Belanja Buku

Halo, lagi. Mm, kali ini bukan karena bosan makanya aku menulis, tapi karena... mulai tergugah untuk menulis lagi. Setengah termotivasi, setengah kesepian. Mbak Mega pulang kampung, siapa lagi yang bisa diajak ngobrol? Ternyata meskipun punya uang dan waktu, tapi kalau tak ada teman rasanya tetap saja sepi dan tak menyenangkan.

Oke, karena berlarut-larut dalam kesepian itu tak baik bagi kesehatan, maka aku memutuskan untuk jalan-jalan keluar. Hari ini memang berniat ke Petra Togamas, mau ke sanggar Solado Voice. Yah, mau sekedar survey dulu. Aku memang niat ingin ikut bina vokalia. Yah, semacam cari kegiatan yang positif. Mama juga setuju. Meskipun aku malu mengakui hal ini, tapi aku pingin sedikitnya agak lebih pede kalau sewaktu-waktu diajak karaoke. Selama ini aku cuma jadi seksi PU a.k.a Penggembira Umum aja kalau di ruang karaoke. Itu loh, yang bagian kincring-kincring terus nanti ada lampunya warna-warni tiap kali dipukul. Norak sih, tapi masih kurang memalukan dibandingkan suaraku yang merdunya bisa bikin ikan paus keguguran.

Niat utamanya sih survey sanggar dulu. Tapi yah, emang salah sih itu sanggar. Kenapa di pertokoan Togamas sih. Kan tujuannya jadi bias hehe... Iya, sebenernya bisa aja sih aku sms atau via telepon aja kalau cuma mau sekedar tanya jam latihan dan biaya kursus. Tapi emang dasar aku sih, kalau toko buku aja dijabanin!

Cuma hari ini aku akuin, keterlaluan. Aku pergi ke dua toko buku yang berbeda, yang berakibat pada belanja buku berlebihan. Awalnya sih kecelakaan, gara-gara waktu naik angkot aku duduk di belakang, dan emang sialan ya punya badan tinggi, aku ngga bisa ngeliat keluar kalau ngga nunduk. How long I supposed to bend my neck just for seeking my destination? Sakit juga kali nunduk terus-terusan. Udah juga capek-capek nunduk, eh malah kelewatan. Jauh malah. Hampir ke Rumah Buku. Dan yah, karena udah terlanjur, ya akhirnya aku mampir sebentar ke Rumah Buku. Alasannya sih pingin nyari bukunya Romo Mangunwijaya, Burung-burung Manyar yang aku suka banget itu. Sebenernya bisa aja sih langsung tanya ke pegawainya, kira-kira buku itu ada apa ngga. Tapi toh ujung-ujungnya aku malah asyik cuci mata di corner buku-buku diskon, yang berakibat beli tiga buku yang kebetulan tidak mengandung unsur "burung" ataupun "manyar" pada judulnya.

First, They Killed My Father by Loung Ung, A Lucky Child by Thomas Buergenthal, dan The Soloist by Steve Lopez. Dua pertama aku pilih karena berteman trauma pasca perang. Yah, bukan maniak sejarah juga sih (kecuali sejarah yang berhubungan dengan seni atau simbologi, pasti aku lahap dah) tapi menurutku better lah ketimbangan teenlit cinta monyet gitu. Oh ya, ngomong-ngomong soal teenlit, jujur aku hampir muntab begitu masuk toko buku yang satu itu. Di rak-rak utama mereka kebanyakan teenlit! Yah, bukannya mau bilang teenlit itu jelek atau gimana, cuma emang bukan seleraku. Emang sih ga perlu juga sampai kesal, tapi menurutku kenapa juga bukan buku-buku berbobot yang dipajang di tengah? Oke, berarti selera pasar zaman sekarang sukanya yang cintacintaan gitu yah. Bosen.

Buku ketiga, The Soloist, sebenarnya gambling juga sih. Aku ngga terlalu yakin buku ini bisa memikatku sebagaimana Tokyo Zodiac Murder membuatku tergila-gila, tapi kayaknya aku pernah dengar judul ini entah di 9gag atau di mana. Yah, mereka menyebutkan judul film sih kalau ngga salah. Kalau emang udah dijadiin film, aku lebih suka nonton filmnya sebenarnya. Tapi yah tak ada salahnya juga coba baca bukunya. Tapi, ketiga buku ini masih masuk daftar pending dulu. Belum bisa aku baca sekarang, karena aku bertemu dengan buku "idolaku" yang dulu.

Nah, setelah puas belanja di Rumah Buku, akhirnya aku ke Petra Togamas. Kali ini aku duduk di depan, biar ngga kecelakaan lagi. Sampai di sana, aku langsung ke sanggar Solado dulu. Kalau ke toko bukunya dulu takut nanti malah kalap sampai sore hahaha... Di luar dugaan, sanggarnya kelihatan kecil. Tapi, tak apalah sepertinya. Biaya pendaftaran dan kursus per bulannya juga murah. Akhirnya aku mantap ingin belajar di situ. Cuma sayang, mereka ngga buka hari Minggu. Emang sih statusku sekarang masih pengangguran (yang menikmati hidup sekali hehe) dan aku bisa kapan saja les. Tapi misalnya sewaktu-waktu aku dapat kerjaan lagi, apa bisa bagi waktu? Akhirnya si mbaknya, Mbak Riris namanya, menyarankan aku untuk pikir-pikir dulu, sambil kasih selebaran dan nomor hp nya. Emang sih aku udah kebelet banget dan 90% mantap pingin belajar di sana, tapi emang lebih bijak kalau dipikir dulu.

Selesai survey, langsunglah aku naik ke lantai 2, ke toko buku. Beneran pingin nyari bukunya Romo kok, hehe. Dan... memang hanya Togamas yang tak mengkhianatiku. Di rak yang tertata rapi, ada beberapa eksemplar buku dambaanku itu. Covernya baru pula! Macam gadis mana yang tak senang? #apasih

Sebenarnya ada dua versi, yang satu sepertinya cetakan cukup lama, meskipun tidak selama versi awalnya dulu. Sayang aku ngga ambil fotonya tadi. Yang satunya ilustrasi kepala manusia yang tersusun dari potret burung-burung manyar. Sungguh berseni dan sastrawi sekali. Tapi kenapa harganya lebih mahal sepuluh ribuan ya? Akhirnya aku ambil yang ini, karena lebih murah tentunya hahaha

Cover yang ini indah sekali. bahkan bagian dalamnya juga ada ilustrasi burung kecil yang imut. Setiap satu bab berakhir menjelang bab berikutnya, pasti ada satu halaman ilustrasi ini. Lucu banget!

Ketemu buku ini, buru-buru aku ke kasir, minta disampuli bukunya, dan pulang. Pertama, karena pingin cepat-cepat baca. Kedua, aku takut kalap lagi T.T

Begitu sampai kos, aku langsung baca buku idolaku itu. Aku sangat bersyukur karena isinya tak berubah sama sekali. Aku agak takut sebenarnya dengan terbitan baru. Takut kalau isinya diubah atau bagaimana. Tapi untung aja ngga. Cuma, kali ini kok sepertinya aku kehilangan feel ya. Aku inget dulu begitu baca buku ini aku ketawa terbahak-bahak. That was my best laughter for all time. Mungkin belum sampai di bagian lucunya. Mungkin.

Oke, berhubung aku udah kepingin lanjut baca lagi, maka postingan ini aku akhiri sampai di sini dulu. Jelek banget sih emang cara endingku ini, tapi mau gimana lagi. Sampai jumpa di postingan berikutnya! :D


0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates