti kan waktu wawancara ngga terlalu tegang juga. Lagian, you know I know lah (apa sih?). Intinya Eli-sensei pasti kan udah cukup tau tentang diriku. Jadi ngga perlu lama-lama kan wawancaranya, Sensei? Hehe…
 
Jam 9 kurang aku ke ruang sidang lantai 2. kayaknya aku jadi yang paling kerajinan deh. Ternyata aku orang nomor dua yang dateng duluan. Yang pertama anak Sejarah entah siapa. Aku sendiri ngga begitu kenal. Abis tanda tangan dan ambil konsumsi, aku masuk. Aku liat-liat lagi skripku, jadi gelisah sendiri. Rasanya percuma aku baca skrip, takutnya kayak dulu-dulu lagi. Jadi inget waktu SMP. Waktu itu ada ujian pidato pra-UAN. Aku udah nyiapin skrip dengan rapi di kertas kecil, biar ngga keluar jalur pas pidato. Eh, pas maju aku malah ngomong di luar skrip, bahkan di luar isi naskah pidato. Yang aku omongin itu ide-ide ngga kepake di draft sebelumnya, yang entah kenapa terlintas begitu aja di kepalaku. Jadi kalau di pembuatan film tuh kayak adegan-adegan yang salah, terus dipotong dan dibuang. Nah, kayaknya pidatoku waktu itu jadi mirip "Dibuang Sayang". Itu tuh, cuplikan-cuplikan adegan buangan tadi, biasanya ditayangin di akhir sinetron jaman baheula. Mungkin karena lucu (emang lucu sih, soalnya biasanya itu si artis salah ngucapin dialog atau salah posisi, blocking, gerakan, dan sebagainya. Apalagi kalo pas adegan pukul-pukulan si artis salah pukul. Wah, ngocol tuh)atau mungkin PH nya agak pelit (udah beli rol filmnya mahal, ngga kepake lagi karena si artis salah. Gimana ngga melotot tuh produsernya), sayang kalau mau dibuang. Jadinya adegan-adegan tadi dipake buat sampingan aja, sekedar hiburan. Makanya jadi "Dibuang Sayang". Persis tuh. Cuma bedanya: 1. ide-ide buangan itu nongolnya bukan pas terakhir, tapi pas aku lagi ngomong di tengah-tengah; 2. aku ngga ikut PH manapun, jadi ngga ada yang melototin aku dan seharusnya ngga ada alasan aku "mendaur ulang" ide-ide buangan tadi; 3. ide-ide itu bukan buat sampingan atau hiburan atau gimana. Dia muncul gitu aja. Jadinya garing banget. Duh, malu dah. Makanya, aku agak alergi kalau harus presentasi pake skrip. Mending spontan atau improvisasi dah.
 
Back to topic. Lagi khusyuk-khusyuknya sama skrip dan makalah, eh ada Norma. Aku kaget, ternyata dia ikutan MAWAPRES juga. Yah, ngga heran juga sih. Dari waktu SMA dia emang gitu, selalu mengejar jadi yang terbaik. Dia pun keliatannya surprise juga ketemu aku. Terus ngobrol-ngobrol deh akhirnya. Katanya, dia ditunjuk gitu aja sama jurusannya. Terus tanpa tahu apa-apa disuruh bikin makalah. Dia malah ngga tau kalau hari itu disuruh presentasi, dia cuma taunya disuruh kumpul di ruang sidang. Nah loh!
 
Aku tanya, "Emang kemaren ngga dibilangin pas TM?"
 
"Loh, kapan ada TM?"
 
"Rabu kemaren. Pas ngumpulin makalahnya."
 
"Masa sih? Perasaan ngga tuh."
 
"Loh, ada Norma… aku loh dibilangin sama pak Bram waktu ngumpulin."
 
"Oh iya tah? Dosenku ngga ngomong apa-apa."
 
"Hah? Emang kamu ngumpulin ke siapa?"
 
"Ke dosenku. Aku taruh di ruangan jurusanku."
 
*glodak*
 
Terus katanya lagi, dia cuma tau disuruh dikumpulin ke dosennya. Nanti biar diserahin ke panitianya. Ih, enak banget, pikirku. Coba Sastra Jepang juga kayak gitu. Aku pasti ngga perlu dapet pengalaman ngga penting kayak waktu itu.
 
Akhirnya, dia buka laptop, terus bikin presentasi. Aje gile. Kirain mah aku doank yang paling rempong. Ternyata masih ada lagi yang lebih rempong, baru bikin PPT sekian jam sebelum presentasi. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala. Aku perhatiin anak-anak yang lain. Semuanya tenang, seolah-olah udah siap presentasi. Beda banget sama aku yang masih ngga tau harus ngapain.
 
Jam 10, barulah acara dimulai. MC bilang kalau ini presentasi tertutup, jadi selain yang presentasi diharap keluar. Alhamdulilllaaahh….. Lega banget dah. Setidaknya aku ngga perlu malu di depan peserta lain. Malunya cuma sama dewan penguji doank. Hehe… eits, tapi tetep aja aku harus siap-siap keluar jadi rempeyek setelah presentasi. Mak!
 
Peserta nomor 1 pun siap-siap, sementara yang lain disuruh ke ruangan sebelah. Biar ngga terlalu lama, yang lain diwawancara dulu, mulai dari peserta urutan terakhir, yaitu nomor 12. karena aku nomor tengah, jadi masih lama sebelum diwawancara maupun presentasi. Aku ngeliat jam. Wah, bolos Chujokyu nih gua. Tapi ya ngga apa-apa lah. Toh aku belum ambil jatah bolos. Sekali-kali ngga ikut kuliah Chujokyu kan ngga apa-apa. Lagian alasan bolosku keren banget: mewakili jurusan di kancah MAWAPRES FIB. Kalau anak-anak liat tulisan ini pasti aku diludahin orang satu jurusan. Hahahaha… ngocol doank ini, ngga ada maksud sombong loh ya…
 
Menit demi menit, jam demi jam… Rasanya lama banget giliranku. Jadi ngga sabaran. Mau belajar lagi ya percuma, ngga bakal nyantol lagi. Mau makan ya lagi puasa. Aku liat Pipit di sebelahku, lagi nyiapin PPT nya. Mas Lazu malah santai dengerin musik. Iiihhh, coba LinkerBell ngga rusak. Mungkin aku juga udah dengerin lagu dari tadi. Huhuhu… serba salah dah.
 
Sekitar jam 12 aku baru presentasi. Setelah giliranku, akan ada break sampe jam 1. tapi, masalahnya aku belum wawancara. Wah, masa bolos PKBU lagi? Kayaknya harus nemuin pak Johny dulu nih buat izin, pikirku sambil nyiapin presentasi. Salah seorang dewan penguji, dari Sastra Inggris kayaknya, nyuruh aku buat cepetan karena sebentar lagi harus break. Jadi tambah nervous.
 
Akhirnya aku presentasi. Saking gugupnya, suaraku jadi tercekat-cekat. Duh, kacau dah… tampangku pasti jelek banget pas itu. Selesai presentasi, aku siap-siap ditanyai. Pertama, dari seorang dosen wanita. Rambutnya pendek, pake blazer tua tapi rapi. Mungkin umurnya udah sekitar 50-an, yah paruh baya gitu. Kayaknya dari Sastra Indonesia. Beliau bilang, dengan nada halus tapi menusuk, kalau aku harus belajar punctuation, alias tanda baca. Masa sih? Aku pikir aku salah denger. Tapi kata beliau, punctuation-ku parah. Jujur, aku ngga percaya. Yah, bukannya apa-apa, tapi aku digembleng dari SMP tentang tata bahasa, mulai dari tanda baca, struktur kalimat, dan segala macam tetek bengeknya sampai aku masuk kelas Bahasa di SMA. Aku diajar sama guru-guru yang ngga akan membiarkan kesalahan tanda baca sedikitpun. Aku masih inget jaman-jaman pengurangan nilai untuk setiap kesalahan tanda baca. Jadi kalaupun misalnya jawaban kita bener tapi tanda bacanya salah, nilai kita dikurangin. Malah, bisa aja loh nilai yang seharusnya 85 jadi 50. kejem ngga sih? Tapi alhamdulillah, aku selalu lolos dari perkara kesalahan tanda baca. Makanya aku ngga percaya kalau sekarang tanda bacaku parah. Apa jangan-jangan kemampuanku udah menurun? Ngga tau juga sih. Aku cuma tersenyum pahit sambil berterima kasih pada beliau karena udah ngingetin aku. Dalam hati aku keingetan pak Poerwoadi.Bisa-bisa aku dimarahin kalau bener tanda bacaku salah. Ampun, pak Poer…
 
Yang kedua, dosen pria, kayaknya dari Sastra Indonesia juga. Beliau tanya soal arti kata "Id" di judul makalahku. Aku buka slide tentang teori Sigmund-Freud. Aku jelaskan lagi tentang id, ego, superego, dan sebagainya. Keempat dewan penguji langsung serempak mengangguk paham. Rupanya, dari tadi dewan penguji tuh bingung soal kata Id. Sempet salah paham juga, dikiranya yang aku maksud tuh "ID" alias "identitas". Setelah mengangguk paham, dosen tadi mengingatkan supaya aku jangan nulis kata-kata yang ambigu lagi di judul, karena itu fatal. Lebih baik diganti dengan kata lain yang ada padanannya dalam bahasa Indonesia, atau semacamnya. Aku cuma ketawa pahit, sambil berterima kasih kepada beliau. Jiah, salah lagi! Kali ini di tata judul lagi. Masya Allah…. Diapain aku sama guru-guruku kalau tahu aku masih salah di judul, di bagian yang paling dasar dalam penulisan karya tulis? Ampun, Bapak… Ampun Ibu….
 
Selanjutnya… yang dinanti-nanti, pertanyaan dari dosen-dosen Sastra Inggris. Jeng… jeng.. Jeng.. Jeng… seorang dosen muda, kalau ngga salah Pak Dadung namanya, sedikit "memuji" kalau aku beda dari yang lain. Temanya, bukan pribadinya. Jangan salah paham dulu donk ah… hehe… kata beliau, cuma aku yang ngambil tema filsafat di sini. Aku cengo. Emang itu filsafat ya? Padahal pikirku aku lagi bahas psikologi. Ah, ngga tau lagi deh… lalu beliau tanya apa alasannya aku "menuduh" jejaring sosial sebagai agen perusak masyarakat kita. Ini dia pertanyaan yang dinanti-nanti. Dan bagus sekali, aku ngga ngerti harus jawab apa. Akhirnya aku jawab dengan pengalaman yang ada di sekitarku, sambil berpikir kalau jawaban itu kurang kuat. Ya, aku tau jawabannya ngga terlalu relevan sama pertanyaannya, tapi masa iya aku mau nunjukin sisi lemahku di sini. Terus, aku sadar. Ternyata aku bikin kesalahan yang besar di sini. Ngga heran Pak Dadung tanya begitu, karena emang ngga ada dasar yang kuat untuk itu. Aku jadi mikir lagi, kenapa kemaren aku bisa nuduh gitu ya? Yaelah, berarti makalahku "childish" donk… apa ini makalah yang pantes buat jadi MAWAPRES?
 
Terakhir, dari dosen wanita yang tadi nyuruh aku buat cepetan. Aku ngga seberapa inget apa pertanyaan beliau, yang jelas aku disuruh mengulang dan menguraikan dengan gamblang argumenku sebelumnya. Aku bisa mengulang, tapi ngga bisa menguraikan dengan gamblang. Bahasa Inggrisku makin ngaco. Akhirnya, mungkin karena semua udah capek dan pingin break, presentasiku dicukupkan. Ibarat mangsa yang dibiarkan lepas sama harimau. Keluar ruangan aku ngga jadi rempeyek, tapi jadi dodol. Lemas tak berdaya. Ngga tau harus merasa gimana. Yang jelas udah lega karena udah selesai presentasi.
 
Jam menunjukkan pukul setengah 1. Aku menghadap Eli-sensei, minta supaya wawancaranya dipercepat karena ada kuliah PKBU jam 1. tapi Eli-senssei pun lelah, pingin break. Kata Eli-sensei, wawancaranya ngga lama-lama kok. Toh, abis break ini emang langsung giliranku. Ya udah, akhirnya aku mencari pak Johny di ruangan jurusan Ilmu Sejarah. Syukurlah pak Johny ada. Aku menjelaskan situasinya, lalu minta izin supaya aku diperbolehkan masuk seandainya aku telat masuk kelas. Pak Johny ngga keberatan. Aku berterima kasih, lalu kembali ke depan ruangan sidang.
 
Jam 1 setelah break, aku wawancara. Eli-sensei protes, kok foto di dokumen pake foto yang lama. Aku agak heran sama Sensei. Fotoku itu ngga terlalu lama, diambil waktu aku mau ujian PMDK dulu. Eh, lama ya? Hehe… yang penting kan ngga belasan tahun yang lalu. Tapi aku ngga terlalu ambil pusing (baru pas Nouryoku Shiken bulan Desember kemaren aku sadar kenapa Sensei protes. Ternyata, orang kira itu fotoku waktu masih kecil! Pantes kok Yudiah dan kawan-kawan bilang, "Itu fotomu waktu SD, ya?" tersinggung aku jadinya. Hohoho…) Lalu dilanjutin lah wawancaranya. Pertanyaannya standar, tentang prestasi, pengalaman, dan lain-lain.
 
Akhirnya hari itu selesai. Lega banget rasanya. Aku masuk kelas PKBU dengan tampang lemas, kayak orang abis berantem sama pacar.
 
Sekian minggu kemudian, ngga ada kabar apa-apa tentang MAWAPRES. Aku tersenyum pahit, ya mungkin tandanya aku ngga lolos. Aku ngga tau apa persisnya perasaanku waktu itu. Sedih, karena ngga lolos? Atau senang, karena ngga perlu rempong lagi bertanding di tingkat universitas? Entah.
 
Bulan Desember, aku lupa tanggal berapa, ada syukuran ultah FIB. Aku dapet sms dari Pipit, katanya aku disuruh ke acara itu mewakili jurusan. Aduh, kenapa aku sih? Terus, aku ke lobby. Di sana orang udah pada kumpul. Ada Pipit dan beberapa anak Sastra Jepang juga. Aku heran, kalau ada mereka, ngapain aku disuruh ke sini? Lalu aku liat mas Lazu. Barulah aku sadar, ternyata calon MAWAPRES dipanggil semua. Pipit bilang, "Katanya mau dikasih penghargaan." Walah, penghargaan apa lagi ini….
 
Widya-sensei, yang bertindak selaku MC, memanggil nama para calon MAWAPRES berdasarkan urutan juara, mulai dari angkatan paling muda, juara paling buncit. Yang pertama dipanggil adalah Pipit. Dia mendapat juara 3 untuk angkatan 2010. lalu beberapa nama lain dipanggil, sampai juara 1 angkatan 2010. selanjutnya, nama Norma dipanggil. Dia menjadi finalis untuk angkatan 2009. setelah Norma, ada satu nama, aku lupa siapa, mendapat juara 3. lalu setelah itu namaku, mendapat juara 2. aku ngga percaya. Aku, juara 2 angkatan 2009? Risda dkk menggodaku. Aku maju ke depan, gabung dengan Pipit. Aku malu, minder. Padahal apa juga alasannya aku begitu? Kan aku dapet juara, bukan ketangkep maling kutang. Berikutnya Soebandi, juara 1 untuk angkatanku. Yah, kalo dia mah ngga heran dapet juara 1. lalu berikutnya mas Lazu, finalis angkatan 2008. dan seterusnya sampai juara 1. ternyata, yang maju cuma para peserta dari Sastra Jepang dan juara 1 angkatan 2008, mbak Adibah. Yang lainnya diwakilkan sama dosen dari jurusan masing-masing. Kami diberi sertifikat dan amplop sama pak Puji. Waktu beliau kasih selamat ke aku, aku jadi malu. Inget kejadian konyol kemaren.
 
Setelah sesi foto-foto, kami disuruh ikut Widya-sensei buat tanda tangan sebagai bukti kalau kami sudah terima penghargaannya. Di ruangan itu ada beberapa karyawan, termasuk mbak Asti dari Kemahasiswaan, yang lumayan akrab denganku. Dengan manja aku protes, kenapa namaku salah. Tau ngga siihh.. Masa di sertifikat namaku jadi 'DYAJENG CHANNISSA'! Sebel dah! Mbak Asti, yang tau bener soal namaku, juga cuma bisa angkat bahu. Katanya itu bukan dia yang ngetik, tapi Bu Dian dari Sastra Inggris. Eaaa, kayaknya bakal ribet nih ngurusinnya. Tapi yang jelas, aku bersyukur bisa dapet juara di tingkat fakultas. Hehe….
 
Yah, itulah cerita panjang tentang perjalananku menuju puncak MAWAPRES gemilang cahaya. Hahaha… Lebay banget dah. Yang jelas, ini sebuah pengalaman yang ngga boleh ngga keposting di blog ini. Hehe… iya donk, kan peristiwa penting. Jadi biar besok-besok kalau aku udah besar (sok imut deh) aku bisa ketawa-ketawa mengenang kerempongan ikut MAWAPRES ini. Atau jangan-jangan nantinya aku malah muntah, ngga kuat baca kekonyolan cerita ini? Ah, masa bodoh. Bagiku, pengalaman ini tak ternilai. Aku berharap, suatu saat ketika diriku di masa depan membaca tulisan ini, ada satu hikmah yang bisa kuambil dari sini. Amin...
 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates