Lebaran tahun ini jatuh pada tanggal yang bagus: tanggal delapan bulan delapan. sama kayak tahun sebelumnya, awal Ramadhan versi Muhammadiyah beda dengan pemerintah, tapi lebarannya sama.
lebaran tahun ini ngga seprihatin tahun lalu. kita bisa tidur di rumah yang nyaman dan makan penuh dengan rasa syukur.
tapi sama seperti beberapa tahun terakhir, aku sholat Ied dengan perasaan kesepian. di antara sekian banyak jamaah, rasanya cuma aku yang sendirian. tanpa saudara, tanpa Mama, cuma aku sendiri.
ya apa boleh buat. inilah yang harus aku hadapi.
anyway, akhir-akhir ini aku ngerasa mellow.
mungkin selama ini aku terlalu sibuk dengan yang lain, sampai-sampai lupa kalau lebaran tahun ini adalah lebaran terakhir di Indonesia. soalnya tahun depan, insya Allah aku puasa dan lebaran di Jepang.
yaa, pasti bakal balik lagi sih, dan mudah-mudahan ketemu dengan Ramadhan dan Idul Fitri berikutnya di Indonesia lagi.
cuma ya rada nyesel, kok aku ngga memperlakukan Ramadhan tahun ini lebih istimewa lagi. malah sibuk dengan hal-hal kecil.
penyesalan sih tinggal penyesalan.
oh ya, ada lagi yang bikin aku rada mellow juga.
akhir-akhir ini aku ngerasa ada jarak antara aku dan orang-orang sekitarku. entah itu teman kuliah, teman SD, dan lain-lain.
aku seperti diperlihatkan kalau mereka yang aku anggep spesial ternyata ngga menganggapku spesial. aku cuma kenalan biasa, bukan siapa-siapa.
sedih? terlalu kompleks, ngga bisa disederhanakan dengan satu kata itu.
apa ya rasanya... hampa?
ada juga rasa kuatir, kalau ternyata tanpa sadar aku udah nyakitin perasaan banyak orang. terus akhirnya diem-diem orang membenciku. meskipun aku ngga ada niat seperti itu.
ngg... kira-kira begitulah yang aku rasakan. dan karena perasaan itu, penyesalanku semakin bertambah aja rasanya.
ada keinginan untuk berubah. tapi ya, apapun yang aku lakukan (mungkin) ngga banyak berguna. udah banyak kejadian yang membuktikan kalau betapapun kita berusaha untuk berubah, kesan pertama itu tak mudah hilang. kebetulan aku sendiri ngalamin. sakit juga ya rasanya, tiba-tiba teman SMP berkomentar dan menganggap aku ini masihlah anak yang anti-dandan. padahal kita udah sekian tahun bertemu dan dia juga ngga ngerti kalau aku sekarang lagi mati-matian ngumpulin duit buat beli maskara dan segala macam tetek bengek lainnya.
ya begitulah. people changes. but others tend to not recognize it.
lagipula, kita tak pernah bisa menyenangkan semua orang sekaligus. pasti ada aja yang ngerasa ngga puas, meski kita berusaha yang terbaik.
lebaran terakhir di Indonesia. masih dengan perasaan kesepian tiap sholat Ied. masih dengan renungan bahwa apa yang aku pikirkan selama ini kok sepertinya sureal.
well, kira-kira lebaran seperti apa yang akan menantiku di tahun depan?
skip to main |
skip to sidebar
and at the dawn, armed with the schorching patience, we shall enter the cities of splendour... (Arthur Rimbaud)
Lebaran Terakhir di Indonesia
Diposting oleh
Djayeng Channissa
on Sabtu, 10 Agustus 2013
Label:
gubuk kecil yang hangat,
Idul Fitri,
renungan
Labels
padang edelweiss
field of hope
kafe es krim
unair
kamar tidur yang mungil
gubuk kecil yang hangat
Niseikai Aidai
ujian
renungan
sekolah tua
kuliah
jujitsu
asrama
AIESEC
Monbukagakusho
ulang tahun
cerpen
job
ramadhan
resensi
Idul Fitri
Noryouku Shiken
les privat
ospek
skripsi
Kanji Cup
pondok ramadhan
puisi
Benron-taikai
MAWAPRES
MK
Nakayoshi Naito
PKL
dorama
drama
j-pop
kucing
opini
0 komentar:
Posting Komentar