Dehidrasi...

baru hari ketiga di asrama aku sakit. panas di tenggorokan, udah gitu demam keesokannya. aku sudah berusaha menanggulangi dengan Adem Sari dan Decolgen. tapi tak ada perubahan berarti. hari kelima aku ke klinik di sebelah asrama. aku diperiksa dan diberi obat, gratis. selama ada Kartu Mahasiswa, aku berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis. hehe...

benar-benar payah.. setelah minum obat, badanku lemas. keesokannya malah aku tak bisa berbuat apa-apa. demamku makin tinggi. aku berusaha bangkit dan mengambil air untuk kompres. di kamar aku terbaring sendirian, menangis. seandainya saja ada teman sekamar, aku mungkin bisa mendapatkan pertolongan dari mereka. tetapi aku hanya sendirian.. aku merasakan hawa buruk di udara kamar ini. aku... tidak begitu menyukai tinggal di sana. bodoh, padahal dalam bayanganku aku bisa survive dan hidup mandiri di sana. kini aku merasa seperti anak manja...

aku berpikir untuk meminta Papa menjemputku hari Sabtu karena Mbah Ity rencananya akan menginap hari itu (Jum'at, 7 Agustus 2009). aku tak mau Papa dan Mbah Ity repot. bagaimana kalau aku meminta dijemput sekarang? aku tak tahan... tetapi itu berarti meninggalkan Mbah Ity di Mojokerto.

hp-ku berdering. sms dari Papa. Mbah Ity tidak jadi menginap karena Jum'at malam harus ikut pengajian. selain itu, hari Sabtu Mbah Ity akan ke Jakarta. aku lemas saja membaca sms itu, menimbang-nimbang apa yang harus kulakukan. setelah beberapa lama di tempat tidur, aku memutuskan untuk pulang harti itu juga. aku sms Papa agar Papa meneleponku. lama sekali tak ada jawaban. aku bangun dari tempat tidur dan mengemasi baju-bajuku. seandainya Papa tak memberikan jawaban, aku akan tetap pulang sendiri. tapi aku takut juga, karena kondisiku lemah sekali. aku tak yakin nanti bisa bertahan apa tidak, terutama jika ada yang menyerangku.

untunglah Papa meneleponku. rupanya sms itu lama sampainya ke Papa. Papa bertanya ada apa. aku meminta Papa menjemputku, dengan suara gemetar. tanpa bisa kutahan, aku menangis. Papa mengerti. Papa segera berangkat.

aku keluar untuk berpamitan pada Ibu Nur. Ibu Nur memaklumi dan berpesan agar aku cepat sembuh. aku mengunci kamar dan menaruh kuncinya di tempat Ibu Nur mengambilnya dulu, ketika pertama kalinya aku masuk ke kamar itu. kubawa tas dan jaketku ke ruang tamu asrama supaya ketika Papa datang aku bisa segera pulang. aku.. merasa tak nyaman di kamar itu.

lama sekali Papa datang. aku menunggu dengan gelisah. aku ke kantik fakultas Ilmu Budaya, tempat aku biasa makan, untuk membeli minuman. aku tahu seharusnya aku tak minum minuman ringan yang manis seperti Fruitea karena akan memperparah batukku. tapi aku tak bisa menahan keinginanku. selain itu aku membeli Aqua dan tisu. aku kembali ke ruang tamu asrama. di sana hanya ada beberapa anak menonton televisi. barulah kali itu aku menonton tv lagfi. aku baru tahu ternyata Mbah Surip dan Rendra telah meninggal dan keduanya dikuburkan di pemakaman Bengkel Teater milik Rendra. Papa mempunyai kenangan tersendiri tentang Rendra. Papa-lah yang menajdi saksi ketika Rendra menjadi seorang mualaf. sebenarnya Papa berniat menjemputku hari Minggu supaya aku bisa mempersiapkan segala sesuatunya untuk perkuliahan lebih awal. aku memang berencana pulang tanggal 12 untuk membeli rok putih (pengukuhan mahasiswa baru oleh rektor tanggal 18 di Auditorium kampus C dan kami diwajibkan memakai pakaian putih-putih). tanggal 11 aku ada janji dengan Divo, online di YM dan mengerjai Kamil lagi :D makanya kupilih tanggal 12. tapi aku sakit dan aku ingin pulang hari itu juga.

setelah satu jam lebih Papa datang dan membawa galon untukku di asrama. aku sangat bersyukur dan berterima kasih. aku memeluk Papa dan menangis. persis anak kecil. Papa mengerti ketakutanku. aku kembali ke kamar untuk menaruh galon itu. aku bertemu Mbak Uchie, penghuni kamar 11 yang meminta gula Mbak Yessi. kami bertukar nomor hp dan dia berpesan agar aku cepat sembuh. aku melihat banyak baju kotor bertumpuk di ember kecilku. sempat terpikir untuk membawanya pulang, tapi entah apa yang ada di pikiranku sehingga aku urung membawanya. aku menulis pesan pada Mbak Yessi dan aku berjanji akan segera mencuci baju-bajuku ketika aku kembali.

Papa memberiku jaket lagi untuk kupakai di atas jaketku. kali ini aku tak menolak. aku hanya ingin cepat pulang. dan kami segera pulang...

sesampainya di Mojokerto, aku merasa asing. aku tak merasakan sensasi orang yang pulang ke rumahnya sendiri. entah, mungkin karena aku sedang sakit. yang jelas aku senang bisa kembali.

Papa benar-benar memanjakanku. aku jadi merasa sedikit bersalah dan bertekad untuk cepat pulih..

aku... bahagia bisa menjadi anak kecil lagi.

0 komentar:

 

Design in CSS by TemplateWorld and sponsored by SmashingMagazine
Blogger Template created by Deluxe Templates