Aku Sekarang Kelas 3 SMA yah??

Akhir-akhir ini aku penat sekali. Bagaimana tidak, tugas-tugas menumpuk! Mulai dari tugas akhir membuat karya tulis, tugas bahasa Jerman, ulangan.... Pusing! Tak prnah aku sepanik ini menghadapi segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas sekolah. Biasanya aku tenang dan dapat mengerjakannya dengan baik. Tapi kali ini tidak. Itu artinya aku memang tak boleh bermain-main lagi.

Tak terasa aku sudah kelas 3 SMA. Rasanya aku ini masih seprti anak kecil saja. Memang kita tak akan pernah kembali ke masa lalu. Itu bisa berarti sebuah keuntungan atau sebaliknya. Bagiku untung jika itu menyangkut kenangan buruk atau kenangan yang memalukan. tapi aku tak pernah mau jika disuruh melupakan kenangan masa kecilku di Bekasi. Aku tak mau melupakannya... Mungkin itulah sebabnya aku masih sering bersikap seperti anak kecil.

Baiklah... aku benar-benar pusing. Materi yang akan aku angkat dalam karya tulisku adalah puisi kontemporer. Tapi sampai sekarang aku masih kesulitan untuk memetakan masalah yang musti aku rumuskan. Bagaimana ini... Mana tugas bahasa Jermanku belum terjamah sama sekali.. Latihan matematika jadi terbengkalai semua. Ah! Hampir semua tugas-tugas itu harus dikumpulkan awal Maret. Aku masih berusaha untuk mencari materi di internet dan juga buku-buku. Tapi tak banyak membantu. Mungkin materiku itu termasuk langka??? Aku sih mau-mau saja beralih pada materi lain, tapi apa??? Bingung pula saya dibuatnya. Hampir tak ada waktu untuk menulis puisi apalagi cerpen. tak ada katarsisasi donk... :(

Saat aku menulis post ini, aku sedang mencari materi di internet. Percuma, materinya kurang relevan. Ah, seandainya aku punya banyak uang.. Mungkin aku bisa membei buku-buku yang berkualitas dan relevan dengan materiku.

Oke, berhenti mengeluh! Kok aku jadi cengeng gini sih??? Aku harap aku bisa menyelesaikan semuanya dengan baik dan mendapatkan nilai maksimal!

Amin...

Ada yang mau bantu berdoa untuk saya?? :D

Cintaku...

Butuh keberanian yang besar untuk menulis di blog ini.

Mengapa?

Karena banyak kenangan manis antara aku dan Hanif.

Dan aku tak mau menangis lagi.

Post ini memang berisi kisah sedih.

Kalau kalian mengikuti blogku dari awal, mungkin kalian akan bertanya: "Kalau memang cerita sedih, kenapa ga ditulis di blog yang satunya lagi? Katanya blog satunya itu tempat buat nulis cerita sedih.."

Itu benar.

Tapi aku tak mau menganggap cerita ini sebagai kisah yang membuatku terluka. 

Aku ingin jika ada yang membaca, atau jika suatu saat nanti aku membaca post ini kembali, post ini menceritakan kesabaranku, kegigihanku, kesetiaanku. Sesuai dengan deskripsi yang aku tulis di header blogku: and at the dawn, armed with the schorching patience, we shall enter the cities of splendour...

Baiklah. Apa cerita sedih itu?

Hanif memutuskanku.

Aku masih ingat tanggalnya: 26 Januari 2009.

Benar-benar pedih.

Sejak saat itu aku jadi kacau, semua jadi berantakan. Aku tak henti-hentinya menangis. Aku tak percaya perjuangan kami selama 1 tahun lebih harus berakhir begitu saja.

Tapi setidaknya aku beruntung. Dia memutuskanku baik-baik dan kami memutuskan untuk tetap bersahabat.

Aku harap dia memegang kata-katanya itu.

Jika aku sedih, aku berdoa pada Allah. Aku berdzikir sampai aku tertidur pulas. Aku juga membicarakannya dengan ayahku. Ayahku berkata kalau aku tak perlu kecil hati. Ayahku meyakinkan aku bahwa ialah orang yang paling memperhatikanku, melebihi siapapun di dunia ini. Akulah mutiara hidupnya, kekasih Allah...

Aku terharu mendengarnya. Aku memutuskan untuk menjadi kuat.

Teman-temanku juga setia menemaniku, menguatkanku, dan memberiku nasihat juga semangat. Aku berhutang banyak pada mereka.

Nenekku juga membuatku besar hati. Kata nenekku, aku dan Hanif mirip adik-kakak. Katanya sih, kalau mirip adik-kakak begitu biasanya jadi suami-istri. Mudah-mudahan.. Aku hanya bisa berharap, tapi tak berani berharap yang muluk-muluk lagi.

Yang membuatku benar-benar lega, ibuku juga tak terlalu mempermasalahkan hal itu. Padahal sebelumnya aku takut jika ibuku kecewa. Sebaliknya, ibuku menasihatiku agar aku fokus pada tujuanku dan tak usah memikirkan laki-laki dulu. Aku lega mendengarnya...

Sekarang, aku tak terlalu sedih lagi. Aku mulai bangkit dan menata diri lagi. Aku harus fokus pad ujian yang sebentar lagi akan menyambut kami di grbang terakhir SMA.

Seperti doa yang selalu kuucapkan, aku berharap agar Allah meridhoi hubungan persahabatan yang baik antara aku dan Hanif.

Amin...

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates