Tiga Bulan Awal 2013

mungkin sekilas posting ini seperti rangkuman setelah lama aku absen menulis di blog ini. tapi, ada begitu banyak cerita yang lebih dari sekedar rangkuman selama tiga bulan ini. sebenarnya udah lama aku mau menulis, tapi berhubung pikiran dan waktu terasa selalu penuh (hehehe) jadi baru sekaranglah aku bisa menulis.

hm, mulai dari mana dulu? oke, kita cerita mulai dari bulan Januari dulu :)

Januari 2013

aku lupa sejak tanggal berapa kita UAS semester ganjil, tapi aku ingat tanggal berapa sidang proposal. yaitu tanggal 10 Januari 2013.

hari itu, sebenarnya aku dijadwalkan sidang jam 9 pagi. tapiiiiii..... berhubung Bu Diah Arimbi, dosen tamu dari Sastra Inggris, masih ada rapat di kampus C, jadinya ditunda sampai siang.

sekitar jam 1 siang (kalau tidak salah), sidang proposal Kie diadakan. selama ini aku belum pernah menonton sidang, baik itu sidang proposal maupun sidang skripsi, jadi aku datang ke sidang skripsi, sekalian siap-siap juga (aku sidang setelah Kie). Kie diuji sama Bu Diah dan Syahrur-sensei.

setelah Kie mempresentasikan proposalnya, Bu Diah langsung mengajukan pertanyaan tentang surealisme itu apa, bagaimana reputasi Haruki Murakami dalam sastra surealisme, dan sebagainya. suara Bu Diah yang cetar membahana membakar kompleks sebelah itu benar-benar bikin aku keder. aku ngga tau gimana perasaan Kie menghadapi kedua dosen penguji itu. Kie keliatan gigih mempertahankan argumennya. sementara itu, aku udah dag dig dug tegang menonton sidang itu. aku duduk di belakang sama Eli-sensei. Eli-sensei cuma senyam-senyum, malah ketawa aja nonton sidang itu.

sidang Kie berjalan alot. melebihi batas waktu sidang malah. emang seru sih. Bu Diah dan Kie sama-sama berkutat di satu hal yang sama. aku ngga seberapa ingat itu apa, yang jelas serulah. setelah akhirnya selesai, barulah sidangku dimulai.

jujur, aku guguuuuup banget waktu mau sidang itu. apalagi aku kan memutuskan untuk pakai teorinya Barthes, yang notabene teori Barat. kalau soal teori Barat, aku yakin Bu Diah sudah paham bangetlah. berasa ciut di depan Bu Diah. gimana kalau aku salah kaprah tentang teori ini? bakal didamprat macam apa aku ini? dan berbagai pertanyaan lain muncul, membuat aku makin gelisah dan ngga pingin sidang. but show must go on. jadi aku banyak-banyakin menyebut nama Allah dalam hati.

saking gugupnya, aku sering keselip lidah waktu presentasi. yah, emang itu satu kebiasaan jelek yang belum bisa aku ubah. rasanya pingin aku lepas aja dulu lidahku biar ngga belepotan. tapi ngga bisa ya. hehehe...

setelah presentasi, aku makin gugup. aku udah takut bakal ditanyain kayak Kie juga. duuuh! tapi ternyata ngga juga sih. Bu Diah mengkonfirmasi antara yang aku tulis dengan yang aku presentasikan. ternyata aku goblok banget. aku lupa mengganti judul di sub-bab sekian. aku lupa halaman berapa, sub-bab apa, yang jelas seharusnya aku mengganti judul lama, yaitu "Representasi Ibu dalam Puisi Kaneko Misuzu - Hubungan antara Puisi dengan Riwayat Hidup Penulis-" dengan judul yang baru, yaitu "Representasi Ibu dalam Puisi 'Kokoro', 'Suzume no Kaa-san', dan 'Umi wo Aruku Kaa-sama' Karya Kaneko Misuzu". tolol banget lah aku itu. aku menjelaskan kalau aku salah tulis. terus aku diketawain sama Bu Diah ._.

ternyata, sidang berjalan tidak seseram yang aku bayangkan. aku ngga terlalu didamprat, tapi justru malah dikasih banyak masukan. aku legaaaa banget udah sidang.

dan hasilnya juga ngga sia-sia. sekian hari kemudian, di cybercampus muncul nilai mata kuliah Seminar. aku dapat nilai A untuk proposal :)

begitulah cerita tentang sidang proposalku. oh ya, aku tahun ini ikut ujian Japanese Studies Monbusho lagi. untuk menghadapi tes yang sulitnya minta amplop itu, aku dan beberapa anak yang lolos ujian saringan ikut benkyoukai di suatu kelas geno bernama Tokushin-kurasu (Tokushin class) di bawah bimbingan seorang sensei yang geno pula bernama Oonishi Satoshi. Satoshi ini sebenarnya sebaya sama aku. dia dan Sumitomo Kazuma, adalah volunteer dari Ashinaga Foundation tahun ini (Ashinaga Foundation tiap tahun selalu mengirim dua orang volunteer ke jurusan kita. biasanya mereka jadi semacam asisten dosen atau pembimbing untuk ujian semacam Nouryoku Shiken dan sebagainya). beda sama volunteer sebelum-sebelumnya, Satoshi ini gampang beradaptasi dan mudah bergaul dengan semua kalangan. bahkan hari kedua dia dateng ke FIB, dia udah bergaul sama Cak Mo, petugas parkir FIB. kita sampe melongo, ngga habis pikir gimana caranya (dengan bahasa apa) Satoshi dan Cak Mo berkomunikasi. bahkan sampai ada spekulasi jangan-jangan Cak Mo bisa bahasa Jepang -,-

by the way, Tokushin-kurasu tahun ini terbagi jadi 2 kelas, kelas A dan kelas B. pembagiannya berdasarkan peringkat nilai yang diperoleh waktu ujian saringan itu. berhubung namaku berada di peringkat pertama, masuklah aku ke kelas A bersama teman sekelas yang disebut Satoshi sebagai "mendouna gakusei" alias murid-murid yang menyusahkan. ya wajar sih kalau dia bilang begitu. soalnya, selain aku, masih ada 6 mahasiswa lain yang sangat menyusahkan. setelah namaku, ada nama Vina Ardha, adik kelasku angkatan 2010 (oke, dia ngga mendou, tapi ternyata cukup geno), disusul nama Ratu Addina alias bebeb Nene yang kepintaran dan kepolosannya sangat abnormal itu. terus ada si "cantik" yang geno, Alfi Ardian Pratama. ditambah mbak kosku yang seksi manly, Mega Dian Putra, eh Pramita. adik kelasku yang multi-tasking (bukan multi talent loh ya) Sukma Prayoga alias Unko. dan terakhir, teman seangkatan mbak Mega, yang berhasil memacari Kazuma, mbak Nurul Indah Sumitomo, eh Susanti.

dibawah bimbingan Satoshi-sensei, jadilah kelas A sebagai kelas geno mendouna kurasu alias kelas geno yang sangat merepotkan.

beda sama tahun lalu, kelas ini sangat menyenangkan. rasanya tiada hari tanpa tawa bersama orang-orang sedeng ini. ada aja yang jadi bahan guyonan. bahkan dalam keadaan sumpek dan buntu sekalipun, kita masih bisa guyon. yah, kita emang orang-orang iseng yang kreatip dalam menciptakan guyonan.

tapi, di samping sikapnya yang suka bercanda itu, Satoshi serius membimbing kita. dia ngga segan-segan kasih PR yang banyak (it was hell!!!), bahkan sampai ngadain bimbingan dua kali sehari bagi mereka yang menginginkannya.

begitulah situasi dan kondisi bimbingan Tokushin Kurasu. sementara itu, sejak tanggal 16 Januari 2013, Papa opname di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. papa harus menjalani operasi pengangkatan kantung kemih. karena tumor yang Papa derita, dokter menyarankan supaya kantung kemih Papa diangkat dan diganti dengan kantung buatan. Papa pasrah menerima semua ini. aku menemani Papa selama liburan semester ganjil ini.


keadaan kelas A yang seperti itu, kondisi Papa, dan kesibukanku mengurus segala macam administrasi dan keperluan Papa di rumah sakit, membuatku semakin ingin berjuang untuk bisa lolos dalam ujian Monbusho tahun ini.

emang ada kalanya aku benar-benar sumpek, lelah... saat seperti itu, aku udah hampir nyerah. ngga sekali dua kali aku nangis di depan mbak Mega dan mbak Vita saat di kos. kadang rasanya sepi dan sendiri. kadang merasa marah, kepada mereka yang ninggalin aku begitu aja, di saat aku dalam keadaan susah seperti ini.

tapi toh Tuhan ngga pernah meninggalkanku. bahkan Ia mengirimkan teman-teman yang selalu mendukung. bahkan para dosen pun memberi perhatian juga. karena itu jugalah aku bisa bangkit dan berjuang lagi.

Februari 2013
4 Februari 2013, Papa operasi. saat operasi, aku ngga tau harus gimana. aku bolos kelas Tokushin hari itu dan menunggu sampai Papa selesai operasi. operasinya lama sekali, mulai dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. aku minta Onyonk dateng buat menemaniku di saat dia lowong. aku cuma ngerasa takut. aku pingin ditemani seseorang. sempat kepikiran buat manggil dia, tapi akhirnya aku urung. sebagai gantinya aku minta tolong sama Onyonk. Onyonk dan mbak Mega dateng menemani sampai sore. aku benar-benar berterima kasih.

dan akhirnya operasi Papa berhasil. aku ikut lega rasanya.

selama Papa operasi dan masa pemulihan adalah masa-masa terberat. tubuh Papa jadi rentan sekali. sering sekali menggigil kedinginan, mual dan muntah kalau makan, dan sebagainya. aku bingung, hampir putus asa. di saat genting seperti itu, aku harus ikut ujian tanggal 21 Februari. aku jadi serba salah.

tapi karena aku ingin lolos, semangat yang diberikan orang-orang di sekitarku, dan Papa merestui, maka aku tetap pergi ujian.

21 Februari 2013
ujiannya sangat sulit. sasuga Monbusho shiken lah. tapi, biar bagaimanapun juga, aku dan teman-teman udah berjuang keras sampai bisa ikut ujian itu. dalam hatiku aku hanya bisa berdoa semoga bisa lolos.

ternyata Tuhan mengabulkan doaku.

27 Februari 2013, muncul pengumuman hasil ujian tulis Monbusho. dari 24 nama yang lolos, namaku dan nama Nene tertera di dalamnya. kami berdoa lolos dan bisa mengikuti tes tahap selanjutnya, yaitu wawancara di Kedubes Jepang Jakarta.

senang, terharu, ngga percaya, semua campur aduk jadi satu. akhirnya tahun ini mahasiswa Sastra Jepang UNAIR berhasil lolos ke ujian wawancara. dan mahasiswa itu adalah aku dan Nene. aku senang, luar biasa senang. aku bisa ke Jakarta, ikut tes wawancara, bersama sahabatku pula.

28 Februari 2013, ulang tahun mbah Ity. bertepatan dengan itu pula Papa diperbolehkan keluar dari rumah sakit. rasanya hari itu jadi hari yang bahagia.

Maret 2013
2 Maret 2013, aku dan Nene untuk ikut Kanji Cup 2013 level Chukyuu. sebenernya aku seneng juga, karena itu artinya udah 3 tahun berturut-turut aku mewakili UNAIR ikut Kanji Cup. apalagi akhirnyaaaaaaaa tahun ini bisa ikut level Chukyuu. tapi, di sisi lain aku khawatir, gimana kalau seandainya aku kalah lagi di awal pertandingan? masa 3 tahun kalau mulu tanpa pernah, setidaknya, masuk semi final? duh, malu banget lah kalau kayak gitu. aku kan juga pingin sekali-sekali nama UNAIR itu masuk ke semi final kek, atau kalau bisa ya ke final. tapi yah, siap ngga siap aku dan Nene tetap ikut pertandingan ini.

by the way, sebenernya pemilihan peserta ini benar-benar mendadak. sebelumnya, Eli-sensei udah melatih angkatannya Vina sejak H-sekian. tapi, H-7, tiba-tiba aku, Nene, dan mbak Nurul ditunjuk untuk ikut level Chukyuu. ternyata, Sensei (kayaknya sih lupa) baru tau kalau yang ikut level Chukyuu haruslah mereka yang sudah N3. di antara angkatan Vina, baru Ayu yang punya N3. selebihnya pada belum. akhirnya, kita bertiga diikutkan supaya genap 2 tim (tiap instansi minimal mengirimkan 2 tim yang masing-masing terdiri dari dua orang untuk ikut level Chukyuu). jadilah UNAIR kirim dua tim, yaitu aku dan Nene dalam tim UNAIR 1, terus Ayu sama Mbak Nurul dalam tim UNAIR 2. persiapan kita sama sekali ngga mateng. kecuali Ayu yang udah dilatih sejak liburan semester ganjil. kita menaruh harapan besar pada Ayu. sementara aku sendiri, menaruh harapan besar pada partnerku yang mengambil Nouryoku Shiken N1 tahun 2012 kemaren.

begitulah cerita di balik pertandingan ini. akhirnya pada hari H, aku berangkat pagi-pagi ke Gedung Gema, UNESA Ketintang, tempat diadakannya pertandingan ini. Nene dan anak-anak lainnya udah pada dateng. aku udah gugup ngga karuan, sementara Nene santai-santai makan coklat.

jam 9, para peserta diperbolehkan masuk ke dalam gedung. seperti biasa, pendukung Brawijaya dan UNESA mebludak dan heboh. iri deh. apalagi waktu Brawijaya naik ke atas panggung mengembalikan piala bergilir Kanji Cup. dobel iri! kapan ya UNAIR bisa kayak gitu?

setelah sambutan dan segala macam acara protokoler lainnya, akhirnya pertandingan dimulai. beda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini dimulai dari level Chukyuu dulu! mati mak! tapi untuk tim UNAIR 1 dapet blok kedua, sementara UNAIR 2 dapet blok keempat. jadi aku dan Nene masih punya waktu buat observasi dulu.

babak penyisihan blok pertama dimulai. aku dan Nene memperhatikan soal dan mencoba menjawab dari kursi penonton. seru, heboh, menyenangkan banget. di tengah keramaian itu, aku tanya pada partnerku itu, "kira-kira kita bisa jawab berapa soal ya, Beb?"

"10 kana~" katanya. entah itu ekspresi yakin atau ragu.

tapi, dengan kata-kata itu, entah kenapa ada satu keyakinan yang masuk ke dalam diriku.

"10 yah. oke deh. aku padamu, Beb. at least kita jangan sampai malu-maluin nama UNAIR lah."

Nene mengambil tanganku, lalu menjabatnya.

blok kedua dimulai. tim UNAIR 1 dapat whiteboard nomor 4. nomor 4 itu sebenarnya dijaga sama Kazuma (fyi, Satoshi jaga whiteboard nomor 2 lhoo). tapi supaya fair, dituker sama Izuka-sensei dari Brawijaya. jadi Kazuma jaga nomor 3, Izuka-sensei jaga nomor 4.

peraturan babak penyisihan level Chukyuu seperti ini:

satu babak ada 6 pertanyaan. tiap blok ada 4 tim. tiap babak penyisihan per blok, dipilih dua tim dengan nilai terbesar untuk maju ke babak semi final.

tiap pertanyaan muncul di layar. biasanya seputar cara baca, cara tulis Kanji, jukugo, puzzle, dan sebagainya. tiap tim menulis jawaban di papan tulis yang disediakan untuk masing-masing tim. tim yang menjawab dengan benar dapat 1 poin. biasanya sesekali muncul pertanyaan "Hayaoshi", yaitu menjawab cepat. kalau pertanyaan ini muncul, tiap tim harus berlomba untuk menjawab yang paling cepat. tiap tim harus menulis jawaban secepat mungkin, lalu memencet tombol di meja. tim yang paling cepat dan benar menjawab, akan mendapatkan poin.

seandainya setelah pertanyaan keenam nilai keempat tim masih seimbang, maka diadakan pertanyaan tambahan. tim yang paling cepat dan benar menjawab, akan mendapat poin tambahan.

pada babak ini, aku bertugas menulis jawaban di papan tulis, sementara Nene melihat soal dan memberi hint seandainya aku ngga tau jawabannya. dia juga bertugas memencet tombol kalau seandainya muncul "Hayaoshi". sebenernya aku kurang yakin sama kemampuanku. tapi aku cukup percaya kalau aku bisa menulis cepat. selain itu, aku percaya Nene bisa menuntunku di saat aku bingung. kalau seandainya Nene yang menulis, dan aku yang bertugas memberi petunjuk, pasti tambah kacau.

soal pertama,  「お湯が沸く
"Bagaimana cara baca Kanji yang digarisbawahi?"

aku dan Nene sama-sama tahu artinya, yaitu "airnya mendidih". tapi, aku dan Nene pro-kontra mengenai jawabannya.

"apa nih, Beb? waku bukan sih?"

"masa sih? kayaknya bukan deh..."

tapi tetep aja aku tulis waku. di sebelahku, Nene udah geleng-geleng kepala sambil gigit jari.

ternyata jawabannya benar waku.

di bangku penonton, Eli-sensei, Adis-sensei, Santi-sensei, dan anak-anak UNAIR lain bersorak-sorak. aku udah lemes saking leganya.

soal demi soal muncul bergantian. di babak pertama, tim UNAIR 1 berhasil mengumpulkan 4 poin dari 7-8 soal. itu adalah nilai terbesar dalam blok kedua. kami berhasil masuk semi final.

aku bener-bener ngga percaya. aku dan Nene berhasil masuk semi final! saking ngga percayanya, aku sampai histeris dan mau nangis. gara-gara itu, orang-orang ngeliatin aku. aku sih udah ngga peduli. yang penting masuk semi final, mewakili UNAIR untuk pertama kalinya! yeeeey!

blok ketiga dan keempat dimulai. di blok keempat, tim UNAIR 2 gugur. aku dan Nene ngga percaya, karena kita bener-bener menaruh harapan besar pada Ayu. tapi menurutku, tim UNAIR 2 gugur bukan karena mereka benar-benar ngga mampu, tapi karena soalnya luar biasa sulit. aku dan Nene mencoba menjawab soal dari kursi penonton, tapi tetap aja banyak salah.

setelah babak penyisihan Chukyuu, babak penyisihan Shokyuu dimulai. aku ngga inget berapa persisnya peserta dari UNAIR, yang jelas ada anak-anak 1nen seperti Harun, Dayan, Lukman, Puteri, dkk dan anak 2nen seperti Sicha dkk, juga 3nen seperti Vina, Alifah, dkk. meskipun ngga ada satupun anak UNAIR yang masuk ke semi final, Lukman udah berjuang keras. dia bertahan sampai soal kesekian belas. biar gimanapun, aku tetap bangga sama mereka, mengingat 2 tahun yang lalu aku gugur di soal ke-6, dan tahun lalu aku gugur di soal ke-2 :p

setelah penyisihan dan semifinal Shokyuu, semi final Chukyuu dimulai. selama pertandingan Shokyuu, Nene keluar cari minuman dingin dan snack untuk kita berdua. dia dateng beberapa menit sebelum semi final Chukyuu dimulai. pas lagi enak-enaknya makan coklat dan minum teh dingin, nama tim kita dipanggil untuk maju ke babak semi final blok pertama. Nene yang masih sibuk dengan coklatnya, menyuruhku naik duluan ke atas panggung. setelah ketiga tim lainnya naik panggung, barulah dia menyusulku. sekali lagi, papan kami dijaga Izuka-sensei.

di babak semifinal, kami ngga bisa berbuat banyak. hanya berhasil menjawab 3 soal. tapi karena kecerobohan kami, hanya 1 jawaban yang benar-benar diakui juri. akhirnya kami hanya dapat 1 poin. dengan muka kecewa aku kembali ke bangku penonton.

yah, meskipun ngga bisa menang, tapi setidaknya aku dan Nene berhasil masuk ke semi final. kami berhasil memenuhi janji untuk ngga (terlalu) malu-maluin nama UNAIR :p


3 Maret, aku dan Nene berangkat ke Jakarta naik kereta Sembrani dari stasiun Pasar Turi. ini pertama kalinya aku pergi jauh tanpa dikawal orang tua. aku mengharapkan perjalanan yang menyenangkan, tapi ternyata ngga terlalu menyenangkan juga. soalnya kereta eksekutif ini dingin banget dan apa-apa bayar. pernah ada kejadian, petugas KAI membagi-bagikan kopi hangat. karena Nene bilang itu coklat panas, aku ambil satu. ternyata bukan. aku cuma minum sedikit, terus aku taruh di samping Nene. ngga lama setelah itu, kita ditagih uang 10.000 untuk segelas kecil kopi itu. aku merasa dibohongi. udah aku cuma minum sedikit, ikut bayar pula. kenapa sih mereka ngga bilang kalau kopi itu dijual? tapi ya udahlah. mau gimana lagi. buatku sih, yang penting bisa ke Jakarta lagi setelah sekian lama :')

4 Maret, aku sampai di Jakarta. aku menginap di rumah Tante Lilik. rasanya terharu banget, karena benar-benar udah lama aku ngga berkunjung ke rumah Tante Lilik. rumah itu ngga banyak berubah. Tante masih sama Bibik yang setia. keduanya welcome. aku senang, merasa diterima. di rumah itu aku mempersiapkan diri untuk wawancara tanggal 5 Maret. selama persiapan itu, Andi-sensei rela meluangkan waktu untuk membantuku memilih universitas Jepang via sms. bahkan sampai jam 12 malem loh. aku sampai ngga enak hati jadinya. tapi, berkat bantuan Sensei, akhirnya aku dapat gambaran kira-kira universitas seperti apa yang bisa aku pilih.

5 Maret, aku berangkat dari rumah Tante pagi-pagi sekali, sekitar jam 6.30. Bibik udah membekali roti bakar, air mineral, dan sebagainya. aku terharu banget. apalagi roti bakar buatan Bibik enak banget. aku diantar sama ojek langganan Bibik. begitu di jalan, aku agak shock juga ngeliat jalanan Jakarta yang luar biasa macet. "oh My God, ini baru jam berapaaa?" pikirku dalam hati. tapi ngga apa-apa. inilah suasana yang aku rindukan. suasana Jakarta yang luar biasa sibuk sampai sumpek. bikin kangen banget. tapi, karena kita sama-sama ngga tau Kedubes itu di mana, akhirnya kita kelewatan. terpaksa putar balik lagi. aku sampai kasihan sama Pak Ojeknya. soalnya putar baliknya jauh amat! -,-

aku sampai sekitar jam 7.15. aku pikir udah buka, eh ternyata kantor Kedubes belum buka :p ngga lama setelah itu, Nene dateng dari Kemang dianter saudaranya. hari itu Nene keliatan kawaii banget. dia pakai blazer yang sekilas mirip almamater, udah gitu pakai rok panjang sama wedges. wuih, nomor satu lah! satu pengalaman langka bisa liat Nene dalam penampilan seperti itu :D

jam 8.00, kami diperbolehkan masuk ke dalam kantor Kedubes. masih ada 30 menit lagi sebelum pembekalan dimulai. aku ke kamar mandi dulu, sementara Nene udah anteng nongkrong setia di samping steker buat isi baterai hp kesayangannya. di kamar mandi, aku ketemu Cattleya, mahasiswi dari Universitas Brawijaya. waktu kecil dia tinggal di Hakodate, Hokkaido. yah, ngga heran juga sih kalau dia bisa lolos ujian tulis Monbusho. sasuga yang udah pernah tinggal di Jepang lah ._.

tapi toh, selain Cattleya, masih banyak lagi saingan yang tangguh. ada yang udah lolos N1, ada yang menang Kanji Cup kemarin. banyak deh. aku emang sempet minder juga. tapi, biar gimana juga, aku tetap berjuang.

aku dan 5 orang lainnya, dipanggil untuk wawancara kloter pertama. Nene dapet kloter terakhir di sesi wawancara pagi itu. di kloterku, ada Ahmad dan Cattleya dan Brawijaya, Anggi dari Universitas Negeri Semarang, Daniel dari UNESA, dan Erwin dari BINUS. Erwin inilah yang udah lulus N1. sementara Ahmad yang kemaren juara Kanji Cup. duuuuh, kenapa harus satu kloter sama orang-orang hebat ini sih ._.

aku dapat giliran wawancara nomor 5. setelah peserta nomor 4, yaitu Daniel, keluar ruangan, aku langsung masuk ruang wawancara.

di ruangan itu ada empat orang Jepang. semuanya keliatan begitu berwibawa. aku tambah gugup. karena gugup, cara ngomongku jadi kayak cafe maid . itu tuh, yang kalau ngomong "desu", akhiran "-su" diucapkan dengan jelas. (fyi, orang Jepang kalau bilang "desu" atau "-masu" biasanya "-su" nya ngga jelas. jadi kedengerannya seperti "des" atau "mas". orang yang ngomongnya "desu" atau "masu" dengan jelas, dianggap imut atau sok imut) aku ngomong kayak gitu bukan supaya kedengeran imut, tapi karena aku terbiasa denger kayak gitu dan aku gugup. jadinya keceplosan ngomong kayak gitu. pasti aku dianggap sok imut sama para pewawancara ._.

sebenernya wawancaranya ngga setegang yang aku bayangkan. para pewawancara begitu ramah dan memberikan pertanyaan yang ngga terlalu sulit juga. tapi berhubung aku tegang, aku menjawab dengan konyol.

misalnya, waktu ditanya begini,
「どうして新潟大学に入りたいんですか。寒いですよ。」 ("Kenapa ingin ke Universitas Niigata?")

「ええ。。。あのう。。お米がおいしそうですから。。」 ("Eh... anu... soalnya nasinya enak...")

terus semuanya ketawa. dodol banget sih jawabanku.

terus ada juga pertanyaan seperti ini,

「もし日本へ行けば、勉強以外に何をしたいですか。」 ("Seandainya bisa pergi ke Jepang, selain belajar, apa lagi yang ingin kamu lakukan?")

「ええ。。。実は、私はたま駅長に会いたいんです。」 ("Eh... Sebenarnya saya ingin bertemu dengan Tama-ekichou")

「たま駅長?誰?」 ("Tama-ekicou? Siapa itu?")

「あのう。。猫の駅長ですが。」 ("Anu, kucing yang jadi kepala stasiun")

mungkin waktu itu pewawancara ngga begitu denger jawabanku karena suaraku kecil. terus akhirnya tanya lagi.

「あ、そうですか。どこの駅長ですか。」 ("Oh, begitu ya. Kepala stasiun di daerah mana?")

mati aku. aku lupa....

「確かに、山口県のほうが。。」 ("Kalau tidak salah, di Prefektur Yamaguchi")

aku tau jawaban itu salah. Yamaguchi itu kampung halamannya Kaneko Misuzu. memoriku ketuker-tuker. pokoknya yang aku inget ada -yama nya. tapi di mana ya?

pewawancara mencatat jawabanku. terus tanya lagi,

「で、その駅長に会いたいんですか」 ("Jadi, kamu ingin bertemu kepala stasiun itu?")

「はい。三毛猫の、すごくかわいくて。。」 ("Ya. Dia kucing belang tiga dan sangat lucu....")

aku belum selesai ngomong, salah seorang pewawancara langsung tersadar.

「あ、三毛猫?あれか?!」 ("Ha, kucing belang tiga? Ooooh, yang itu ya?!")

lalu semuanya langsung sadar kalau yang aku maksud adalah kucing maskot salah satu stasiun di Jepang. kucing itu belang tiga, betina, dan bernama Tama. dia dipercaya membawa keberuntungan. karena itu dia diangkat menjadi "kepala stasiun". bahkan ada topi, medali, dan plat khusus untuk dia. ada kereta khusus untuk dia segala. lucu bin unik deh pokoknya.

sekali lagi, semua pewawancara ketawa. pasti dipikir aku ini masih kekanak-kanakan banget (ya emang sih).

Salah seorang pewawancara tanya lagi.

「え?それって和歌山県の駅じゃありませんか」 ("Eh? Bukannya itu dari Prefektur Wakayama ya?")

aku diam. iya ya... Wakayama. aargh salah!

「あ、そうです。すみませんでした。」 ("Ah, ya.. Benar. Maaf tadi saya salah")


begitulah wawancaraku yang konyol dan sukses membuat pewawancara tertawa. haduuuh, berhasil lolos ngga yah ._.

pulang wawancara, aku cerita ke Andi-sensei dan Mbak Mega. aku ngerasa ngga tenang sama sekali. rasanya pingin ulang wawancara. tapi yah, yang udah terjadi ya udah terjadi. sekarang hanya bisa berdoa supaya bisa lolos dan berangkat ke Jepang. aamin...


itulah cerita tentang apa saja yang aku alami selama 3 bulan pertama di tahun 2013. ada kisah sedih, senang, sibuk, panik, heboh, lucu, dan sebagainya. apapun yang telah terjadi, semuanya menjadi kenangan yang berkesan buatku. terkadang ada perasaan sedih juga, mengingat sebentar lagi aku harus menghadapi skripsi, dan wisuda. eh, sekarang emang lagi skripsi sih hehehe :p

rasanya aku masih pingin kuliah, main sama teman-teman, melakukan banyak kegiatan kampus, dan sebagainya. tapi yaaaa.... waktu ngga bisa diulang. yang sekarang harus aku lakukan adalah menyusun skripsi dan menyelesaikannya dalam semester ini. udah banyak orang yang mengharapkan aku bisa segera selesai dan sidang dalam waktu 8 semester ini. aku emang kurang suka buru-buru begitu, tapi aku tau kalau orang-orang sebenarnya mengharapkan aku untuk segera mandiri. ya aku emang harus bisa segera mandiri sih. jadi aku juga berusaha untuk bisa segera menyelesaikan skripsi. toh kalaupun seandainya aku jadi berangkat ke Jepang (aamin...) aku jadi ngga punya beban lagi.

jalanku masih panjang. meskipun perjalanan kuliah S1-ku akan segera berakhir. tapi hidupku insya Allah masih terus berlanjut. aku harus segera mandiri dan melakukan banyak hal menyenangkan lainnya. insya Allah.

semoga bulan-bulan berikutnya juga banyak hal menyenangkan yang bisa aku alami. aamin :)
 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates