Igauan Pra-Sahur

lama banget yah ngga nulis di sini. apa itu tandanya aku udah ngga galau lagi? bukan begitu. tepatnya aku mengidap penyakit malas akut, yang bikin aku malas ngapa-ngapain, termasuk menulis. padahal aku tahu kalau menulis itu baik untuk kesehatan mentalku (baca: sebagai tempat melepas stress).

oke, jadi masalah apa lagi nih yang membawaku kembali ke sini?

banyak. ruwet. complicated. fukuzatsu. susah menguraikannya satu per satu. yang jelas aku jadi semakin aneh. iya, aneh. buktinya aku kudu rajin konsultasi ke bidang kesehatan mental di kampus setiap minggu. bahkan kalau aku tiba-tiba jadi parah, dokter bilang aku harus segera menghubungi dan datang ke ruangan kesehatan mental (selama ruangan itu buka sih).

gila? ngga tau juga sih ya. cuma kalau dibilang gila juga kok kesannya setengah-setengah. ngga maksimal gilanya. abis masih bisa ngomong, makan, tidur (walaupun makin susah tidur aja sih), belajar, main, nyepik berondong *eh* jadi kalau dibilang waras juga ngga waras-waras banget. dibilang gila kok ya kayaknya belum memenuhi syarat untuk jadi pasien RSJ. statusku menggantung.

oke, kita sampingkan dulu masalah keanehanku untuk sejenak. aku kembali ke sini cuma pingin curhat sesuatu yang ngga penting: aku mengalami gejala suka sama seseorang, dengan prosentasi patah hati lumayan besar.

iya, aku tau aku jelek. tiap kali ngaca selalu aja para jerawat nyengir bandel. jerawat-jerawat ini tidak baik bagi kesehatan mental saya, karena tiap kali ngeliat jerawat ini saya jadi sadis (baca: mecahin jerawat sampe berdarah. kalo ngga keluar darah ngga marem). tau sih, apa akibatnya mecahin jerawat sembarangan. yang ada jerawat makin parah. tau sih, dengan mengatur pola makan dan tidur (terutama tidur), kulit bisa semakin membaik dan jerawat hilang dengan sendirinya. tapi saya sendiri lagi aneh ini, meskipun maksain diri buat tidur, tetep aja mata ngga mau merem. beberapa bulan yang lalu sih masih dibolehin minum obat tidur sama dokter karena insomniaku parah, dan aku jadi cenderung sensitif begitu. tapi sekarang aku udah ngga dikasih obat tidur lagi karena setidaknya aku bisa tidur sendiri (walaupun susaaaah banget). alhasil, jerawat saya ngga ilang-ilang.

oke, kita sampingkan dulu masalah kejelekanku untuk sejenak. kembali lagi ke soal sebelumnya. jadi ceritanya saya lagi suka sama seseorang. cuma ngga tau ini beneran suka atau asal suka aja. you know, cowok di sini rata-rata baik dan sopan. tapi yaa... gimana yah. mungkin mereka baik karena aku orang asing. atau mungkin karena merasa itu semacam `kewajiban`. itu loh, honne-tatemae. makanya kadang aku ngga bisa bedain apa orang ini beneran baik dengan tulus atau cuma honne-tatemae aja. makanya perasaanku ke orang ini juga ngga jelas. pada dasarnya aku bakalan suka sama siapa aja yang baik sama aku. tapi begitu tau itu cuma basa-basi, aku langsung hilang minat. jadi itulah kenapa aku bilang perasaanku ini ngga jelas.

tapi, ya entah kenapa rasanya seneng banget begitu deket orang ini.

waktu awal ketemu, aku pikir dia orang yang susah dideketin. abis pendiem banget. kalah dah patung gajah mada depan SMA ku dulu. terus sejak aku dibolehin ikut jigeiko (dan aku harus menghadap para senpai untuk mengajari saya), aku merasa orang ini beda. di permukannya sih dia baik dan sopan, sama seperti yang lain. tapi abis jadi lawan latianku, dia selalu mengawali dengan memujiku terlebih dulu. misalnya, "teknik kendomu semakin membaik" dan sebagainya. abis itu baru deh dia kasih nasihat supaya teknikku berkembang. suaranya, cara ngomongnya, halus banget. tapi ngga kehilangan wibawa sebagai cowok dan sebagai seorang senpai. oke, dia lebih muda dari aku setaun, tapi tetep aja dia senpai dalam kendo.

tapi, ada sesuatu yang beda dari dia. kalau senpai yang lain, keliatan banget memperlakukanku sebagai kohai. ya aku sih ngga masalah. toh itu kenyataan. tapi kadang aku bingung harus gimana, soalnya ada beberapa senpai yang tiap kali jigeiko menghadapiku dengan serius, sama seperti menghadapi yang lainnya. jadi aku harus terus dan terus menyerang. tapi kebanyakan mengadapiku, yaa bukannya ngga serius sih, tapi keliatannya mereka berpikir karena teknikku masih banyak salah (ini kenyataan) maka lebih baik fokus memperbaiki teknik daripada latian duel. ya itu ngga salah sih. cuma kadang-kadang aku jadi bingung, aku harus menyerang atau fokus memperbaiki teknik nih? kalau menyerang, jujur teknik dasarku jadi ancur, soalnya aku berpikir harus terus dan terus menyerang. tapi kalau fokus memperbaiki teknik, aku terus-terusan kalah dalam duel. nah loh. itu yang bikin aku kadang-kadang ngga pingin latian sama kebanyakan senpai, karena mereka bikin bingung.

tapi, orang ini beda. dia termasuk senpai yang menghadapiku dengan serius. dia tau kalau teknikku ancur. tapi keliatannya dia menghargai keberanianku untuk terus menyerang. jadi pas latian dia benar-benar jadi lawan, seolah-olah kita setara. padahal kenyataannya teknikku ngga ada seujung kuku jarinya. setelah latian barulah dia mengajari dan kasih nasihat. dan satu lagi, tiap kali kita latian, dia selalu tertawa pas menghadapiku. bukan ketawa ngejek. bukan. beda. ketawanya itu.... kayak merasa senang karena aku berani nyerang dia. aah susah dijelasin! pokoknya tawanya itu bikin aku tenang, semangat, dan percaya diri tiap latian.

tapi waktu itu aku cuma merasa sampai di situ aja. belum ada (atau lebih tepatnya "sadar"?) perasaan suka. aku cuma merasa, kok aneh ya tiap kali sama orang ini aku selalu percaya diri. begitulah kira-kira perasaanku, sampai suatu hari....

kita dapat kesempatan untuk ngobrol di luar jam latian.

ceritanya, aku nyebar angket penelitian di klub kendo. angketnya sih pendek. sebenarnya angket itu cuma alat untuk menjaring responden wawancara. di angket itu aku minta bagi siapa aja yang bersedia untuk diwawancara lebih lanjut, mohon isi nama, kontak, dll. aku kasih deadline 1 minggu untuk mengumpulkan. kenyataannya banyak yang molor. termasuk dia. aku sih waktu itu ngga marah. soalnya dia langsung minta maaf dan janji segera mengembalikan. waktu dia kembalikan, pada kolom responden wawancara dia menyatakan menyanggupi. aku kaget. kok tumben banget, padahal kita jarang banget ngobrol selain waktu latian.

waktu wawancara, sumpah datar banget. aku sampe bingung mau ngomong apa. supaya suasana lebih cair, aku ngomong soal maskot prefektur ehime, mikyan. omong-omong soal maskot, di jepang tiap prefektur punya maskot masing-masing. misalnya kumamoto punya kumamon, ehime punya mikyan, dan lain-lain. mikyan itu sesosok makhluk berbentuk seperti jeruk (ehime terkenal sama jeruknya) tapi berkepala seperti guguk bermata kecil. di pantatnya ada tulisan "i love ehime". namanya sendiri berasal dari kata "mikan" (bahasa jepangnya jeruk), tapi diplesetin jadi mi-can (dibaca "mi-kyan"). "can" nya ini bahasa inggris, yaitu "bisa". mungkin maksudnya seperti "ehime can do it!" gitu kali yah. aku paling suka mikyan, soalnya simpel dan imutnya itu reasonable. ngga kayak beberapa maskot lain yang menurutku rada absurd. aku bahkan sampai beli gantungan kunci mikyan waktu study tour ke benteng matsuyama di ehime. nah, orang ini asalnya dari ehime, dan di profile line-nya dia pakai gambar mikyan. siapa sangka orang sependiem ini punya sisi lucu juga. jadi waktu itu aku tunjukin gantungan kunciku, sambil bilang "aku suka mikyan". terus waktu liat gantungan kunci itu dia langsung spontan ngomong "deta!" (mungkin kalo diterjemahin jadi "itu dia!") dengan nada yang beda dari biasanya. seperti excited gitu. aku jadi ikutan excited juga. akhirnya kita malah ngobrolin lain-lain kayak keluarganya, rencana setelah lulus, dan lain-lain. dia anak pertama dari empat bersaudara, laki semua! adiknya paling kecil umur 10 tahun. waktu dia cerita soal adeknya kok kayaknya lucuuuu banget. aku jadi gemes sendiri.

oh ya, sebelum wawancara aku sempet kepo di facebook. aku menemukan dua fakta mengejutkan. pertama, ternyata dia punya fb donk. orang sini jarang main facebook. kadang cuma bikin doank tapi ngga diurus. tapi dia punya dan dia ternyata lumayan suka update juga. kedua, mutual friends kita cuma satu orang, salah seorang senpainya (yang seumuran denganku. sekarang senpai itu udah lulus) dia bahkan ngga berteman dengan teman kendo seangkatannya! aku asal klik add aja, dan langsung di-approve. padahal itu tengah malem. belum tidur, kang? duuuh, rasanya pingin teriak "banzai!" waktu di-approve sama dia itu.

kalau liat status-statusnya, foto profilnya, ternyata orang ini manis dan lucu juga. ganteng sih engga. cuma manis, apalagi waktu ketawa. oh ya, waktu ngobrol di line buat janjian wawancara, dia pake emoji donk. lucu gitu. omaigod, orang ini kok lucu seeeeeeh

menurut cerita salah seorang teman cewek di kendo (yang kebetulan juga seangkatan sama orang ini), orang ini emang pendiem waktu di kendo. tapi begitu udah ngumpul sama temennya, jadi rame. duh kah jadi penasaran kan. kayak apa sih dia kalau rame. aku jadi makin kepo soal dia.

kemaren pun, waktu pertandingan kendo antar mahasiswa se-prefektur hiroshima, aku ngerasa seneng banget waktu ketemu dia. semua anggota klub mulai dari tingkat 1 sampai 3 ikut pertandingan. jadi cuma aku dan anak-anak tingkat akhir aja yang ngga tanding. anak-anak yang ngga ikut tanding jadi panitia pertandingan, sementara aku yang ngga tau apa-apa cuma seliwar-seliwer hunting foto. waktu kita ketemu, muka seriusnya berubah jadi ramah. bahkan dia keliatan senyum sekilas. dia tanya kok aku ngga ikut tanding. aku bilang kalo aku sih masih amatir, jadi ngga mungkin. terus dia bilang, "ah, masa? kayaknya ngga gitu juga deh..."

cuma digituin aja aku langsung seneng. duh ternyata aku emang bocah. bocah yang aneh dan jelek.

begitulah cerita tentang orang ini. tapi... sekali lagi aku ngga tau apa aku beneran suka sama dia apa engga. dan kalaupun suka beneran, aku takut. aku udah pernah nembak seseorang lain, terus ditolak. katanya dia cuma nganggep aku sebagai kohai di kendo (woi, aku lebih tua woi!). makanya sama orang ini pun aku ngga banyak berharap. untuk sementara ini, aku mau menikmati saat-saat bersamanya, sebelum akhirnya aku pulang nanti.

eh btw, foto-foto pertandingan yang aku upload ke fb di-like doooooonk sama dia. duh kah, gitu aja aku udah seneng.

oke, karena sekarang udah lewat imsak, maka kita akhiri igauan kita sampai di sini dulu.

23 Tahun

Tanggal 11 kemarin aku ulang tahun. Hmm, nothing special but I feel so grateful for being alive till today. Ulang tahun di Jepang, dengan penuh kedamaian. Yah, meskipun ada sedikit masalah, tapi setidaknya aku tak perlu berhadapan langsung secara fisik dengan masalah itu. Aku harus bersyukur karenanya.

Oke, umurku sekarang udah 23 tahun. Apa sih yang udah aku capai?

Sejauh ini... Kuliah di Sastra Jepang UNAIR, berhasil dapet IPK yang bagus tiap semesternya, dapet temen-temen yang asik, bangke, kampret, all things you'll miss one day. Pernah pacaran dengan orang-orang yang bener-bener ngasih aku pelajaran tentang hubungan antar manusia dan kehidupan bermasyarakat (lebay? Intinya begitulah). Dan mungkin ini pencapaian terbesarku sampai hari ini: berhasil mendapatkan beasiswa Japanese Studies Monbusho, kuliah di Hiroshima University, bertemu plus berteman dengan banyak orang dari berbagai macam belahan dunia, menikmati dinginnya musim gugur, indahnya salju, dan indahnya bunga sakura yang sedang mekar. Oh ya, ngga lupa juga, berhasil mewujudkan salah satu impianku: belajar kendo. Juga satu impian remeh: memotong rambutku ala Baba Ayako di "35-san no Koukousei". Aku cinta rambut baruku.

Oke, itu sederet daftar pencapaian yang aku raih hingga hari ini.

Pertanyaan berikutnya: apa itu aja udah cukup?

Belum. Masih belum.

Apa yang aku capai ini, baru level "main-main" saja. Kecuali tes Monbusho dan latian kendo, pencapaian lainnya aku dapat hampir tanpa bekerja sangat keras.

Makanya, aku merasa itu semua masih belum cukup.

Selain itu, ada hal lain yang membuatku merasa belum cukup. Kehidupanku masih belum teratur. Aku masih belum pinter menata segala sesuatunya. Akibatnya, aku suka terjebak dalam segala macam kesulitan yang sebenernya masih bisa dicegah. Kesulitan keuangan, misalnya. Jangankan menata keuangan, menata kamarku aja masih belum bener. Aku suka iri kalau main ke kamarnya Dida. Kamarnya rapi banget. Dan kalau aku liat segala macem postingan jalan-jalannya, aku yakin dia pasti pinter banget ngatur keuangannya. Nah, kalau dia aja bisa, kenapa aku ngga? Itu pertanyaan besar. Oke, artinya aku harus mencontoh suri tauladan Dida XD

Itu aja? Belum, masih ada lagi.

Aku.. masih kalah dengan diriku sendiri.

Aku masih suka bohong, terutama membohongi diriku sendiri. Aku masih suka kalah dengan segala macam perasaan. Aku masih suka ngeluarin alasan "karena perasaan" dalam menghadapi masalah. Akibatnya, ngga jarang aku malah terpuruk dalam hal-hal yang sebenernya ngga terlalu penting, dan itu malah menghambat tugas utamaku. Skripsi terbengkalai, aku pun juga ngga bisa fokus mengerjakan hal lainnya. Waktu dan energiku abis terbuang untuk mengurusi "perasaan".

Tiap kali aku bercermin, aku suka muak. Bukan cuma karena wajahku ngga cantik secara fisik, ekspresiku memuakkan. Selama ini aku suka salah paham, mengira karena aku ngga cantik makanya aku ngga puas. Akhirnya aku putus asa membeli berbagai macam produk kecantikan. Awalnya emang menyenangkan, memanjakan diri sendiri. Tapi lama-lama aku bosan, karena toh ngga terlalu banyak perubahan berarti. Aku emang cepet bosan sih.

Lalu, setelah aku pikir-pikir, bukan masalah cantik atau engganya. Akunya aja yang terlalu putus asa. Coba seandainya aku lebih santai dan menerima diriku apa adanya, aku juga ngga akan putus asa begini.

Kesimpulannya, aku masih kalah sama anak kecil yang ada dalam diriku ini.

Oke, berkeluh-kesah ngga akan membuat perubahan apapun. Yang ada cuma bikin keadaan makin muram aja. Jadi, aku mulai menulis apa aja yang perlu aku lakukan untuk membuat perubahan.

Pertama, gunakan waktu seefisien mungkin. Aku yakin, akar permasalahan dari semua ini adalah karena aku ngga menggunakan waktu secara efisien. Daripada menghabiskan 10-20 menit untuk dengerin lagu sambil bergalau ria di atas tempat tidur, lebih baik digunakan untuk mengerjakan apapun yang bisa aku kerjakan saat itu juga. Beresin kamar-kah, baca buku-kah, masak makanan yang bener-kah, nonton dvd sambil gerak badan-kah, apapun. APAPUN yang bisa aku kerjakan saat itu, di tempat itu.

Kedua, membiasakan membaca dan menulis. Kenapa? Karena aku yakin, satu-satu skill yang aku punya dan bisa dimanfaatkan saat ini adalah kemampuan bahasaku. Aku punya banyak kesempatan untuk mendengar dan berbicara dengan orang Jepang di sini. Tapi yang sangat kurang adalah kesempatan untuk membaca dan menulis. Aku, dengan sangat hectic-nya, membeli banyak buku. Tapi ngga ada satupun dari buku-buku itu yang bener-bener habis dibaca. Begitu juga dengan menulis. Ada banyak hal yang ingin aku tulis, tapi lebih banyak ide yang menguap percuma dibandingkan yang tertuang ke dalam tulisan. Mottainai. Bener-bener mottainai. Jadi, mulai sekarang, aku harus membiasakan membaca buku apapun, minimal 2 halaman per hari, dan menulis apapun, minimal 2 kalimat per hari. Sedikit banget? Iya sih. Tapi buat apa juga menarget banyak-banyak dari awal? Progres itu, terasa semakin nikmat kalau dimulai dari sedikit demi sedikit. Pasti akan terasa perbedaanya.

Ketiga, be easy. Ketika aku memutuskan potong rambut ala Ayako, alasanku satu: aku ingin lebih santai. Emang sih, punya rambut panjang yang indah adalah impianku sejak lama. Tapi, ngga gampang merawatnya. Sedikit-sedikit kudu diperhatiin. Jadi, aku pilih rambut acak adut ala Ayako. Tiap pagi, cukup pakai styling mousse yang super hard, acak-acak rambut sesuka moodku hari itu, beres! Sepanjang hari rambutku akan tetap keliatan acak-acakan, dan aku ngga perlu repot nyisir-nyisir setiap saat. Pikiranku sih, dengan style yang santai seperti ini, bisa membawa moodku untuk lebih santai juga. Aku ngga pingin jadi orang yang terlalu belibet dengan segala sesuatunya. Orang yang kayak gitu, gampang terluka, cenderung iri hati, dan akhirnya malah muncul dendam. Semua itu bak rantai yang membelenggu hati dan pikiran. Lama-lama kita jadi lemah sendiri karena kegalauan kita. Apa enaknya? Aku ingin jadi orang yang lebih santai, ngga usah bawa-bawa pikiran dan perasaan terlalu dalam terhadap segala sesuatunya. Yang penting sekarang adalah, mampu mengerjakan semua kewajiban dengan baik dan tenang. Dengan begitu, pasti kita pun akan lebih dan lebih kuat lagi.

Oke, itulah resolusiku di umur 23 tahun ini. Target jangka pendekku:
1. Menyelesaikan skripsi dengan baik, dapat prestasi terbaik
2. Bebas dari segala kesulitan uang
3. Pacaran sama orang yang suka (absolut ini, ngga bisa diganggu gugat)

Target jangka panjang:
Mandiri dan bebas

Sekian, pengakuan dan resolusi saya di umur 23 tahun ini. Sekarang saatnya mengerjakan hal lain lagi. Sampai jumpa di postingan berikutnya~
 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates