Akhir-akhir ini

sebelum posting, aku mau mengakui satu hal. judul di atas emang bukanlah judul yang bagus untuk sebuah postingan publik. jadi, mohon maaf sama pembaca yang kurang suka dengan judulnya.

akhir-akhir ini.... tidak banyak perubahan yang terjadi. Surabaya masih tetap panas. Hujan yang dirindukan banyak orang ngga kunjung dateng. aku sendiri sih, bingung entah harus senang atau sedih. aku akui, aku akhir-akhir ini ngga tahan sama panasnya Surabaya. entah itu karena perasaan, atau emang panasnya udah keterlaluan. tapi di sisi lain, aku sendiri agak berharap hujan ngga turun.

karena, sampai detik ini, aku masih takut sama hujan.

dan aku benci sekali sama bau tanah pra-hujan.

aku emang aneh.

----------------------------
akhir-akhir ini, aku lagi lelah sekaligus excited sama kuliah. kuliah semester ini cukup menantang. tapi di sisi lain, aku agak lelah. mungkin karena suasananya sekarang udah beda sama dulu.

UTS semester ini, aku lumayan kewalahan. tapi aku bersyukur karena setidaknya aku masih bisa menanggulangi, dan keberuntungan masih di pihakku.

akhir-akhir ini, aku merasa lingkungan sekitarku agak garing. aku jadi agak skeptis siapa yang bisa aku percaya.

karena orang-orang yang paling aku percaya sekalipun ternyata bisa mengkhianatiku.
----------------------------
akhir-akhir ini, aku merasa bingung sama diriku sendiri

tentang siapa aku

dan apa yang aku inginkan

aku merasa tak berarti

karena orang-orang yang aku sangat hargai ternyata membuangku

-------------------------
akhir-akhir ini, aku memasukkan lagu-lagu yang bisa membangkitkan kebahagiaan dalam diriku

tapi di sisi lain, aku benci sama lagu-lagu itu

dan ketika aku mendengarkan, aku malah nangis

anehnya lagi, meski aku nangis, mulutku tetap menirukan suara penyanyi

lalu ikut bernyanyi

aku emang aneh
---------------------------
akhir-akhir ini, aku memutuskan untuk berhenti bermimpi

berhenti mengekor pada setiap Supra-Fit yang aku temui di jalan

berhenti menghubung-hubungkan setiap tanda dengan harapanku

dan memutuskan untuk jatuh cinta sekali lagi

tapi di sisi lain, aku takut untuk jatuh cinta lagi

karena, sampai detik ini, aku masih belum sembuh dari rasa kecewa
---------------------------
kadang aku berkata pada diriku sendiri: 「やっぱ、死ねばいいジャン?」

dan aku sudah berniat menyerah

tapi entah siapa di dalam diriku melarangku untuk menyerah


karena, kalau aku menyerah sekarang

mungkin aku akan sendirian

dan aku paling takut dengan kesendirian



aku emang aneh

Makhluk Sosial Modern


terkadang, ada begitu banyak ide di kepala kita, perasaan di hati kita, tapi kita tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.

terkadang, kita merasa orang di dekat kita tak bisa mengerti kita. lalu kita menanti seseorang yang mempunyai 'bakat' untuk memahami diri kita tanpa kita perlu bersusah payah mengungkapkannya. seolah-olah ada satu tali yang menyambung pikiran satu sama lain. seolah-olah seperti telepati.

lalu, jika bisa menemukan orang seperti itu, banyak yang merasa "oh ya, inilah soulmate-ku"

lalu kita meninggalkan orang-orang di sekitar kita, yang selama ini berada di samping kita di saat senang maupun susah

segala tawa dan tangis yang kita lalui bersama mereka, tak ada artinya dibandingkan dengan kesenangan yang kita rasakan kini.

seolah semua hanya ilusi. dan kita menggunakan kata "move on" sebagai senjata untuk melupakan jasa-jasa mereka.

bagi kebanyakan dari kita, "mereka yang tak mampu memahami kita" adalah "lawan". sedangkan "mereka yang mampu memahami kita" adalah "kawan".

--------------------------
manusia itu saling membutuhkan satu sama lain. tetapi kita, manusia modern sekarang, jarang memberikan kesempatan bagi orang lain untuk melengkapi diri kita.

kita, adalah manusia yang dikatakan modern, dengan pemikiran pra-modern.

kenapa?

karena kita masih percaya "takhayul" akan adanya "ratu adil"

yang mempunyai bakat untuk "menyelamatkan kita dari kumpulan orang-orang yang tak mampu mengerti diri kita"
----------------------------

makhluk sosial modern adalah manusia yang berkeyakinan bahwa "soulmate kita adalah seorang ratu adil"

maka, makhluk sosial post-modern adalah manusia yang berkeyakinan bahwa "soulmate kita adalah mereka yang membuat kita belajar untuk menjadi lebih baik"

So, This Is Saturday

hari ini aku stay di Surabaya karena harus ikut try out ELPT di Pusat Bahasa UNAIR jam 1 siang.

jam 10 aku ke kos Risa. niatnya sih makan sambil belajar bareng, tapi ujung-ujungnya malah main mention di twitter. geje banget emang. ngapain juga mention-mention di twitter, padahal kita sama-sama ada di kamarnya.

tapi ya, apa salahnya? belum tentu esok kita masih bisa menikmati momen berbuat konyol semacam ini.

jam 1 kurang, aku, Risa, dan Nindy ke kampus naik motor bonceng tiga. sampai di Pinlabs, kita baru sadar kalau ban belakang motornya Nindy bocor. ups, maaf ya Nindy...

jam 1 lebih sedikit, tes dimulai. waktu dapet soalnya, aku udah mau pingsan. just tell me, oh God why they placed the listening section at the first round?! aku benci banget sama listening section dan itu bikin aku rada down ngerjain.

listening section bener-bener parah. suaranya kecil, dan pronounciation-nya ngga jelas banget. aku ngga tau speaker dalam percakapan itu pakai logat apa, yang jelas dengerinnya aja udah bikin mangkel. way better Nouryoku Shiken lah. udah gitu hampir ngga ada jeda buat menghitamkan jawaban di lembar jawaban. akhirnya aku pakai strategi lama, kasih titik di lembar jawaban, baru dihitamkan di menit-menit terakhir.

sesi kedua, structure. wogh! kalau ini aku lumayan percaya diri, karena aku sempet latian pakai software simulasi TOEFL. ngomong-ngomong soal software ini, aku ngga sengaja nemu di internet dan ternyata sangat berguna. ada sekian ratus kuis structure di dalamnya, masing-masing berisi 20 soal. tiap selesai mengambil satu kuis, ada reviewnya pula. aku sama Risa sempet coba bareng simulasi ini. kita suka ketawa sendiri kalau liat reviewnya. kita mikir kayak gini, kok bisa ya kita salah. ternyata soalnya emang menjebak, dan itu menyebalkan sekali. tapi dari situ, sedikit banyak aku belajar structure.

sesi terakhir, yang paling matek, reading. aku ngga suka baca bacaan panjang-panjang demi menjawab sekian butir soal. rasanya ngga sebanding banget. tapi ya, aku masih bisa menoleransi reading daripada listening.

di sesi terakhir ini, energiku udah hampir abis. ciputku terasa sesak dan mataku mulai lengket(?) akhirnya aku baca soal dengan cara skim, secepat mungkin, lalu menjawab. kadang, ketika udah bener-bener lengket, aku cuma liat soalnya dan cari jawaban yang paling rasional. kira-kira 15-10 menit sebelum tes berakhir, aku udah selesai memberi tanda titik di semua jawaban. terus aku mulai menghitamkan satu per satu dengan sabar. tanganku jadi pegel. pensil 2B yang tiba-tiba nyasar ke tempat pensilku itu ngga praktis dibuat menghitamkan bulatan jawaban. butuh waktu dan tenaga lebih sampai dia bisa hitam. baiklah, itu artinya waktu Nouryoku Shiken nanti aku harus punya pensil 4B. oke, tengs.

waktu lagi asyik menghitamkan jawaban, ada pengumuman kalau kita diminta kasih bukti rekening tabungan atau menulis nomornya. katanya, program try out ini adalah bantuan dari lembaga apa gitu, terus kita dibiayai. per orang dapet 20 ribu, dan uang itu akan dikirim ke rekening masing-masing. lumayan, buat nemenin saldo mini di ATM.

sekitar jam 3, tes berakhir. untunglah semua jawabanku udah berhasil dihitamkan. aku dan Risa selesai tepat waktu. Nindy masih berkutat sama jawabannya. akhirnya, karena waktu udah abis, dia terpaksa ninggalin beberapa soal yang belum dia jawab.

sambil nunggu hasil try out keluar, kita bertiga pergi ke tambal ban. sambil nunggu tambal ban, aku dan Risa mainan Fruit Ninja. emang geje banget duet aku dan Risa ini.

selesai tambal ban, kita balik lagi ke Pinlabs. hasilnya masih belum keluar. kita sempet liat-liat hasil try out minggu sebelumnya. Risa dan Nindy ngeliat punya Fika. 547 men. emang hebatlah itu anak. sementara itu, aku liat punya beberapa orang yang aku kenal.

sambil nunggu, kita bertiga nongkrong di depan Pinlabs. aku dan Risa makan tahu tek. Nindy udah ngga mood buat makan. pas lagi nunggu tahu teknya jadi, Risa masuk ke dalam. terus dia keluar sambil "kyaaa~ kyaa~" wah, kabar gembira nih.

"aku dapet 520!" katanya seneng

Nindy langsung kepo. "aku berapa?"

aku juga ikutan kepo. "aku berapa?"

Risa kasih tau nilai kita. tapi karena ngga percaya, aku dan Nindy masuk lagi ke dalam.

pertama, waktu aku cari, kok namaku ngga ada. tapi setelah dicari lagi, barulah ketemu.

ternyata bener kata Risa. aku dapet 553

alhamdulillah :')

aku ngga nyangka :'D

aku ngga tau persis Nindy dapet berapa. tapi kayaknya dia kurang puas.

selesai menggalau, kita pulang ke tempat masing-masing.

pulang ke kost, aku mulai nyicil tugas-tugasku. Pranata, proposal, terjemahan... benar-benar menggoda.

sambil ngerjain tugas, idupin Echofon dan facebook. geje-gejean mention sama Nene. gara-gara itu, aku jadi inget sama kekonyolan kita di kelas Pengajaran Bahasa Jepang sekian minggu lalu.

waktu itu, seseorang memutar video metode pengajaran bahasa asing. di video itu, si pengajar berbicara bahasa Inggris. Nene yang duduk di sampingku, mulai autis. dia niruin percakapan di video itu dengan logat British.

masih berlogat British, dia noleh ke aku. "We're talking about food now. Do you like food?"

"I like Nino" jawabku, dengan suara ala anak kecil

dia ketawa. "Is Nino a food?"

sambil masang muka anak kecil yang telmi, aku jawab "No, but I like Nino"

lalu kita berdua ketawa.

-----------
segala macam kegejean itu, mungkin ngga begitu berarti sekarang. tapi suatu saat nanti, ketika kita mengenangnya, pasti jadi kenangan yang manis.

dan mungkin aku bakal nangis.

ya ngga apa-apa sih. lebih baik mengingat kenangan manis daripada kenangan buruk.

aku bersyukur bisa menjalani hari Sabtu ini :)

Suara Hati Kecil

ketika diam dalam kesendirianku, aku sering berpikir apa sebenarnya yang aku inginkan dalam hidupku.

aku coba mendengarkan kata hati, atau berusaha berdialog dengan Tuhan, tapi entah kenapa aku merasa ngga menemukan jawabannya.

sementara itu, hatiku berkecamuk. suara satu menimpali suara lain, lalu mereka bertengkar, seolah berebut bahwa suara merekalah yang paling urgent.

aku cuma bisa bertanya, "benarkah?" dan tetap tidak menemukan jawabannya.

kalau udah seperti itu, aku ga bisa ga merasa kecewa. diam-diam, tanpa banyak orang tau, aku menangis.

aku tau kalau sebenarnya aku ngga perlu nangis. ngga perlu juga kebawa sama omongan atau apapun yang kini sudah bukan milikku lagi.

tapi tetep aja aku ngga bisa bohong kalau aku mau nangis.

dan sekali lagi, dengan rasa sedih, kesal, dan kecewa, aku bertanya pada diriku, "apa yang sebenarnya kamu inginkan, Cha? just tell us and let's do it together"

tetap saja aku ngga bisa mendengar jawabannya.

---------
aku pernah berpikir seperti ini, sebenarnya diri kita tau jawaban dari semua masalah kita. diri kita, atau mungkin lebih tepatnya hati kecil kita, punya kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang belum terjadi, atau penyebab dari hal-hal yang sudah terjadi. hati kecil kita berusaha memberitahu kita, "hei, ini loh jawabannya! coba lakuin hal ini, pasti masalahmu bisa selesai!"

hanya saja, karena suara itu sangat kecil, jarang dari kita yang benar-benar bisa mendengarnya.

kalau seandainya pemikiranku di atas itu benar, bukankah itu berarti kita, sebagai manusia, adalah makhluk yang menyedihkan?

Perhaps that's true, but somehow I just can't deal with it.

---------
di antara kesedihan, kekecewaan, dan rasa lelahku, aku berusaha untuk tetap berjalan. aku juga ngga mau stagnan di posisi berpikir aja, tapi harus melakukan sesuatu. mudah-mudahan dengan begitu, aku bisa mendengar suara hatiku sendiri.

Perubahan dan Kebahagian

manusia itu makhluk yang sangat dinamis. dia bisa berubah dari detik ke detik, hari ke hari, tahun ke tahun, dan seterusnya.

ketika manusia berubah, udah pasti nilai yang dianutnya ikut berubah kan?

contohnya aku. dulu aku cinta banget sama dunia Gotik, suka dengerin Ali Project, koleksi gambar Suigintou, dan sebagainya.

tapi sekarang, aku jarang dengerin lagi Alipro, malah lebih suka dengerin Arashi. aku masih suka sama Suigintou, tapi udah ga lagi koleksi gambar-gambarnya. dan aku lebih suka nonton drama yang lucu ketimbang nonton anime Gotik apalagi Grotesque.

that means, my values have changed, right?

--------------------
by the way, seminggu yang lalu, aku sempat merenung. sebenarnya, apa sih yang aku inginkan dalam hidupku? oke, aku ingin bahagia. tapi kebahagiaan seperti apa yang aku inginkan? orang seperti apa yang aku harapkan? habis mikir, jawabannya yang bener-bener pas itu ngga muncul-muncul. yang ada aku malah nangis, seolah kehilangan sesuatu yang besar. mungkin itu rasa kecewa karena 'kecolongan'. aku merasa bodoh karena aku belum bisa menemukan inti dari kehidupanku itu apa.

terus malam ini, tiba-tiba aku teringat pada masa lalu, masa di mana aku dan orang-orang yang aku sayangi. kita bersama-sama menghadapi masa susah, bercanda dan ketawa bareng, saling menolong dan berkorban.....

aku kangen masa seperti itu.

tapi, aku merasa orang-orang yang aku sayangi berubah. mungkin ini cuma kecurigaan sentimentilku, tapi aku merasa bahwa orang yang aku kagumi kini menganut nilai berbeda. dulu orang itu mau untuk susah bareng, bercanda segokil-gokilnya, tidak memikirkan ego, gengsi, atau hal-hal lain yang hanya dimiliki oleh kaum "elit". tapi sekarang, aku merasa dia menolak untuk "susah bareng", berdiri di pihak yang "rendah", melakukan hal-hal konyol, dan mulai melirik nilai-nilai kaum elit.

apakah itu suatu perubahan yang baik, aku ngga tau. tapi jujur aku agak kuatir, orang-orang itu bertemu dengan seseorang yang keliatan 'waow, keren!' atau 'oh my God she's so lovely!' terus akhirnya mereka berusaha untuk bisa sejajar dengan orang itu. akhirnya nilai yang dianut mereka pun berubah, cenderung ke arah 'stunning person' itu tadi.

sebelum kita mencecar apakah sikap semacam itu benar atau salah, ada baiknya kita semua merenungi baik-baik dalam hati kita, apa kita ngga capek berpura-pura jadi seseorang yang bukan diri kita?

sementara memikirkan jawabannya, mungkin kita bakal bertanya, "terus, apa donk yang dimaksud dengan 'diri kita' dan 'bukan diri kita'? gimana caranya kita bisa tau mana yang 'diri kita'?"

aku sendiri sih ngga bisa kasih jawaban yang obyektif. tapi menurutku, 'diri kita' adalah kita yang berbahagia. kalau ngga berbahagia, itu bukan 'diri kita'. celakanya, nilai kebahagiaan tiap orang itu beda-beda, jadi bakalan susah mendefinisikan secara pas kebahagiaan itu sendiri. nah loh? terus gimana kita bisa tau hal apa yang bisa mendatangkan kebahagiaan untuk diri kita?

kalau mau ambil cara yang simpel, just listen to your heart. tanya pada dirimu sendiri, kondisi seperti apakah yang membuatmu bahagia? bagi kamu yang suka bekerja, mungkin pekerjaanmu adalah segalanya. bagi kamu yang menganggap cinta itu indah, mungkin merasa berbunga-bunga ketika membaca novel romantis. bagi kamu yang pemalas, mungkin bagimu berdiam seharian di rumah sambil main game di laptop adalah kebahagiaan yang sederhana dan mudah dijangkau. mungkin, mungkin, dan mungkin. itu semua kemungkinan, yang tak akan ada batasan jelasnya. lagipula, apakah kita perlu memberi satu batasan agar kita bisa bahagia? ada banyak pilihan untuk bahagia. kita tidak harus mengikuti nilai kebahagiaan yang dianut orang lain. silakan pilih mana yang sesuai dengan hatimu.

--------
seperti yang aku bilang di atas, manusia adalah makhluk yang dinamis. dirinya bisa berubah seiring berjalannya waktu. artinya, nilai kebahagiaan yang dianutnya pun bisa berubah.

ketika kita menyadari kita berubah, mungkin kita akan cemas. kira-kira kita bakal bertanya, "apakah aku berubah? apakah perubahanku bisa diterima orang lain?" dan semacamnya. menurutku, kita tak perlu khawatir soal itu. hanya saja, jangan pernah jadi pengkhianat bagi dirimu sendiri. jangan pernah memaksa diri untuk sejajar dengan 'lovely person' atau 'idol' kita. jadilah dirimu sendiri, senyenyek apapun itu, dan berbahagialah!

--------
itu salah satu jawaban untuk kebahagiaan. meskipun aku masih merasa belum puas, tapi aku menyukai gagasan semacam ini :)
 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates